Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Rizal Ramli: Gus Dur terapkan ekonomi keberpihakan
16 Januari 2019 17:10 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
SURABAYA kabarbisnis.com: KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa dipanggil "Gus Dur" telah menjadi tauladan bagi bangsa Indonesia dalam segala hal. Tidak hanya soal agama, toleransi, politik dan kebangsaan, dalam hal kebijakan ekonomi juga dinilai berhasil untuk mengembalikan kondisi krisis yang terjadi pada masa kepemimpinannya, 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001.
ADVERTISEMENT
Dalam acara "Halaqah Ekonomi" yang digelar oleh Pecinta Gus Dur, Pengamat Ekonomi Rizal Ramli yang pada saat kepemimpinan Gus Dur menjabat sebagai Kepala Bulog menegaskan bahwa Gus Dur memiliki gaya sendiri dalam mengambil kebijakan, khususnya di bidang ekonomi.
Menurutnya, ekonomi yang dijalankan Gus Dur adalah ekonomi keberpihakan, bagaimana rakyat bisa senang dan hidup bahagia. "Esensi ekonomi Gus Dur adalah keberpihakan. Ekonomi bukan hanya soal hitung- menghitung. Berpihak kepada siapa dulu baru menghitung. Saat itu Gus Dur berpesan kepada saya, yang penting rakyat senang. Bagaimanapun caranya kamu harus membuat rakyat senang, bahagia," ujar Rizal di Surabaya, Rabu (16/1/2019).
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa ada beberapa langkah strategis yang dilakukan Gus Dur untuk memacu pertumbuhan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami penurunan hingga minus 3. "Pertama dengan menaikkan gaji Pegawai Negeri (PN) yang masih sangat rendah. Sepanjang masa kepemimpinannya selama 21 bulan, gaji PN naik dua kali dengan besaran hingga 125 persen," terangnya.
ADVERTISEMENT
Dengan kenaikan tersebut maka daya beli mereka menjadi naik. Bahkan 95 persen dari total gaji dibelanjakan hingga akhirnya ekonomi menjadi kembali bergerak lebih cepat.
Disaat yang sama, karena banyaknya petani dan pengusaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tidak bisa bayar kredit karena tingginya bunga yang ditetapkan yang mencapai 80 persen. Maka pemerintahan Gus Dur memutuskan untuk menghapus bunga dan petani atau UMKM hanya wajib membayar pokok kredit.
"Mereka itu orang kecil, walaupun dikejar-kejar untuk membayar mereka pasti tidak akan mau karena bunga terlalu tinggi. Maka solusinya harus dilakukan penghapusan bunga. Dan akhirnya petani bisa kembali memenuhi tanggungannya, bisa kembali mendapat kredit dan bisa kembali bertanam," terang Rizal
ADVERTISEMENT
Sementara untuk bunga real estate atau perumahan dilakukan pemangkasan, dari 8p persen menjadi 30 persen agar sektor perumahan kembali bergairah. "Sebab real estate ini kan kepala. Jika real estate naik maka sektor lain akan ikut terdongkrak naik," lanjutnya. Dan yang tidak kalah penting, Gus Dur juga berupaya menaikkan ekspor hingga dua kali lipat dan melakukan stabilisasi harga beras sepanjang masa pemerintahannya.
Dengan berbagai langkah strategi yang dilakukan, maka Gus Dur berhasil mengembalikan laju ekonomi Indonesia. Bahkan di akhir masa kepemimpinannya, ekonomi Indonesia mampu melesat hingga mendekati 5 persen.
Disinggung dengan masa kepemimpinan Joko Widodo, ia menegaskan bahwa sebenarnya Jokowi sangat bagus. Namun menurut Rizal, Jokowi salah salah memilih pembantu di sektor perdagangan. "Jokowi sebenarnya sangat bagus, tetapi ia salah dalam memilih menteri. Ingin Indonesia swasembada pangan tapi pilih menteri yang doyan impor. Ini yang tidak.bagus," pungkasnya.kbc6
ADVERTISEMENT