Konten dari Pengguna

Puasa Asyura: Niat, Waktu Pelaksanaan, dan Keutamaannya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
11 Juni 2024 11:33 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Puasa Asyura. Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Puasa Asyura. Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
ADVERTISEMENT
Kehadiran bulan Muharam disambut dengan penuh suka cita oleh umat Islam di seluruh dunia. Ada banyak amalan yang dianjurkan serta mendatangkan pahala, salah satunya adalah puasa Asyura.
ADVERTISEMENT
Dalam Islam, Asyura termasuk puasa yang dianjurkan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah dalam HR Muslim, bahwa puasa di bulan Muharam adalah ibadah puasa terbaik dan paling utama setelah bulan Ramadan.
Berpuasa pada bulan-bulan haram atau asyhurul hurum (mulia), sangatlah istimewa. Berdasarkan sejumlah hadis, bahwa puasa ini dapat menghapus dosa setahun yang telah lalu.

Niat dan Waktu Pelaksanaan Puasa Asyura

Ilustrasi Puasa Asyura. Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
Dikutip dari buku Cerdas Intelektual dan Spiritual dengan Mukjizat Puasa Ragam Jenis Puasa Sunnah untuk Kesuksesan Akademikmu, Ustadz Yazid al-Busthomi, Lc., (2015:57), puasa Asyura adalah puasa sunah yang dilaksanakan pada 10 Muharam.
Syarat dan rukun puasa tersebut sama dengan puasa sunah lainnya. Puasa ini menyimpan sejarah yang mendalam dan tak terlupakan. Hal itu sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas.
ADVERTISEMENT
Menurut Ibnu Abbas, saat tiba di Madinah, Rasulullah saw mendapati orang-orang Yahudi yang sedang berpuasa Asyura. Beliau pun bertanya, "Puasa apa ini?" Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari yang baik, hari ketika Allah Swt menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya. Maka, Musa berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah dan kami pun ikut berpuasa."
Rasulullah berkata, "Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian." Akhirnya, Rasulullah berpuasa dan memerintahkan pengikutnya untuk berpuasa. Beliau melaksanakan puasa tersebut dengan empat tahapan, yakni:
Pertama, beliau berpuasa sendiri di Makkah dan tidak memerintahkan pengikutnya untuk berpuasa. Aisyah Ra. berkata, "Dahulu, orang Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliah. Saat itu, Rasulullah pun ikut berpuasa Asyura, tetapi beliau tidak memerintahkan pengikutnya untuk berpuasa Asyura sebagaimana dirinya.
ADVERTISEMENT
Ketika beliau hijrah ke Madinah yang bertepatan dengan 10 Muharam, beliau tetap berpuasa Asyura dan memerintahkan pengikutnya untuk mengikuti dirinya berpuasa Asyura. Ketika turun wahyu yang berisi kewajiban puasa Ramadan, beliau berkata kepada pengikutnya, "Bagi yang hendak berpuasa Asyura silakan. Bagi yang tidak berpuasa Asyura juga tidak mengapa." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua, ketika beliau datang ke Madinah dan mendapati orang Yahudi berpuasa Asyura. Kemudian, beliau juga berpuasa Asyura dan memerintahkan pengikutnya agar ikut berpuasa Asyura sebagaimana dirinya. Hal tersebut sesuai cerita yang dituturkan oleh Ibnu Abbas.
Bahkan, menurut hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim, Rasulullah saw sangat menganjurkan pengikutnya untuk berpuasa Asyura sebagaimana dirinya, sehingga para sahabat dan pengikutnya mengajak istri beserta anak-anak mereka untuk ikut berpuasa Asyura.
ADVERTISEMENT
Ketiga, setelah Rasulullah saw mendapat wahyu yang berisi kewajiban puasa Ramadan, beliau tidak lagi memerintahkan pengikutnya untuk berpuasa Asyura dan tidak pula melarangnya. Sehingga, hukum puasa ini menjadi sunah, bukan wajib.
Keempat, Rasulullah saw bertekad melaksanakan puasa ini tidak hanya pada 10 Muharam, tetapi juga satu hari sebelumnya, yakni 9 Muharam. Hal itu dimaksudkan agar puasa yang dilakukan oleh umat Islam berbeda dengan Yahudi. Namun, sebelum tekad itu terlaksana, Rasulullah saw, wafat.
Ibnu Abbas bercerita bahwa ketika Rasulullah saw berpuasa Asyura, beliau memerintahkan kepada pengikutnya agar berpuasa Asyura sebagaimana dirinya. Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, hari Asyura (10 Muharam) adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani."
Maka, Rasulullah saw berkata, "Kalau begitu tahun depan, insya Allah kita berpuasa dua hari, yakni dengan satu hari sebelumnya, 9 Muharam." Namun, sebelum sampai tahun berikutnya, Rasulullah saw sudah terlebih dahulu wafat (HR. Muslim).
ADVERTISEMENT
Semasa hidup, Rasulullah saw sangat bersemangat sekali menjalankan puasa ini. Dalam hal ini, Ibnu Abbas berkata, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah benar- benar perhatian dan menyengaja untuk berpuasa yang ada keutamaannya daripada puasa hari ini, hari Asyura dan bulan Ramadan." (HR. Bukhari).
Sebagai salah satu jenis puasa sunah, puasa ini memiliki keistimewaan yang sangat besar, di antaranya menghapus dosa satu tahun yang telah lalu. Hal ini sesuai hadis Rasulullah saw.:
"Puasa Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa satu tahun yang telah lalu." (HR. Muslim).
Selain itu, Allah Swt. akan melipatgandakan pahala bagi hamba-Nya yang menjalankan puasa ini secara ikhlas.
Keistimewaan puasa tersebut tentu saja tidak terlepas dari keberadaan hari Asyura (10 Muharam) yang mulia. Karena pada hari itu, Allah Swt. telah menyelamatkan Bani Israil (umat Nabi Musa) dari kejaran musuhnya.
ADVERTISEMENT
Adapun niat dari puasanya adalah sebagai berikut:
Niat puasa ini diucapkan (dilaksanakan) di dalam hati. Namun, bagi yang terbiasa melafazkan niat, niatnya adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَشْرَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma 'asyura sunnatan lillaahi ta'aala.
Artinya: Aku berniat puasa Asyura, sunah karena Allah Ta'ala.

Keutamaan

Ilustrasi Puasa Asyura. Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
Ada beberapa nilai penting yang diajarkan Rasulullah, sehingga beliau menganjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharam setiap tahunnya, di antaranya adalah:

1. Untuk Menebus Dosa Setahun Silam

Umat Islam adalah manusia biasa yang tak bisa luput dari dosa dan kesalahan. Menyadari hal tersebut maka perlu perhatian media dan sarana yang dapat mengikis habis dosa-dosa yang mungkin telah dilakukan. Salah satunya adalah dengan berpuasa pada tanggal 10 Muharam. Sebab mengerjakan puasa tersebut dapat menebus dosa yang telah di lakukan setahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Seperti diungkapkan Abi Qatadah, bahwasanya Rasulullah ditanya tentang puasa 10 Muharam tersebut. Beliau menjawab: "Menebus dosa tahun yang lalu." (HR. Muslim).
Maka dari itu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan dan kemurahan Allah ini, sehingga langkah tak terhinggapi dengan dosa yang selalu menghantui sepanjang hidup dan sesudah meninggal.

2. Mengikuti Anjuran Rasul

Betapa cinta Rasulullah saw pada umatnya. Maka apa pun yang terbaik bagi umatnya senantiasa beliau anjurkan, sampaikan, dan tekankan, sehingga sebagai umatnya dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Salah satu buktinya adalah anjuran beliau untuk melakukan puasa 10 Muharam ini, mengingat manfaatnya yang demikian besar.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: "Rasulullah telah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan supaya orang-orang berpuasa." (HR. Muslim).
Abu Hurairah ra. juga berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: "Hari ini yang ingin berpuasa, ia berpuasa, dan siapa yang tidak ingin berpuasa, ia berbuka." (HR. Bukhari Muslim).
ADVERTISEMENT
Melihat cerita Aisyah tersebut tampak bahwa Rasulullah setengah mewajibkan puasa 10 Muharam ini, meski kemudian ketika puasa pada bulan Ramadan diwajibkan, beliau menegaskan bahwa boleh puasa boleh pula tidak. Ini tentu mengindikasikan akan pentingnya puasa ini di mata Rasulullah saw.

3. Keutamaannya di Bawah Puasa Ramadan

Selain ungkapan Aisyah di atas, ada lagi sebuah hadis yang diungkapkan Abu Hurairah, bahwa puasa pada bulan Muharam keutamaannya tepat di bawah puasa Ramadan.
Menurut Abu Hurairah, suatu ketika Rasulullah ditanya: "Salat manakah yang lebih utama setelah salat fardu?" Nabi bersabda: "Yaitu salat di tengah malam." Mereka bertanya lagi: "Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadan?" Sabda Nabi: "Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharam." (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud).
ADVERTISEMENT
Melihat posisi yang berada tepat di bawah puasa Ramadan, maka menunjukkan bahwa puasa pada bulan Muharam memiliki keutamaan yang luar biasa. Sebab puasa Ramadan adalah wajib, sedangkan puasa Muharam sunah.

4. Hari Puasa Umat Nabi Musa

Adalagi hal yang menarik terkait puasa ini, puasa di bulan Muharam. Seperti diungkapkan Ibnu Abbas bahwa Nabi saw. datang ke Madinah, dan dilihatnya orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Maka Nabi bertanya: "Ada ada ini?" Jawab mereka: "Hari baik, saat Allah membebaskan Nabi Musa dan Bani Israil dari musuh mereka, hingga membuat Musa berpuasa karenanya." Maka Nabi saw. bersabda: "Saya lebih hormat terhadap Musa dari kamu." Lalu beliau berpuasa pada hari itu dan menyuruh orang agar berpuasa." (HR. Bukhari Muslim).
ADVERTISEMENT
Dan Abu Musa Al-Asy'ari ra. menambahkan: "Hari Asyura itu dibesarkan oleh orang Yahudi dan mereka jadikan sebagai hari raya. Maka Rasulullah saw. bersabda: "Puasakanlah hari itu oleh kamu semua." (HR. Mutafaq alaih).
Begitulah antusiasme Nabi terhadap puasa tersebut yang berhubungan erat dengan Nabi sebelum beliau, yaitu Musa dan kaumnya. Maka dari itu beliau memuliakan hari itu dengan berpuasa.

5. Mewujudkan Impian Sang Junjungan

Rasulullah adalah junjungan umat Islam, orang yang dihormati dan cintai. Ada obsesi beliau yang belum terlaksana, lantaran ajal menjemput sebelum tercapainya maksud. Obsesi itu adalah puasa Tasu'a, yaitu puasa pada tanggal 9 Muharam. Hal itu seperti diceritakan Ibnu Abbas ra.: Rasulullâh saw. bersabda: "Kalau saya lanjut umur sampai tahun yang akan datang, niscaya saya akan berpuasa Tasu'a (tanggal 9 Muharam). (HR. Muslim).
ADVERTISEMENT
Demikian penjelasan terkait niat puasa Asyura yang tepat dan keutamaannya yang luar biasa. Semoga mendapatkan rida Allah Swt setelah menjalankan puasa ini.(glg)