Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Puasa Nazar: Pengertian, Hukum, hingga Konsekuensinya
7 Januari 2022 15:18 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 21 Maret 2023 20:00 WIB
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Puasa nazar adalah salah satu macam puasa yang dijalankan oleh umat Islam untuk memenuhi janji karena hajatnya telah terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Puasa nazar tidak dilakukan oleh semua orang Islam, artinya puasa nazar tidaklah wajib dijalankan, berbeda dengan puasa Ramadan. Namun, hukumnya akan berbeda jika seseorang telah mendapatkan keinginannya dan berniat puasa nazar.
Untuk memahami puasa nazar lebih jauh, simak beberapa penjelasan mengenai puasa nazar di bawah ini.
Pengertian Puasa Nazar
Dikutip dari buku Fiqih Ibadah yang ditulis oleh Zaenal Abidin dan Yulita Futria Ningsih, puasa Nazar adalah puasa yang dikerjakan karena adanya suatu janji atau yang pernah diucapkan sebelumnya.
Nazar berarti janji atau keinginan yang bersifat positif atau baik. Misalnya, seseorang bernazar akan puasa 10 hari apabila keinginannya, yakni lulus ujian masuk perguruan tinggi tercapai.
Nazar yang hanya bisa dilakukan adalah nazar berupa amal kebaikan. Umat Islam tidak boleh bernazar dengan amal keburukan atau maksiat.
ADVERTISEMENT
Apabila seseorang kelepasan bernazar untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka hal tersebut tidak wajib bahkan tidak boleh dilakukan. Bahkan, ia harus memohon ampun dan mengucapkan istighfar sebanyak-banyaknya kepada Allah atas nazar berbuat maksiat tadi.
Dalil Hukum Puasa Nazar
Puasa nazar merupakan ibadah yang bersifat sunnah atau fardhu kifayah, tetapi puasa ini berubah hukumnya menjadi wajib apabila seseorang telah bernazar dan keinginannya tercapai.
Menurut Muhammad Ahsan dan Sumiyati dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, hukum puasa nazar telah dijelaskan dalam dalil Alquran surat Al-Insan ayat 7 yang berbunyi:
يُوۡفُوۡنَ بِالنَّذۡرِ وَيَخَافُوۡنَ يَوۡمًا كَانَ شَرُّهٗ مُسۡتَطِيۡرًا
(Yuufuuna binnazri wa yakhaafuuna yawman kaana sharruhuu mustatiiraa)
Artinya:
ADVERTISEMENT
Hukum nazar menjadi wajib juga telah dijelaskan dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 270. Adapun bunyi dari ayat tersebut ialah sebagai berikut:
ؕ وَمَا لِلظّٰلِمِيۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ وَمَاۤ اَنۡفَقۡتُمۡ مِّنۡ نَّفَقَةٍ اَوۡ نَذَرۡتُمۡ مِّنۡ نَّذۡرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ يَعۡلَمُهٗ
(Wa maaa anfaqtum min nafaqatin aw nazartum min nazrin fa innal laaha ya'lamuh; wa maa lizzaalimiina min ansaar)
Artinya:
Niat Puasa Nazar
Untuk seseorang yang ingin melakukan puasa nazar, seseorang perlu untuk melafalkan niat puasa nazar pada malam hari, tepat sebelum melaksanakan puasa nazar.
Berikut bacaan niat puasa nazar:
ADVERTISEMENT
نَوَيْتُ صَوْمَ النَّذَرِ لِلّٰهِ تَعَالىَ
(Nawaitu shaumannadzri lillâhi ta’ala)
Artinya:
Tata Cara dan Konsekuensi Puasa Nazar
Puasa nazar adalah puasa yang wajib dilakukan ketika keinginan seseorang terpenuhi dengan melakukan janjinya sesuai yang telah dinazarkan.
Setelah itu, seorang Muslim wajib melakukan puasa nazar sehingga langkah awalnya adalah mengucapkan niat puasa nazar dan melaksanakan ibadah puasa sebagaimana puasa pada umumnya.
Apabila tidak mampu melaksanakan puasa nazar seperti yang telah dijanjikan, maka seseorang tersebut harus menerima konsekuensi puasa nazar berupa:
ADVERTISEMENT
Waktu Pengerjaan Puasa Nazar
Waktu mengerjakan puasa nazar adalah kapan saja, tetapi dengan ketentuan tidak dilakukan pada waktu yang diharamkan melakukan puasa. Misalnya, pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, hari tasyrik, serta ketika haid serta nifas.
Menurut Abdul Wahid dalam Rahasia dan Keutamaan Puasa Sunah (2019: 14), pelaksanaan puasa nazar tidak boleh dilaksanakan ketika waktu diwajibkan puasa atau bulan Ramadhan.
Sebab, puasa Ramadhan diwajibkan bagi setiap Muslim dan hanya berlangsung pada bulan tertentu. Jadi, pelaksanaan puasa nazar tidak dilakukan serempak pada waktu tersebut, tetapi di waktu lainnya.
Sementara untuk berapa lama waktu mengerjakan puasa nazar dilakukan seperti apa yang diniatkan pertama kali. Artinya, ketika Anda bernazar untuk berpuasa 3 hari, 7 hari, atau 40 hari berturu-turut, maka Anda wajib melaksanakan puasa tersebut sebanyak hari yang dinazarkan.
ADVERTISEMENT
Anjuran Mengerjakan Puasa Nazar
Puasa nazar hukumnya wajib bagi umat Muslim yang sudah bernazar. Anjuran mengerjakan puasa nazar telah disinggung dalam beberapa dalil melalui Alquran dan hadits. Allah berfirman dalam Alquran surat Maryam ayat 26 yang berbunyi:
فَكُلِى وَٱشْرَبِى وَقَرِّى عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِىٓ إِنِّى نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ ٱلْيَوْمَ إِنسِيًّا
Artinya: "Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 26)
Puasa nazar pada dasarnya boleh dilakukan jika dimaksudkan untuk taat kepada Allah, sedangkan puasa ini menjadi haram hukumnya apabila ditujukan untuk kemaksiatan. Sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut:
ADVERTISEMENT
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ
Artinya: "Barang siapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. Barang siapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah bermaksiat kepada-Nya." (HR. Bukhari)
Dalam hadits lainnya, kewajiban untuk menunaikan nazar apabila hajatnya terkabul dijelaskan sebagai berikut:
"Umar bin Khattab kembali dari Thaif, beliau menanyakan kepada Rasulullah mengenai nazarnya:
'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku pernah bernazar pada masa jahiliah untuk melakukan itikaf sehari di Masjidil Haram. Apa pendapatmu, Rasulullah?'
Rasulullah SAW bersabda: 'Pergilah (ke sana) dan beritikaflah sehari.'" (HR. Muslim)
(SAI & SFR)