Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Bekatul beras organik Bondowoso diolah jadi sereal dan minyak
23 Agustus 2018 22:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
BONDOWOSO, kabarbisnis.com: Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Al Barokah dari kluster beras organik Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari Bondowoso terus berinovasi. Dibawah bimbingan Bank Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang dan Pemerintah Kabupaten Bondowoso, petani akhirnya bisa melakukan diversifikasi produk. Tidak hanya berupa beras organik Botanik, bekatul organik (sisa pemrosesan gabah menjadi beras) juga diolah menjadi sereal, biskuit dan minyak goreng."Kalau biasanya bekatul hanya dijadikan makanan ayam, di sini bisa diolah jadi makanan manusia." ujar Deputi Bank Indonesia Jember M Lukman Hakim saat kunjungan ke Gapoktan Al Barokah Lombok Kulon Wonosari Bondowoso, Kamis (23/8/2018).Menurut penuturannya, Gapoktan Al Barokah telah menjadi binaan BI Jember sejak tahun 2014. Saat ini, luas sawah yang sudah dikembangkan untuk padi organik sudah capai 160 hektar dan telah mendapatkan sertifikat SNI Nasioanal. Dari luas lahan yang telah ber SNI tersebut, 20 hektar telah mendapatkan sertifikat internasional dari Control Union (CU) yang menandakan bahwa kualitasnya sejajar dengan beras organik dari negara lain. Pemilihan Lombok Kulon sebagai kluster beras organik ini dengan mengacu pada besarnya potensi wilayah ini untuk pengembangan padi organik. Sumber air yang masih murni dan lingkungan yang tidak tercemar dengan bahan kimia serta SDM yang mumpunil menjadi faktor utama dalam penentuannya.Dengan langkah tersebut, ia berharap ekonomi petani di Lombok Kulon menjadi terangkat karena harga jual beras organik juga lebih mahal. Jika beras premium biasa dihargai rata-rata dikisaran Rp 11 ribu per kilogram, maka beras organik dipatok dikisaran Rp 20 ribu per kilogram. Selain itu, dengan pengolahan yang baik, produktivitas lahan juga meningkat menjadi 7 ton per hektar dibanding lahan sawah konvensiaonal yang rata-rata hanya 4 ton per hektar.Pendamping pertanian organi dari Universitas Muhammadiyah Malang, Prof Indar Prihatini mengatakan bahwa dengan telah mengantongi sertifikat internasional, maka beras organik dari Gapoktan Al Barokah Lombok Kulon terbuka untuk diekspor ke luar negeri. Dan untuk menuju pasar internasional itu, Gapoktan Al Barokah sudah mengirimkan contoh produk ke Hongaria dan Belgia. Diprediksi akhir tahun ini ekspor ini sudah bisa dilakukan. Minimal 25 ton untuk sekali ekspor. Dijelaskannya, untuk menuju pasar internasional memang banyak hal yang perlu dipenuhi. Salah satunya adalah sumber air. Indar menyontohkan pasar Jepang saja tidak akan mau menerima beras organik dari satu negara jika tidak dihasilkan daerah yang menjadi pusat sumber air. "Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari kabupaten Bondowoso ini sudah punya modal karena berada di daerah pusat sumber air," tegas Indar. Ketua Gapoktan Al Barokah, Mulyono mengungkapkan untuk saat ini produksi pertanian organik dari 400 petani di desa ini mencapai tujuh hingga delapan ton per hektar. Pendapatan petani juga meningkat tajam. Jika sebelumnya pendapatan petani Rp 26 juta per hektar kini mencapai Rp 38 juta per hektar. "Kita juga akan mulai mengirimkan banyak produk ke Kalimantan dan Sulawesi. Perdagangan antar pulau," tandasnya. Kepala Grup BI Jatim, Harmanta mengatakan saat ini ekonomi Indonesia masih stabil. Laju inflasi juga relatif stabil. Namun karena tekanan luar negeri, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. "Dengan upaya ekspor yang dilakukan Gapoktan Al Barokah ini kami berharap bisa memacu peningkatan nilai ekspor yang selanjutnya bisa ikut membantu meningkatkan nilai tukar rupiah," tegasnya.kbc6
ADVERTISEMENT