Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Polemik Budaya Berkomentar dalam Tren My Make Up Routine di Instagram
22 April 2024 15:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kamilah Sadiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tren My Make Up Routine di IG Story Gone Wrong?
ADVERTISEMENT
Sebuah fenomena #SharingMakeUp yang digagas oleh para puan, tiba-tiba ditanggapi oleh para lelaki yang tak diminta untuk turut hadir. Sederhananya itulah yang terjadi. Akhir-akhir ini sebagian besar instagram story para perempuan dibanjiri tren my makeup routine. Pada mulanya, ini adalah tren sederhana yang digagas oleh akun @krisdeans melalui pembuatan template IG story.
ADVERTISEMENT
Tren ini sontak mengundang atensi para puan untuk ikut dan saling berbagi tentang pengalamannya menggunakan makeup tertentu. Namun, saat tren ini sedang naik-naiknya, di aplikasi TikTok hadir dua akun lelaki yang mengungkapkan uneg-unegnya bahwa tren yang sedang naik gunung ini adalah cara perempuan untuk mencari validasi akan kelas sosial bahkan haus akan pujian.
Dunia Digital, Julid Online?
Naas, hal itu kini terjadi. Apakah ini fenomena yang mengarah pada hal negatif sepenuhnya? Tentu sebenarnya tidak. Dilansir dari laman medium.com, Price (2019) mengungkapkan bahwa internet masa kini telah menciptakan masalah sosial yang sangat besar yang ia sebut sebagai “Comment Culture” , yang mana semua orang diajak untuk mempertimbangkan semua isu setiap saat, dimana keahlian tidak dihargai, dan dimana orang-orang tergerak untuk berbicara sebelum berpikir. Ada dua kecenderungan yang hadir bersamaan dengan terjadinya fenomena ini. Komentar yang suportif & empatik atau malah sebaliknya, yakni komentar yang berusaha mencari sisi gelap dan buruk dari unggahan orang lain.
ADVERTISEMENT
Interaktivitas di Media Sosial
Karakteristik yang dekat dengan media sosial di era digital ini memang interaktivitas. Dalam sebuah unggahan, orang-orang yang terlibat di dalamnya dengan mudah berinteraksi, saling menyapa, atau bahkan bertukar pikiran maupun perasaan. Adanya fitur komentar, stitch, dan sejenisnya semakin memudahkan interaksi yang terjalin. Social presence cenderung lebih menguat dengan adanya interactivity ini. Akan tetapi, Semua kemudahan yang ada tidak sepenuhnya berimbas baik. Hal ini justru menjadi gerbang utama kemudahan orang untuk selalu berkomentar akan keadaan orang lain dengan bahasa maupun cara yang kurang etis.
Jadi,
Kini, tanpa kita sadari orang menjadi seolah merasa dekat dengan siapapun, bebas untuk menyampaikan apapun. Kabar buruknya, dengan hadirnya anggapan ini, orang-orang cenderung merasa bebas untuk menyampaikan sanggahan dan kritikan kepada orang lain. Tanpa sebuah salam pembuka, dan tanpa pertimbangan yang lebih jauh atas apapun itu.
ADVERTISEMENT