Pasar tradisional masih menggiurkan bagi pelaku usaha FMCG

Konten Media Partner
2 April 2019 11:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
SURABAYA, kabarbisnis.com: Koordinator Wilayah Indonesia Timur Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Abraham Ibnu menegaskan bahwa pabrikan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) lebih senang menjual produk yang diproduksi di berbagai pasar tradisional dibanding pasar modern. Hal ini terlihat dari penguasaan pasar tradisional terhadap penjualan produk FMCG yang mencapai 72 persen hingga 74 persen.
ADVERTISEMENT
“Kenapa pabrikan FMCG lebih menyukai pasar tradisional dibanding pasar modern, karena peredaran uang cash di pasar tradisional jauh lebih besar dibanding pasar modern,” ujar Abraham Ibnu saat acara Forum Discussion Group dengan tema “Persaingan Pasar Tradisional VS Modern dalam Perdagangan FMCG (Fast Moving Consumer Goods) di Surabaya, Senin (1/4/2019).
Di pasar tradisional, ujarnya, pembayaran selalu dilakukan secara cash dan tidak mundur. Sehingga pelaku bisnis FMCG akan bisa kembali memutar modal mereka dengan cepat. Kondisi tersebut jauh berbeda dengan di pasar modern dimana pembayaran selalu mundur satu bulan.
“Jadi mereka akan berusaha menjual produknya lebih banyak lagi di pasar tradisional untuk menutupi mundurnya pembayaran di pasar modern,” tegasnya.
Terkait penjualan produk FMCG pada tahun ini, ia mengungkapkan bahwa pada awal tahun 2019 sedikit terkoreksi. Penjualan FMCG di pasar tradisional pada Januari mengalami penurunan seb3sar 1,1 persen. Namun secara keseluruhan, penjualan FMCG di tahun 2019 diperkirakan bakal tumbuh sebesar 2,4 persen, naik dibanding tahun lalu yang hanya tumbuh sebesar 1 persen.
ADVERTISEMENT
“Pertumbuhan terbesar terjadi pada produk skincare yang mencapai 14,4 persen, disusul coklat sebesar 12,8 persen dan susu cair yang mencapai 12,5 persen,” tambahnya.
Sementara itu, Vice President Bank Mandiri Regional Surabaya, Atta Alva Wanggai mengatakan bahwa bank Mandiri akan terus mendukung bisnis perdagangan FMCG. Secara nasional, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sektor ini Rp 21,3 triliun di tahun 2018.
Perdagangan FMCG di Jawa Timur, lanjut Atta, merupakan salah satu sektor potensial mengingat jumlah penduduk di wilayah ini mencapai 39,3 juta jiwa dan kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 59,3 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur.
Hal ini semakin diperkuat dengan keuntungan letak geografis yang strategis dalam perdagangan antar pula. "Menjadi sektor primadona, perdagangan FMCG justru melahirkan persaingan yang ketat sebagai tantangan utama. Dengan jenis produk yang cukup homogen, persaingan muncul antar pemain dalam multi format dan segmen perdagangan. Dapat kita lihat isu klasik persaingan pasar tradisional dan modern," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun perdagangan FMCG melalui channel perdagangan umum/tradisional saat ini masih mendominasi, peningkatan kontribusi perdagangan FMCG melalui channel modern terbilang cukup pesat. Pada tahun 2003, kontribusi perdagangan FMCG melalui channel tradisional sebesar 79,7 persen (di luar rokok), melalui hypermarket/supermarket 14,2 persen, dan minimarket 6,1 persen.
Sementara saat ini, kontribusi perdagangan FMCG melalui minimarket meningkat menjadi 31,4 persen, hypermarket/supermarket 12,1 persen, dan tradisional 56,5 persen.
Pemerintah sendiri telah melakukan beberapa upaya untuk mencari jalan tengah atau win-win solution, mulai dari penataan pasar tradisional dan toko modern melalui zonasi, program quick win kebijakan pemerataan ekonomi ritel modern dan pasar tradisional, hingga peraturan kemitraan antara ritel modern dan pedagang tradisional dimana peritel modern wajib menjadi pemasok bagi pedagang tradisional.
ADVERTISEMENT
"Kami di Bank Mandiri juga memiliki peran sebagai agent of development. Jadi, kami bukan hanya bertindak sebagai institusi perbankan melalui dukungan finansial bagi para pemain di industri, namun juga menjembatani para pemangku kepentingan di sektor perdagangan FMCG untuk mencari solusi bersama sehingga tantangan yang ada dapat berubah menjadi kesempatan bagi perdagangan FMCG di Jawa Timur untuk maju lebih optimal," pungkasnya.