Terkendala Biaya, Abrasi Pantai di Klungkung Bali Belum Bisa Ditangani

Konten Media Partner
2 Juni 2018 20:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terkendala Biaya, Abrasi Pantai di Klungkung Bali Belum Bisa Ditangani
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
KUNGKUNG, kanalbali.com -- Abrasi pantai kian parah terjadi di wilayah Kabupaten Klungkung. Selama 10 tahun terakhir garis pantai rata-rata hilang 60 sampai 100 meter akibat abrasi. Dari 113,4 kilometer pantai di Klungkung, sebagian besar ada di wilayah Nusa Penida.
ADVERTISEMENT
“Di daratan Klungkung dengan 3 kecamatan hanya ada 12 kilometer garis pantai dan sisanya seratus kilometer lebih ada di Nusa Penida,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Klungkung, I Gusti Ngurah Supartana, dihubungi Sabtu (2/6).
Menurutnya, abrasi terjadi menyebar di semua titik namun tidak banyak. Walaupun demikian penanganan wajib dilakukan secara total dan menyeluruh. Namun masalahnya, sekarang menurutnya adalah dipendanaan. Tahun 2018 penanganan dari Pemkab Klungkung sebesar Rp 400 juta saja dan dari Pemprov sebesar Rp 3,5 miliar.
“Dan karena Nusa Penida merupakan kawasan konservasi perairan penanganan juga dilakukan oleh pemerintah pusat, melalui balai wilayah sungai Bali Penida,” katanya.
Walaupun ditangani, Supartana mengakui belum begitu maksimal karena tidak semua bisa tertangani kerusakannya yang terus melebar setiap harinya. Di mana catatan Dinas PU Klungkung sendiri tahun 2017 tercatat ada kerusakan sepanjang 25,7 kilometer yang rawan abrasi dan baru tertangani sedikit.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak bisa melawan alam, baru diperbaiki lagi diterjang gelombang tinggi dan rusak lagi. Namun kami tetap melakukan penanganan perbaikan utamanya di kawasan dekat jalan raya karena hamper jalan di Nusa Penida utamanya jalan utama ada di pesisir pantai,” ujar Supratana.
“Penanganan untuk tahun ini lebih fokus pada penanganan yang sudah hampir menjebol jalan utama."
Sementara salah seorang warga Desa Suana, Nusa Penida, bernama Kadek Artana mengakui bangunan tempat penyimpanan rumput laut miliknya sudah hilang diterjang gelombang tinggi dan abrasi.
“Dulu jauh di sana pantainya, sekarang ini tempat menaruh rumput laut sudah jadi laut langsung, pantai juga hilang,” katanya beberapa waktu lalu.
Dia mengaku kawasan ini belum tersentuh perbaikan, bahkan mengancam jalan yang tinggal beberapa meter saja dari garis pantai. (kanalbali/KR8)
ADVERTISEMENT