Konten dari Pengguna

Suka dan Duka Jadi Anak Kos di Perantauan

Kalya Ernita Azzahra
Mahasiswa Pendidikan Admnistrasi Perkantoran Universitas Negeri Sebelas Maret
22 Desember 2024 9:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kalya Ernita Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana di Kamar Kos, Canva
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Kamar Kos, Canva
ADVERTISEMENT
Merantau ke kota baru untuk kuliah menjadi pengalaman penuh tantangan. Berpindah dari kenyamanan rumah ke kamar kos yang sederhana ibarat masuk ke dunia yang benar-benar berbeda. Semua hal harus dilakukan sendiri, mulai dari mencuci pakaian hingga memasak makanan. Namun, di balik tantangan tersebut, ada banyak pelajaran dan momen berharga yang tak akan terlupakan. Berikut ini adalah suka dan duka yang sering dirasakan para perantau yang hidup sebagai anak kos.
ADVERTISEMENT

Momen Suka Menjadi Perantau

1. Kebebasan Waktu dan Aktivitas

Salah satu hal yang paling menyenangkan dari hidup sebagai anak kos adalah kebebasan. Tidak ada lagi aturan untuk pulang sebelum malam atau pertanyaan “Lagi di mana?” yang diikuti deretan spam telepon. Para perantau bebas mengatur jadwal, mulai dari menghadiri kegiatan kampus, part time sampai lembur, hingga nongkrong di kafe bersama teman-teman. Meski begitu, kebebasan ini menuntut tanggung jawab lebih besar untuk mengelola waktu agar tetap produktif

2. Fokus Belajar Lebih Baik

Menjadi perantau membuka peluang bertemu orang-orang dari berbagai latar belakang. Teman sekos atau sesama perantau sering menjadi teman berbagi cerita, berbagi makanan, hingga dianggap sebagai keluarga kedua. Relasasi ini bisa menjadi bekal berharga untuk masa depan.

3. Bertemu dengan Teman-Teman Baru

Menjadi perantau membuka peluang bertemu orang-orang dari berbagai latar belakang. Teman sekos atau sesama perantau sering menjadi teman berbagi cerita, berbagi makanan, hingga dianggap sebagai keluarga kedua. Jaringan pertemanan ini bisa menjadi bekal berharga untuk masa depan.
ADVERTISEMENT

4. Momen-Momen Tak Terlupakan

Mati lampu tengah malam, keran air rusak, rebutan tempat jemuran, atau makanan di kulkas yang hilang adalah pengalaman sehari-hari anak kos. Meski menyebalkan saat terjadi, momen-momen ini kelak menjadi cerita lucu yang penuh tawa dan kenangan manis.

5. Menjadi Lebih Mandiri dan Tangguh

Hidup sendiri memaksa seseorang untuk bertahan, mulai dari mencuci baju, mengatur uang bulanan, hingga memasak makanan sendiri. Semua ini menjadi pelajaran hidup yang membuat perantau lebih mandiri dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

6. Memiliki Ruang Privasi

Kamar kos adalah tempat di mana perantau bebas berekspresi. Tidak ada yang melarang mengatur dekorasi sesuai keinginan atau membiarkan kamar sedikit berantakan. Ruang ini menjadi tempat untuk bersantai, mengeksplorasi diri, mengisi energi, atau sekadar beristirahat dari kesibukan.

Momen Duka Menjadi Perantau

1. Rindu Rumah dan Keluarga

Hal terberat bagi perantau adalah rasa rindu pada rumah dan keluarga. Masakan ibu, suasana rumah yang hangat, hingga canda tawa bersama keluarga sering kali menjadi hal yang paling dirindukan. Meski ada video call, rasa kangen terkadang justru semakin besar.
ADVERTISEMENT

2. Serba Mandiri, Semua Harus Dilakukan Sendiri

Di kos, semua pekerjaan rumah harus dikerjakan sendiri. Tidak ada lagi bantuan dari orang tua untuk mencuci baju, membersihkan kamar, atau memasak makanan. Bagi yang belum terbiasa, ini bisa jadi tantangan berat. Namun, seiring waktu, perantau harus terbiasa dan menganggapnya sebagai bagian dari proses pendewasaan.

3. Keuangan Menipis

Tanggal tua adalah “zona kritis” bagi anak kos. Uang bulanan sering kali sudah menipis, sementara kebutuhan masih banyak. Solusinya? Kreativitas mengelola uang, seperti memasak sendiri dengan bahan sederhana atau makan di indomie setiap hari. Bahkan paling mepetnya harus sedia promag untuk mencegah kelaparan. Pengalaman ini mengajarkan anak kos pentingnya mengatur keuangan dengan bijak.

4. Kesepian di Tengah Keramaian

Meskipun memiliki teman sekos atau rekan di kampus dan kantor, kesepian tetap bisa melanda. Ada momen di mana perantau merasa sendiri di tengah hiruk-pikuk kota. Rasa sepi ini biasanya muncul di malam hari, terutama ketika merindukan suasana rumah. Untuk mengatasi kesepian, banyak yang menghabiskan waktu dengan scrolling media sosial atau menelepon teman-teman terdekat.
ADVERTISEMENT

5. Bingung Mau Makan Apa

Jika di rumah ada masakan ibu yang siap disantap, di kos, semuanya harus dipikirkan sendiri. Mau masak sendiri? Butuh waktu dan tenaga. Mau beli makan di luar? Harganya mahal jika dilakukan setiap hari. Pada akhirnya, banyak perantau yang menjadikan ayam geprek, pecel lele, atau warteg sebagai "penyelamat". Hal ini bisa menjadi rutinitas harian yang membosankan, tetapi tetap dinikmati dengan penuh syukur.

6. Kalau Sakit Sendirian

Tidak ada yang lebih menyedihkan bagi seorang perantau selain sakit sendirian. Saat di rumah, ada orang tua yang merawat dan memastikan makan serta minum obat tepat waktu. Namun, di kos, segalanya harus dihadapi sendiri. Jika beruntung, teman kos yang mungkin membantu. Tetapi, jika tidak, perantau harus ke apotek sendiri, membeli obat, dan merawat dirinya sendiri di tengah kondisi lemah.
ADVERTISEMENT
***
Menjadi perantau yang hidup sebagai anak kos adalah pengalaman penuh tantangan dan pembelajaran. Suka dan dukanya mengajarkan banyak hal, mulai dari kemandirian, pengelolaan keuangan, hingga cara menghadapi kesepian. Semua proses ini membentuk karakter yang lebih kuat dan dewasa. Meskipun tidak mudah, pengalaman ini akan menjadi cerita yang berharga di masa depan. Jadi, bagi siapa pun yang sedang merantau, nikmatilah proses ini karena kelak Anda akan mengenangnya dengan senyum bangga.