Konten Media Partner

Film horor jadi genre favorit industri film Tanah Air, apa alasannya ?

8 April 2019 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
JAKARTA, kabarbisnis.com: Dalam beberapa tahun terakhir industri perfilman Indonesia bangkit. Selain banyaknya judul film yang banyak diserbu penonton, banyak pilihan genre atau jenis film yang diproduksi dan mendapat sambutan positif dari penonton.
ADVERTISEMENT
Pengamat film Indonesia, Yan Wijaya mengatakan, sejauh ini tren industri film Tanah Air menunjukkan hal positif. Peningkatannya pun terlihat secara signifikan.
"Pada 2019 ini, sangat menggembirakan dan mencapai puncaknya selama 100 tahun kalau kita lihat sejak ada film Indonesia sampai hari ini," ungkap Yan, Minggu (7/4/2019).
Menurut Yan, hingga kini film yang paling diminati adalah film remaja sehingga paling banyak diproduksi. Film-film ini antara lain bergenre horor.
"Jumlah film horor mencapai 50 judul lebih (secara total keseluruhan) berarti 30 persen lebih. Setiap minggu kita menyaksikan sebuah film horor Indonesia, bahkan bisa sampai dua judul," ujarnya.
Dia mengatakan, film horor bisa dibilang berlebihan diproduksi di dalam negeri. Selama di Indonesia hanya tiga genre yang cukup disukai serta diminati yakni horor, drama, dan komedi. Sedangkan film laga jarand diproduksi.
ADVERTISEMENT
"Sementara film action jarang, mungkin dalam setahun hanya dua judul film dalam setahun," ungkapnya.
Ia menjelaskan, selain film horor disukai, alasan film ini juga terus diproduksi karena biaya yang dibutuhkan tidak terbilang besar. Kemudian pembuatan film horor sebagain besar adalah standard dan biasanya membutuhkan biaya murah.
"Kecuali beberapa film horor bagus sekali, itu biasanya hampir dua kali lipat yang biasa. Tapi rata-rata film horor standar Rp 2,5 miliar. Kalau saat ini angka itu tidak besar," jelasnya.
Alasan lain film ini tetap digarap lantaran murah, gampang dibuat dan banyak rumah produksi yang ikut-ikutan alias latah.
"Jadi kalau mereka melihat film Pengabdi Setan sukses, langsung full bisa produksi yang lain. Berlomba-lomba bikin film (bergenre horor). Setalah Pengabdi Setan ada film Suzanna yang juga sukses. Lalu yang lain juga membuat film tapi dengan value yang kurang dibanding dua film itu," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
"Mereka latah. Itu semangat kita dari dulu, semangat film Indonesia, selama saya geluti puluhan tahun," sambungnya.
Disebutkannya, dalam pembuatan dan penggarapan sebuah film dibutuhkan dana yang berbeda dsn tergantu kualitas film yang dimaksud. Rentang biayanya bisa dari ratusan juta hingga puluhan miliar.
"Ada yang dibuat dengan (biaya) Rp 10 miliar, ada Rp 2 miliar, ada Rp 1 miliar, dan bahkan di bawah Rp 1 miliar pun ada," sebut dia.