Konten Media Partner

Plastik mulai ditinggalkan, penjualan sedotan kertas melesat 4.900 persen

17 Desember 2018 9:20 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
FORT WAYNE, kabarbisnis.com: Resistensi masyarakat internasional terhadap produk berbahan plastik semakin kuat. Terbukti, sedotan plastik mulai ditinggalkan dan mulai beralih ke sedotan kertas.
ADVERTISEMENT
Mengutip laporan Fox Business, penjualan sedotan kertas meroket hingga 4.900 persen. Itu tak terlepas dari langkah perusahaan global yang mulai melawan pemakaian sedotan plastik, di antaranya McDonald's, Starbucks dan Goldman Sachs Group.
Mula perlawanan terhadap sedotan plastik adalah ketika beredar video penyu yang lubang hidungnya tersangkut sedotan plastik. Video tersebut direkam oleh ahli biologi laut Christine Figgener dari Universtitas Texas A&M dan sudah ditonton sampai 33 juta kali.
Perusahaan yang menjadi andalan pemasok sedotan kertas adalah Aardvark yang telah mulai membuat sedotan kertas pada 1888. Saat ini, Hoffmaster Foodservice telah mengakuisisi Aardvark dan memberitahukan bisnis akan berekspansi berkat lonjakan permintaan sedotan kertas.
"Ini begitu luar biasa. Fasilitas baru kita di Fort Wayne akan memiliki tujuh hingga delapan kali kapasitas dari yang kami punyai di fasiltas eksisting kami," ujar Presiden Hoffmaster Foodservice Andy Romjue.
ADVERTISEMENT
Dan tenyata, para startup pun juga mulai merambah ke bisnis sedotan. Loliware memiliki produk Lolistraw yang menciptakan sedotan yang bisa dimakan dan terbuat dari rumput laut, lalu ada Simply Straws yang membuat sedotan yang bisa kembali digunakan.
Di Indonesia, resistensi melawan plastik juga sudah mulai digunakan oleh pemerintah. Menteri Susi Pudjiastuti memberi denda  pada pemakaian plastik di kantor kementeriannya, dan Kementerian Dalam Negeri juga memberi himbauan sejenis.
Kesadaran publik tergugah karena beredarnya foto paus mati di Wakatobi yang tubuhnya dipenuhi sampah plastik. kbc10