Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
100 USD/bbl, ancaman atau peluang?
20 Mei 2018 21:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Kajian Energi HMTM "PATRA" ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah kita ketahui bersama melalui tulisan sebelumnya mengenai turun drastisnya suplai minyak dunia karena beberapa faktor geopolitik, harga minyak mengalami peningkatan yang sangat pesat. Pada hari jumat tanggal 18 Mei 2018 harga dari brent crude oil mencapai 80 USD/bbl untuk pertama kalinya sejak November 2014.
ADVERTISEMENT
Kondisi seperti ini tentunya membawa dampak yang sangat signifikan terhadap banyak pihak, termasuk Indonesia sendiri yang biaya BBM nya masih disubsidi pemerintah relatif cukup tinggi. Tak hanya Indonesia, negara-negara lain yang tergolong negara importir juga mendapatkan ancaman akan terganggunya kestabilan ekonomi. Hal ini bisa dijelaskan yaitu jika negara importir itu mengimpor minyak dengan harga yang tinggi di pasaran maka ada 2 pilihan bagi pemerintah yaitu antara mensubsidi harga BBM ke masyarakat dengan APBN-nya yang berakibat harga BBM akan tetap terjangkau atau harga BBM dinaikkan yang berakibat turunnya daya beli masyarakat yang bermuara ke lesunya ekonomi negara tersebut dan tentunya bisa menyebabkan inflasi di negara tersebut. Bahkan beberapa bursa saham di wall street pun mengalami fluktuasi yang cukup meresahkan para investor karena naiknya harga minyak ini dan menyebabkan sebagian pemilik saham menjual sahamnya untuk mengantisipasi harga minyak yang kembali turun (bounce back) dan menyebabkan turunnya beberapa harga saham karena menarik dirinya para pemilik saham.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah dikutip dari seorang analis ke klien pada tulisan sebelumnya “The potential for oil prices to spike back towards 100 USD a barrel is no longer the distant threat that many had assumed a few month ago”, merupakan hal yang cukup menarik. Analis tersebut mengungkapkan bahwa harga 100 USD/bbl merupakan “threat”, bukan opportunity. Dilihat dari dua dampak yang merupakan contoh kecil dari terlalu tingginya harga minyak, tentu saja hal tersebut merupakan hal yang wajar dan rasional. Selain itu dengan tercapainya harga 100 USD/bbl dapat menyebabkan terjadinya bounce back seperti yang telah terjadi pada 2014 lalu saat dunia mengalami oversupply karena mulai ekonomisnya energi non-konvensional (EBT dan migas non-konvensional) sehingga sama-sama masuk ke pasar dan menambah supply.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari hal itu, USA telah mengakselerasi beberapa pengeboran shale oil dan meningkatkan produksi dari shale oil nya. Selain itu pemimpin OPEC secara de facto, Arab Saudi, telah meyakinkan para konsumen utama mereka bahwa mereka akan menjaga kestabilan suplai meskipun ekspor Iran turun secara tajam.
Referensi:
https://finance.yahoo.com/news/oil-prices-set-sixth-week-094852210.html
http://money.cnn.com/2018/05/13/investing/stocks-week-ahead-oil-prices/index.html
Oleh: Muhammad Anwar Sena (Staff Divisi Kajian Energi Taktis HMTM "PATRA" ITB)