Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Bubur Asyura sebagai Hidangan Setiap 10 Muharram
16 Juli 2024 16:17 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah bubur Asyura berkaitan erat dengan peringatan Hari Asyura 10 Muharram. Bubur Asyura telah menjadi tradisi untuk umat Islam di berbagai daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, bulan Muharram adalah salah satu bulan spesial bagi umat Islam, sehingga beberapa daerah merayakannya, termasuk membuat bubur Asyura pada 10 Muharram. Umat Islam juga disunnahkan untuk menjalankan puasa Asyura.
Bubur Asyura memiliki makna dan filosofi yang mendalam. Bubur tersebut menjadi bentuk rasa syukur seorang hamba kepada Allah SWT atas nikmat keselamatan yang telah diberikan. Adapun sejarah bubur Asyura dan informasi lainnya bisa disimak di artikel ini.
Sejarah Bubur Asyura
Mengutip situs resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, bubur Asyura terbuat dari nasi yang dicampur dengan kacang-kacangan dan bahan lainnya. Beberapa daerah di Indonesia merayakan 10 Muharram dengan membuat bubur Asyura.
Adapun ada beberapa sejarah bubur Asyura yang berkembang di masyarakat. Berikut uraiannya.
ADVERTISEMENT
1. Bubur Asyura Sudah Ada Sejak Zaman Nabi Nuh AS
Berdasarkan informasi di situs NU Online, sejarah bubur Asyura sudah ada sejak zaman Nabi Nuh. Hal tersebut tertulis dalam kitab I'anah Thalibin karya Abu Bakr Syata al-Dimyati.
Dalam kitab tersebut diceritakan Nabi Nuh AS dan pengikutnya yang telah berlabuh dan turun dari kapal merasa lapar, sedangkan perbekalan mereka telah habis. Nabi Nuh AS pun memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan semua sisa-sisa perbekalan.
Dari perbekalan tersebut ada biji gandum, biji adas, biji kacang, dan lainnya hingga terkumpul tujuh macam biji-bijian. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Asyura, yakni 10 Muharram.
Setelah mengumpulkan biji-bijian dari pengikutnya, Nabi Nuh AS membaca basmallah pada biji-bijian dan memasaknya. Nabi Nuh AS dan pengikutnya pun memakan bubur tersebut hingga kenyang lantaran makanan tersebut penuh dengan berkah.
ADVERTISEMENT
Hal yang tertulis dalam kitab Bada'i Al-Zuhur karya Shaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-Hanafy, di mana disebutkan Nabi Nuh AS dan pengikutnya mendarat dari banjir bandang pada 10 Muharram. Pada hari tersebut, Nabi Nuh AS melaksanakan puasa yang diikuti kaum dan hewan-hewan yang ikut dalam perahu Nabi Nuh.
Kemudian, Nabi Nuh AS mengeluarkan perbekalan yang tersisa dan diperoleh tujuh macam biji-bijian. Nabi Nuh AS memasak biji-bijian tersebut dan dimakan bersama pada saat berbuka.
2. Sedekah Bubur Asyura pada Masa Kesultanan Siak
Menyadur situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, sejarah sedekah bubur Asyura sudah ada sejak masa Kesultanan Siak yang ke-11 dan dilanjutkan pada masa kepemimpinan Sultan Siak ke-12. Namun, tradisi ini sempat hilang pada tahun 80-an.
Selain itu, kebiasan lainnya yang dilakukan pada Muharram adalah berpuasa sunnah dan berbuka dengan menikmati hidangan bubur tersebut. Dahulu, konon setelah acara berbuka dengan bubur Asyura, sultan-sultan bersedekah.
ADVERTISEMENT
Adapun tradisi membuat bubur Asyura masih dilestarikan hingga sekarang. Terlihat, beberapa daerah di Indonesia membuat bubur ini di hari kesepuluh Muharram.
3. Bubur Asyura Muncul Sejak Perang Badar
Menurut informasi yang ditulis kumparanFOOD, konon tradisi kuliner bubur Asyura yang dibuat setiap 10 Muharram muncul sejak Rasulullah SAW menghadapi perang badar, yaitu perang besar antara umat muslim di zaman Nabi Muhammad SAW melawan kafir Quraisy.
Kala itu, usai perang, jumlah prajurit Islam semakin bertambah. Sahabat Nabi pun membuat hidangan bubur untuk mengganjal perut prajurit. Namun, jumlah porsi bubur yang dimasak tak mencukupi untuk semua prajurit.
Jadi, Nabi Muhammad SAW memerintahkan pengikutnya untuk mencampurkan bahan-bahan apa saja yang ada untuk mencukupi kebutuhan prajurit. Semakin banyak bahan yang dimasukkan, semakin banyak porsi yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT
Tak heran, tradisi memasak bubur Asyura dalam jumlah banyak pun dapat dijumpai di berbagai daerah, yakni memasak bubur harus dengan wajan berukuran besar. Kemudian, bubur dibagikan dalam mangkuk kecil atau wadah dari daun pisang.
Baca Juga: Rahina Tilem: Sejarah, Makna, dan Prosesinya
Tradisi Bubur Asyura di Berbagai Daerah di Indonesia
Tradisi memasak bubur Asyura sudah menjadi ciri khas di setiap daerah di Indonesia. Menurut kumparanFOOD, rasa bubur Asyura berbeda-beda, tergantung wilayahnya. Di Banjar, bubur Asyura menggunakan 41 bahan yang terdiri dari sayur-sayuran, umbi-umbian, dan kacang-kacangan.
Sementara itu, bubur Asyura di Cirebon, Jawa Barat, terbuat dari beras, santan kelapa, dan gula aren. Sehingga, bubur Asyura di daerah tersebut berwarna gelap karena adanya gula aren. Saat disajikan, bubur Asyura terlihat menyiratkan bendera Merah Putih.
ADVERTISEMENT
Beberapa daerah lain memasak bubur Asyura secara besar-besaran. Setelah itu, warga akan membagikan ke masjid-masjid dan warga sekitar. Mereka memasak bubur Asyura dari pagi hingga sore.
Filosofi Bubur Asyura
Bubur Asyura menyimpan filosofi yang mendalam. Mengutip artikel ilmiah Makna Tradisi Bubur Asyura pada Cetnis Mandailing di Desa Tangkahan Durian Kecamatan Brandan Barat oleh Milda Afirani Lubis, bubur Asyura melambangkan rasa syukur umat dari nikmat dan keselamatan yang diberikan Allah SWT.
Menyadur kumparanFOOD, tradisi tersebut berawal dari sejarah bubur Asyura di zaman Nabi Nuh AS, di mana ia dan pengikutnya mengumpulkan sisa perbekalan setelah selamat dari banjir bandang.
Disebutkan juga bahwa bubur Asyura menjadi bentuk pengabdian atas kemenangan Nabi Musa melawan Firaun serta bala tentaranya. Oleh karena itu, setelah matang, ada beberapa doa keselamatan yang dibacakan sebelum menyantap bubur Asyura.
ADVERTISEMENT
Selain itu, beberapa daerah memasak bubur Asyura dengan cara bergotong royong. Jadi, bubur Asyura menyimpan makna filosofi yang tinggi akan gotong royong dan kebersamaan.
Cara Membuat Bubur Asyura
Bagi Anda yang ingin mencoba membuat bubur Asyura, dapat mengikuti resep di bawah ini yang dikutip dari YouTube Nanamu Channel.
Bahan-Bahan:
Bahan yang Dihaluskan:
Bumbu Bubuk:
Cara Membuat:
ADVERTISEMENT
(NSF)