Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
5 Ramadhan 1446 HRabu, 05 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Gelar famtrip, Bali jadi pilot project pembanguann wisata Sulteng
8 Desember 2018 6:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
BALI - Geliat pariwisata Sulawesi Tengah (Selteng) terus dikebut Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Tagline Sulteng Bangkit pun langsung di gemakan. Salah satunya dengan membawa para pelaku industri pariwisata Sulteng Famtrip di Bali. Program ini digelar 5 hingga 9 Desember 2018.
ADVERTISEMENT
"Kita membawa 15 orang pelaku pariwisata Sulteng untuk menimba ilmu di Bali. Mereka terdiri Dari 13 orang dari industri pariwisata, Serta 2 orang dari Dinas Pariwisata Sulteng. Bali menjadi jujukan bagi pilot project pembangunan Pariwisata di SulTeng," ujar Plt Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani, Jumat (7/12).
Menurut Giri hal ini sangat lah penting, pasalnya Sulteng saat ini sedang membangun kembali pariwisatanya. Sebagai gerbang pariwisata Indonesia, Bali memiliki keunggulan yang dapat diterapkan di Sulteng. Untuk itu program padat pun digulirkan. Sejumlah destinasi utama pun menjadi bencmarknya.
Salah satunya Quicksilver Mega Ponton di Nusa Penida. Destinasi ini menjadi destinasi bahari yang cukup lengkap. Dari mulai banana boat, Snorkeling dan diving, kapal panorama bawah laut, hingga perosotan air dimiliki destinasi ini. Semua itu dapat diaplikasikan di Sulteng. Terlebih potensi Bahari Sulteng tak kalah dengan Bali.
ADVERTISEMENT
"Nusa Penida menjadi contoh yang bagus untuk diaplikasikan di Sulteng. Bagai mana mereka melengkapi Serta melayani para tamu bisa ditiru dan dibawa me Sulteng," ungkap Giri.
Bukan itu saja, pengetahuan peserta tentang pengelolaan desa wisata pun ikut diupgrade. Benchmarknya Desa Panglipuran di Bangli. Dengan total luas 112 hektar yang terdiri dari 12 hektar area rumah penduduk, 49 hektar ladang dan 37 hektar hutan bambu, desa wisata ini dijamin dapat menarik perhatian siapapun yang berkunjung. Apalagi desa ini menyandang predikat desa terbersih di dunia sejak 2016 lalu.
"Banyak hal penting dapat dipetik di desa ini. Bagai mana Panglipuran menjelma menjadi destinasi besar tanpa meninggalkan adat istiadatnya. Begitu juga dengan pengolahan sampah secara swadaya oleh masyarakat. Tentunya ini menjadi ilmu yang bagus," ucap Giri.
ADVERTISEMENT
Pengembang serta pengembangan destinasi alam pun tak luput jadi perhatian. Tegalalang serta Monkey Forest pun menjadi jujukannya. Begitu juga pengetahuan soal kuliner. Terlebih industri kuliner Bali telah berevolusi menjadi industri pendukung utama pariwisata.
"Pariwisata Sulteng sudah mendapatkan momentum kebangkitannya. Mereka sudah menata ulang spot terbaik beserta sistemnya. Dengan program ini kami berharap Sulteng tampil lebih dari sebelumnya. Karena Sulteng ini sudah siap dikunjungi. Kondisinya sudah pulih dan aman. Dan juga tidak semua destinasi pariwsata di Sulteng ini terpapar bencara beberapa waktu lalu," tegas Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauziyani.
Membranding kembali pariwisata Sulteng memang bukan perkara mudah. Padahal beberapa destinasi terbaik Sulteng tidal terimbas sama sekali oleh gempa. Sebut saja Togean Underwater, Pulo Dua, Pulau Sombori, Tanjung Karang, dan Air Terjun Saluopa yang jauh dari gempa. Atau juga destinasi sejarah sekaligus budaya Keraton Banggai dan Megalith Stones yang juga tidak terimbas.
ADVERTISEMENT
"Sulteng Kuat! Sulteng Bangkit! Support terbaik akan kami berikan pada mereka. Yang jelas, pariwisata Sulteng ini harus pulih secepatnya. Kondisi di Sulteng secara menyeluruh sudah bagus. Selain atraksinya, aksesibilitas dan amenitasnya sudah bagus," tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya. (*)