Konten dari Pengguna

Teori Integrasi: Pengertian, Bentuk, dan Syarat Terjadinya Integrasi Sosial

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
22 Desember 2021 11:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi teori integrasi. Foto: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teori integrasi. Foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Dalam kajian ilmu sosial, teori integrasi dipahami sebagai bagian dari paradigma fungsi struktural. Teori ini mengkaji penyesuaian unsur-unsur sosial yang beragam, sehingga membentuk keutuhan masyarakat yang harmonis.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa yang dimaksud dengan teori integrasi? Simak uraian selengkapnya berikut ini.

Teori Integrasi

Istilah integrasi berasal dari bahasa Latin ‘integrare’, yang berarti memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Secara umum, integrasi dipahami sebagai keutuhan atau kebulatan.
Menurut Amri Marzali dalam buku Antropologi dan Kebijakan Publik, konsep integrasi sosial dapat dipahami sebagai sebuah kondisi bersatunya elemen-elemen dalam suatu komunitas, sehingga terwujud kesatuan yang holistik.
Sementara berdasarkan perspektif sosiologis, teori integrasi sosial memuat paradigma pengandaian, bahwa pada dasarnya masyarakat berada dalam sebuah sistem sosial yang mengikat mereka pada keseimbangan.
Adapun menurut Emile Durkheim dalam jurnal Agama, Konflik, dan Integrasi Sosial: Integrasi Sosial Pasca Konflik Situbondo yang ditulis oleh Retnowati, menyebutkan bahwa, integrasi sosial dapat terwujud jika muncul ketergantungan antar-bagian atau elemen dalam sebuah komunitas.
ADVERTISEMENT
Timbulnya solidaritas didasarkan pada kesamaan dalam kepercayaan dan nilai yang saling bergantung secara fungsional dalam masyarakat heterogen. Kondisi tersebut akan memunculkan kesadaran kolektif untuk menciptakan kesatuan dalam masyarakat.
Ilustrasi integrasi dalam masyarakat. Foto: Pixabay.com

Bentuk-bentuk Integrasi Sosial

Mengutip dari buku Sosiologi: Jilid 2 yang disusun oleh Kun Maryati, integrasi sosial dibedakan menjadi tiga bentuk, di antaranya:
1. Integrasi Normatif
Bentuk integrasi ini dapat dipahami sebagai sebuah bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma yang berlaku di masyarakat. Artinya, norma juga dapat dijadikan sebagai sesuatu yang mempersatukan masyarakat.
Misalnya, bangsa indonesia disatukan oleh prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang berfungsi untuk mengintegrasikan perbedaan yang ada di masyarakat.
2. Integrasi Fungsional
Integrasi fungsional dapat terbentuk akibat faktor-faktor tertentu dalam masyarakat. Hal ini karena integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari tiap-tiap pihak dalam sebuah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Contohnya, keragaman suku pada masyarakat Indonesia mengintegrasikan diri dengan melihat fungsi dari masing-masing suku. Misalnya, suku Bugis yang gemar melaut difungsikan sebagai penyedia hasil laut. Sementara suku Minang yang memiliki kemampuan berdagang difungsikan sebagai pihak yang menjual hasil laut tersebut.
Dengan mengintegrasikan masing-masing fungsi dalam kelompok, maka akan terbentuk sebuah integrasi.
3. Integrasi Koersif
Bentuk integrasi sosial yang satu ini terbentuk berdasarkan kekuasaan yang ada pada masyarakat. Misalnya adanya perusuh yang berhenti melakukan keributan akibat polisi yang menembakkan gas air mata ke udara.

Syarat Terjadinya Integrasi Sosial

Dalam buku Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XI oleh Puline Pudjiastiti, syarat terjadinya integrasi sosial menurut William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff antara lain sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Itulah penjelasan tentang teori integrasi dalam perspektif ilmu sosial. Intinya, integrasi merupakan penyesuaian unsur yang berbeda dalam kelompok masyarakat. Perbedaan tersebut akan membentuk kesatuan yang utuh.
(ANM)