Konten dari Pengguna

Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
5 Agustus 2024 11:29 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Foto: Pexels/Irginurfadil
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Foto: Pexels/Irginurfadil
ADVERTISEMENT
Sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia sangat penting untuk diketahui. Ini merupakan tonggak awal bangsa Indonesia yang merdeka dari penjajahan.
ADVERTISEMENT
Momen tersebut melibatkan golongan muda dan golongan tua yang sempat berbeda pendapat. Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pun tak lepas dari peristiwa Rengasdengklok.
Simak uraian lengkap tentang sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia di bawah ini.

Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Ilustrasi Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Foto: Unsplash
Peristiwa Kemerdekaan Indonesia terjadi pada 17 Agustus 1945. Proklamasi adalah hasil dari perjuangan panjang rakyat Indonesia yang mencakup demonstrasi, diplomasi internasional, perlawanan bersenjata, dan peran penting para pemimpin nasional.
Beberapa tokoh penting, seperti Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta berperan dalam peristiwa ini. Berikut adalah sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia secara lengkap dan runut.

1. Kekalahan Jepang

Selama masa penjajahan Jepang yang dimulai sejak 1942, sumber daya alam Indonesia dieksploitasi. Selain itu, rakyat Indonesia harus mengikuti Romusha, yakni kerja paksa tanpa imbalan yang menyebabkan banyak orang meninggal.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas XI oleh Ersontowi, M.Pd., pada 26 Juli 1945, tiga pemimpin negara yang tergabung dalam sekutu, yakni Presiden Harry S. Truman dari Amerika Serikat, Perdana Menteri Winston Churchill dari Inggris Raya, dan Chiang Kai Sek dari Cina, melaksanakan konferensi di Postdam, Jerman.
Konferensi tersebut menghasilkan deklarasi tentang kekalahan Jepang. Konferensi tersebut pun dikenal dengan Deklarasi Postdam yang berbunyi, semua penjahat perang harus diadili, termasuk mereka yang melakukan kekejaman terhadap tawanan.
Dalam hal ini, pemerintah Jepang harus memberi kebebasan, memberlakukan demokrasi, dan menghormati hak-hak asasi manusia. Tak hanya itu, pemerintah Jepang juga diberikan kesempatan untuk memilih mengakhiri perang kepada sekutu dengan menyerah tanpa syarat.
ADVERTISEMENT
Jepang menolak isi Deklarasi Postdam. Amerika Serikat kemudian menjatuhkan bom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Bom tersebut membuat ratusan ribu penduduk Jepang meninggal dunia dan ratusan ribu lainnya cacat.
Pada 15 Agustus 1945 waktu Jepang, Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu dan mengakui Deklarasi Postdam.

2. Peristiwa Rengasdengklok

Melihat peluang kemerdekaan Indonesia dari kekalahan Jepang tersebut, golongan muda memaksa golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Golongan muda menculik Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta ke Rengasdengklok, salah satu kecamatan di Karawang, Jawa Barat.
Merangkum buku Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan 1945-1998 pada Dr. Aman, M.Pd., peristiwa Rengasdengklok dipicu adanya perbedaan paham antara golongan tua yang moderat dengan golongan pemuda yang revolusioner.
ADVERTISEMENT
Golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili Soekarno dan Hatta. Para golongan tua menghendaki bahwa kemerdekaan harus melalui PPKI sesuai prosedur maklumat Jepang, yakni pada 24 Agustus 1945.
Alasan golongan tua adalah meskipun Jepang telah kalah, militer di Indonesia masih kuat, sehingga harus diperhitungkan. Selain itu, beberapa Tentara Belanda ke Indonesia yang kembali pun dianggap lebih berbahaya dibandingkan sekadar pelaksanaan proklamasi.
Golongan muda, diwakili para anggota PETA dan mahasiswa tak setuju terhadap sikap golongan tua. Mereka menganggap PPKI adalah bentukan Jepang, sehingga sepakat menolak pelaksanaan proklamasi oleh PPKI. Mereka menginginkan proklamasi dilaksanakan dengan kekuatan sendiri.
Dari peristiwa Rengasdengklok tersebut, Ahmad Subardjo memberi jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan dilakukan pada 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00.
ADVERTISEMENT

3. Perumusan Teks Proklamasi

Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Soekarno-Hatta. Mereka menyetujui bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus segera dikumandangkan.
Setelah kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta, tepatnya pukul 23.00, para golongan tua langsung menuju rumah Laksamana Maeda untuk menyusun teks proklamasi. Dalam perumusan teks proklamasi tersebut, hadir pula Sukarno, Mbah Diro, dan BM. Diah dari golongan muda.
Sukarni mengusulkan agar Soekarno dan Hatta yang menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia, sebab Soekarno dan Hatta merupakan dwi-tunggal yang memiliki pengaruh cukup besar di mata rakyat Indonesia.
Selanjutnya, Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi disertai beberapa perubahan yang telah disetujui bersama. Berikut bunyi teks proklamasi yang akhirnya dibacakan Soekarno:
ADVERTISEMENT

4. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan adalah simbol bagi bangsa Indonesia yang akan menata diri untuk diakui keberadaannya oleh dunia internasional.
Setelah selesai merumuskan dan mengesahkan teks proklamasi, pada pagi harinya, yakni 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para pemuda kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi.
Pada mulanya, pembacaan tersebut akan dilaksanakan di lapangan Ikada. Mendengar hal tersebut, Jepang memblokade lapangan Ikada. Bahkan, beberapa pemuda telah berdatangan ke lapangan tersebut.
Karena hal tersebut, proklamasi pun dialihkan ke rumah Soekarno, yakni Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Halaman rumah Soekarno telah dipadati massa menjelang pembacaan teks proklamasi.
Upacara Proklamasi Kemerdekaan dipimpin Latief Hendraningrat tanpa protokol. Kemudian, Soekarno mendekatkan diri dengan mikrofon dan berpidato singkat. Setelah itu, ia membacakan teks proklamasi.
ADVERTISEMENT
Acara berikutnya adalah pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan Latief dan Suhud. Pengibaran bendera tersebut diiringi lagu Indonesia Raya.
Selesai pengibaran, acara ditutup dengan sambutan Wakil Walikota, Suwiryo dan Muwardi. Dengan selesainya upacara Proklamasi Kemerdekaan, Indonesia pun menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
Pada hari itu juga, teks proklamasi diserahkan oleh Syahrudin, wartawan Domei, kepada kepala kantor bagian radio WB. Palenewen untuk disiarkan. Berita proklamasi pun disiarkan oleh F. Wuz, seorang penyiar, selama tiga kali berturut-turut.
Tak terbatas melalui radio, berita Proklamasi Kemerdekaan juga dilakukan melalui pers dan selebaran kertas. Peran buruh kereta api sangat besar dalam membawa berita proklamasi melalui surat selebaran. Hingga, pada 20 Agustus 1945, hampir semua harian di Jawa telah memuat berita Proklamasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, berita proklamasi tersebut tersebar ke seluruh penjuru tanah air dan mendapat sambutan baik dari rakyat Indonesia.

5. Pembentukan Pemerintah Republik Indonesia

Sehari setelah teks proklamasi dikumandangkan, para pemimpin langsung membentuk lembaga pemerintahan sebagaimana layaknya suatu negara merdeka. Rapat pertama dilaksanakan di Pejambon Jakarta untuk mengkaji pembukaan UUD sebagaimana tercantum dalam Piagam Jakarta.
Kemudian, pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan. Dalam musyawarah mufakat, dipilih dan disetujui Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden pertama Indonesia.
Pada 19 Agustus 1945, rapat dilanjutkan untuk memutuskan pembagian wilayah Indonesia. Disepakati, Indonesia terdiri dari delapan provinsi dengan wilayah bekas jajahan Hindia Belanda:
Setelah menetapkan wilayah, pembentukan kementerian pun dilakukan. Pada 22 Agustus 1945, rapat dilaksanakan untuk membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai pengganti PPKI.
ADVERTISEMENT
Terakhir, rapat dilaksanakan untuk membentuk kekuatan pertahanan dan keamanan, dengan lahirnya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Soepriyadi, tokoh perlawanan tentara PETA terhadap Jepang di Blitar.
(NSF)