AJI Denpasar Dorong Kolaborasi Anti Korupsi di Tingkat Lokal

Konten Media Partner
21 Desember 2018 7:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
AJI Denpasar Dorong Kolaborasi Anti Korupsi di Tingkat Lokal
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Diskusi“Kolaborasi Melawan Korupsi” AJI Denpasar menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang pada Kamis (20/12) - kanalbali/RLS
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar mendorong adanya kolaborasi anti korupsi di tingkat lokal Bali. Hal itu agar korupsi tidak hanya menjadi isu yang elitis di tingkat nasional padahal praktek kejahatan itu pun kini makin meluas hingga ke tingkat desa.
"Kami merasa kolaborasi itu masih sangat lemah dan semua pihak yang berkomitmen berjalan sendiri-sendiri,' kata Ketua AJI Denpasar, Nandhang R Astika, Kamis (20/12) .
Karena itulah AJI menggelar diskusi bertajuk “Kolaborasi Melawan Korupsi” menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang. Di antaranya musisi Gede Robi “Navicula”, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali Kadek Vany, Direktur manikaya Kauci Komang Arya Ganaris, Akademisi Gede kamajaya, Film Maker Erick EST, Ketua Asosiasi Media Cyber (AMSI) Bali Muliarta dan dan ketua AJI Denpasar Nandhang R. Astika.
ADVERTISEMENT
Nandhang Astika dalam kesempatan ini mengatakan di Bali kolaborasi sudah sering disuarakan. Namun, masih sebatas seremonial dan berakhir saat acara selesai. ”Harapannya kolaborasi tidak berhenti dalam diskusi seperti ini. Mau tidak mau harus berjalan bersama,” kata Nandang.
Dari sisi jurnalistik, pihaknya akan siap berkolaborasi dengan melakukan peliputan yang lebih investigatif. Meski sejumlah tantangan kerapkali ditemukan. Misalnya dalam penggalian data dan marasumber yang mau membeberkan data. Idealnya sebuah pemberitaan mencantumkan data dan sumber yang jelas.
Media juga sering terjebak dalam dilema pertarungan politik. Dengan mudahnya produk media disebut “hoax” jia dianggap merugikan kepentingan politik pihak-pihak tertentu. “Kerja jurnalistik yang sudah memenuhi standar dengan mudahnya dicap hoax. Kalau semua dianggap hoax lantas siapa yang kita percaya,” pungkas nandang. (kanalbali/RLS)
ADVERTISEMENT