Konten dari Pengguna

Moving Class Membina Hubungan Sehat bagi Klien dengan Masalah Narkoba (1)

Kallista
Profesional adiksi di Balai Besar Rehabilitasi BNN
29 Maret 2021 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kallista tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak muda gunakan narkoba. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak muda gunakan narkoba. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse's), salah satu prinsip efektivitas layanan dalam terapi rehabilitasi adalah rawatan memenuhi berbagai aspek kebutuhan individu, tidak hanya terkait bagaimana berhenti narkoba atau menolak ajakan teman. Membina hubungan sehat juga merupakan tantangan terbesar dalam kehidupan klien, karena sepanjang masa pemakaian narkoba, hubungan sehat terjalin hanya dengan narkoba dan teman sesama pemakai. Untuk itu, mempelajari bagaimana membina hubungan sehat misalnya dalam kelas psikoedukasi merupakan tantangan luar biasa bagi klien.
ADVERTISEMENT
Belajar dalam kelas psikoedukasi mungkin merupakan salah satu hal yang paling mengusik kenyamanan bagi klien dengan masalah kecanduan narkoba. Pengalaman tinggal kelas, bullying, tidak lulus atau tertunda kelulusan, maupun orang tua dipanggil oleh pihak sekolah merupakan sebagian alasan yang melatarbelakangi hal tersebut.
Oleh karena itu, membangun sudut pandang dan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu tantangan yang seru bagi petugas yang bekerja di tempat rehabilitasi narkoba agar klien lebih berdaya, salah satunya Moving Class Membina Hubungan Sehat (MC MHS).
Menghargai kemauan untuk hadir
Sesi pertama Moving Class Membina Hubungan Sehat (MC MHS). Satu persatu klien disambut di depan ruang kelas dengan wajah berbinar dan salam yang khas sebelum keseruan dimulai. Khas karena mereka boleh memilih salam yang paling mereka sukai, entah dengan high five, namaste, ojigi, shake hand, atau bahkan dancing. Yups, menyambut mereka dengan hangat dan menyenangkan akan membantu mereka untuk hadir di kelas ini. Selain itu, hal tersebut juga akan membantu mengikis pengalaman buruk yang pernah dialami, bahwa belajar bisa sangat menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Lima peserta duduk bersiap menerima pelajaran. Tiga di antaranya terlihat malas dan muka ditekuk, tidak nyaman. Wajar kupikir, tak bisa dipaksakan. Saat aku masuk, mereka terlihat keki, ada juga yang sinis. Pandangannya menelisik dari atas ke bawah, mungkin bingung ada makhluk dengan jilbab kuno, tau apa dia tentang narkoba apalagi menyembuhkan penyakit yang tak bisa sembuh. Kuyakinkan diriku sendiri, aku hadir karena peduli, untuk membantu.
Lalu kami mulai berkenalan. Pak Budi, Pak Wahyu, dan Kiky dari Sumatera. Sedangkan Seno dari Sulawesi dan Ambro dari Kalimantan. Kubaca kembali profil mereka, dua orang lajang dengan kisaran usia 25, sedangkan tiga orang sudah menikah. Kiky bercerita menanti kelahiran anak pertama. Yang lain terlihat lebih senior, pikirku, luar biasa pasti berliku kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT

Menyederhanakan kebahagiaan dan kesehatan jiwa

Sesi dibuka dengan menari. Tahukah anda Better When I’m Dancing? Salah satu sound track The Peanut’s Movie merupakan pembuka MC MHS. Meghan Trainor bercerita banyak dalam lirik dan gerak bagaimana menari membuatnya lebih baik. Tak peduli bagaimana gerakannya, hanya perlu mengalir selaras dengan irama. Seru, bagaimana menari menjadi salah satu media untuk memulihkan kesehatan jiwa seseorang. Hal tersebut juga dilakukan oleh Peng Xiaoying, seorang petani di Tiongkok, yang menari shuffle dance untuk memulihkan depresi dan kecemasan suaminya, Fan Deduo.
Kembali kepada sesi pertama MC MHS, mereka mulai mengikuti irama Better When I’m Dancing. “Seru juga ya kelas ini, ternyata gue bisa menari dan bahagia tanpa sabu”, ujar Ambro. Menyenangkan rasanya ketika respons positif didapatkan mengenai kelas ini. Rasa bahagia yang muncul bersama memori ketika merintis kurikulum MC MHS untuk Balai Besar Rehabilitasi BNN bersama Diah Martanti dan Jihan Aji Purnama. Mereka pahlawan hebat yang terlahir untuk menyempurnakan kebahagiaan klien.
ADVERTISEMENT

Kurikulum moving class membina hubungan sehat

Kurikulum MC MHS sebenarnya agak khusus jika dikaitkan dengan masalah kecanduan narkoba. Referensi kurikulum membina hubungan sehat bagi klien dengan masalah kecanduan narkoba masih terbatas masih terbatas di Indonesia. Trauma, pengalaman masa lalu, stigma, dan narkoba merupakan faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menyusun kurikulum tersebut.
Luckily, Cynthia Moreno Tuohy, Direktur Eksekutif NAADAC, Asosiasi Profesional Adiksi se-Amerika Serikat bercerita banyak dalam Rein In Your Brain From Impulsivity to Thoughtful Living in Recovery tentang bagaimana membina hubungan bagi klien yang sedang menjalani pemulihan narkoba. Buku tersebut merupakan rujukan utama MC MHS, salah satu kelas psikoedukasi bagi klien di Balai Besar Rehabilitasi BNN.
Masih teringat jelas bagi saya saat bagaimana Cynthia Moreno Tuohy, bercerita saat Konferensi NAADAC di Washington DC Amerika Serikat pada tanggal 12 Oktober 2015 mengenai perjalanan hidupnya maupun saat memandu kelas pelatihan Romancing the Brain in Recovery Conflict Resolution in Recovery and Relapse Prevention keesokan harinya. From zero to hero, from cypher to empowering leader.
ADVERTISEMENT
Lika-liku memiliki orang tua yang kesulitan mengontrol prilaku destruktifnya hingga ia harus berpindah-pindah pada belasan orang tua asuh. Situasi tersebut mendorong Cynthia belajar untuk melindungi diri sendiri dengan tidak mempercayai siapa pun, merusak sendiri hubungan yang telah dibangun, hingga mengenal narkoba sebagai jalan menuju kenyamanan. Lika-liku perjuangannya seakan hidup dalam buku yang ditulisnya, menjiwai perjalanan MC MHS.
Proses menjiwai tersebut nampak saat klien diajak menyelami perjalanan dan pemaknaan dalam membina hubungan. Perjalanan dan pemaknaan tersebut berbanding lurus dengan stabilitas pemulihan. Sedangkan, titik kritis justru terletak pada langkah pertama, yaitu ketika klien membina hubungan dengan diri sendiri, melalui penerimaan, menyayangi diri sendiri, serta meminta dan memberi maaf kepada diri sendiri, unconditionally.
ADVERTISEMENT
Didedikasikan untuk Ibu Diah Setia Utami dan Ibu Riza Sarasvita, terima kasih sudah mengenalkan serta menebarkan semangat bagaimana berdedikasi dan memberikan layanan yang tepat untuk mereka hingga akhirnya berani menuangkan ide ini.