Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Perempuan yang Melawan: Perjuangan Perempuan dalam Demonstrasi di Indonesia
19 Februari 2025 18:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kaila Juliana Rifalda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tulisan ini diperuntukkan untuk semua perempuan yang dengan berani turun ke jalan, beraksi, berunjuk rasa, dan menyuarakan suara-suara yang selama ini masih dibungkam. Mereka adalah perempuan yang dengan lantang menyuarakan isu-isu mereka di mimbar maupun podium.
ADVERTISEMENT
Sejak lama, perempuan telah menjadi bagian penting dalam berbagai aksi demonstrasi di Indonesia. Mereka tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga sebagai motor penggerak yang memperjuangkan keadilan sosial, politik, dan hak asasi manusia. Sejarah membuktikan bahwa mereka selalu menjadi bagian dari setiap perubahan besar di negeri ini.
Jejak Perempuan dalam Sejarah Demonstrasi di Indonesia
Sejak era kolonial, perempuan telah menunjukkan keberanian dalam melawan penindasan. Cut Nyak Dhien dan Martha Christina Tiahahu adalah contoh nyata bagaimana perempuan tidak hanya berdiam diri, tetapi turut serta dalam perjuangan bersenjata melawan penjajahan. Setelah kemerdekaan, perempuan tetap aktif bergerak, menuntut hak-hak politik, ekonomi, dan sosial agar semakin setara.
Pada masa Orde Baru, demonstrasi menjadi alat perlawanan terhadap rezim yang otoriter. Gerakan mahasiswa 1998 yang menuntut reformasi juga tidak lepas dari peran perempuan. Mereka turun ke jalan, menyuarakan aspirasi rakyat, dan menghadapi berbagai risiko demi perubahan.
ADVERTISEMENT
Di era modern, perempuan tetap berada di garda terdepan berbagai aksi demonstrasi. Salah satu contoh nyata adalah gerakan Reformasi Di korupsi pada 2019, di mana banyak aktivis perempuan menyuarakan tuntutan terkait keadilan, perlindungan lingkungan, serta kesetaraan gender. Demonstrasi ini menegaskan bahwa suara perempuan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam perjuangan sosial di Indonesia.
Dalam aksi-aksi terbaru, termasuk protes terhadap kebijakan pemerintahan saat ini, perempuan kembali mengambil peran penting. Demonstrasi menentang kebijakan 100 Hari Prabowo-Gibran memperlihatkan bahwa mereka turut menyuarakan keresahan rakyat terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada masyarakat luas. Isu efisiensi anggaran juga menjadi perhatian utama, di mana perempuan menuntut transparansi dalam pengelolaan dana negara agar tidak hanya menguntungkan segelintir elit politik.
ADVERTISEMENT
Gerakan buruh perempuan juga semakin menguat, dengan banyak pekerja perempuan yang turun ke jalan menuntut hak-hak dasar seperti upah yang layak dan perlindungan dari pelecehan di tempat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan perempuan tidak hanya tentang kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kesejahteraan bersama.
Tantangan yang Dihadapi Perempuan dalam Demonstrasi
Meskipun memiliki peran besar dalam berbagai gerakan sosial, perempuan masih menghadapi tantangan lebih besar dibanding laki-laki dalam demonstrasi. Risiko pelecehan, kekerasan, hingga kriminalisasi sering kali menjadi ancaman nyata. Selain itu, pandangan patriarkal yang masih kuat kerap melemahkan posisi perempuan yang bersuara di ruang publik.
Namun, semua tantangan ini tidak membuat langkah mereka surut. Justru, semakin besar tantangan yang dihadapi, semakin kuat solidaritas yang mereka bangun. Perempuan membuktikan bahwa perjuangan untuk keadilan dan demokrasi bukan hanya milik satu gender, tetapi milik semua orang.
ADVERTISEMENT
Perempuan dalam demonstrasi bukan hanya sekadar pendukung, tetapi juga pemimpin dalam perjuangan sosial dan politik di Indonesia. Dari era kolonial hingga masa reformasi dan pemerintahan saat ini, mereka terus memainkan peran krusial dalam menuntut perubahan yang lebih adil.
Demonstrasi terbaru semakin menegaskan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam menyoroti kebijakan yang merugikan rakyat. Oleh karena itu, perjuangan mereka harus terus didukung, karena perubahan menuju masyarakat yang lebih demokratis dan berkeadilan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan aktif perempuan dalam setiap gerakan.
Kaila Juliana Rifalda (Founder Legal Repost, Kordinator Divisi Public Relation Voicedlawid, Sekertaris Umum DPM Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, Kader Permahi Yogyakarta.)