Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten Media Partner
Tidak untuk bisnis, Gudang Garam bangun bandara untuk dihibahkan
12 Maret 2018 12:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
JAKARTA, kabarbisnis.com: Kediri bakal memiliki bandar udara (bandara). Adalah PT Gudang Garam Tbk yang memprakarsai pembangunan bandara di Kediri dan menanggung seluruhnya investasi proyek ini.
ADVERTISEMENT
Produsen rokok yang bermarkas di Kediri itu membangun bandara tersebut sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).
Wakil Direktur Gudang Garam Susanto Widyatmoko menyebutkan, perusahaannya sudah meminta izin ke Kementerian Perhubungan (Kemhub) untuk membangun bandara di Kediri.
Meski baru tahap awal dan belum ada estimasi nilai investasi, emiten dengan kode saham GGRM ini siap mendanai, mulai pembebasan lahan hingga konstruksi. "Kami akan menghibahkan 100% (bandara ini). Jadi, ini bukan bisnis baru kami nantinya," tegas Susanto, akhir pekan lalu.
Tapi, Susanto belum bisa memastikan, kapan pembangunan bandara di Kediri akan mulai bergulir. Yang jelas, lapangan terbang ini akan berada di Barat Kediri.
Untuk itu, Gudang Garam telah menyiapkan lahan buat bandara ini. Mereka sudah membeli tanah seluas 2,68 juta meter persegi dengan nilai mencapai Rp 845,31 miliar pada Agustus 2017 lalu. Perusahaan yang berdiri 1958 silam ini membeli lahan tersebut lewat anak usaha PT Surya Dhoho Investama.
ADVERTISEMENT
Kelak, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemhub Agus Santoso menjelaskan, bila bandara di Kediri jadi dibangun, maka ini akan menjadi bandara kedua yang digarap dengan investasi penuh perusahaan swasta.
Sebelumnya, ada Bandara Bintan yang pembangunannya didanai seluruhnya oleh Salim Group dan Sriwijaya Air. Investasi bandara ini mencapai US$ 150 juta.
"Jadi, peran swasta penting. Pemerintah jelas akan mendorong kesempatan bagi swasta untuk berpartisipasi membangun bandara lain di tanah air," ujar Agus.
Sejauh ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan bilang, memang baru ada dua bandara yakni di Bintan dan Kediri yang pembangunannya dibiayai penuh perusahaan swasta. Ini memperlihatkan peran nyata swasta dalam pembangunan infrastruktur kebandarudaraan di negeri ini.
ADVERTISEMENT
Cuma sebenarnya, selain Gudang Garam dan Salim Group, ada perusahaan swasta lainnya yang berminat membangun bandara. Pertama, Lion Group yang pada 2015 lalu berniat menggarap pembangunan bandara di Kabupaten Lebak.
Enggak tanggung-tanggung, kelompok usaha milik taipan Rusdi Kirana ini siap menggelontor dana hingga Rp 10 triliun untuk membangun bandara di lahan seluas 4.000 hektare di daerah Banten tersebut.
Tapi, induk maskapai Lion Air, Wings Air, dan Batik Air ini mesti mengubur dalam-dalam keinginan mereka. Kemhub menolak proposal pembangunan bandara di Lebak dari Lion Group.
Soalnya, lokasi bandara yang Lion Group inginkan bersinggungan dengan Bandara Budiarto di Curug, Tangerang, yang selama ini menjadi tempat latihan calon pilot Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI).
ADVERTISEMENT
Kedua, PT BIBU Panji Sakti yang berencana membangun bandara di wilayah Kabupaten Buleleng, Bali. Bahkan, mereka sudah menyiapkan namanya yakni Bandara International Bali Utara.
Ada 16 investor dari berbagai negara, seperti Kanada, Amerika Serikat, dan Timur Tengah, yang tergabung dalam Kinessis Capital and Investment yang siap membantu pendanaan BIBU untuk membangun bandara itu. Mereka telah mengajukan proposal permohonan kepada Kemhub awal tahun ini. Tapi, Kemhub menolak dengan pertimbangan letak geografis Buleleng yang tak layak untuk dibangun bandara.