Bantuan Pompa Air Tenaga Surya dari Jepang di Klungkung Terbengkalai

Konten Media Partner
14 Desember 2022 13:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panel tenaga surya untuk menghidupkan pompa air guna memenuhi kebutuhan subak di Banjarangkan, Klungkung, Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Panel tenaga surya untuk menghidupkan pompa air guna memenuhi kebutuhan subak di Banjarangkan, Klungkung, Bali - IST
ADVERTISEMENT
KLUNGKUNG, kanalbali.com - Bantuan pompa air dengan tenaga surya untuk irigasi pertanian Subak Semaagung di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan dari masyarakat Jepang terbengkalai. Ini lantaran kabel sepanjang 50 meter mesin tenaga surya yang ditanam di bawah tanah terkena alat berat proyek betonisasi jalan.
ADVERTISEMENT
Kelian Subak Semaagung, Wayan Darta saat ditemui di kediamannya, dihubungi Rabu (14/12) mengungkapkan, bantuan pompa air pada Maret 2020 itu baru termanfaatkan selama enam bulan setelah diresmikan.
"Akibat terkena alat berat proyek betonisasi jalan, sekitar 50 meter kabel bantuan itu bermasalah sehingga pompa tidak dapat ioperasikan," katanya.
“Karena ini merupakan kerja sama antara Pemkab Klungkung, Jepang dan Unud, kami sudah sampaikan juga ke Unud. Pihak Unud sudah mengecek dan diminta untuk menunggu,” terangnya.
Selama mesin pompa tidak beroperasi, menurutnya kebutuhan air untuk lahan persawahan di Subak Semaagung masih terpenuhi dengan baik. Mengingat hujan deras terus mengguyur Kabupaten Klungkung sejak beberapa bulan terakhir.
Hanya saja dia khawatir saat nanti musim kemarau datang, para petani di subaknya akan kembali kesulitan mengairi persawahannya secara maksimal.
ADVERTISEMENT
“Untuk pengairan lahan persawahan Subak Semaagung seluas 60 hektare, kami memanfaatkan DAM Dedari dan Tunggak Alas. DAM Dedari mengalami jebol sekitar beberapa hari yang lalu. Sementara dari DAM Tunggak Alas, kami hanya dapat tirisan air saja,” bebernya.
Untuk itu pihaknya berharap bantuan pompa air tenaga surya itu bisa segera diperbaiki sehingga dapat dioperasikan kembali. Meski selama beroperasi, menurutnya pompa air tersebut hanya dapat memompa sekitar 50 persen air sungai dari kapasitas yang ada.
Untuk diketahui, bantuan dari Kedutaan Besar Jepang tersebut terdiri dari dua pompa air yang beroperasi bergilir selama 24 jam. Di mana masing-masing pompa memiliki kapasitas sekitar 11 liter per detik.
“Kami kira karena bantuan dari Jepang akan berhasil bagus sehingga kami berjuang mati-matian untuk mendapatkan bantuan itu. Tapi ternyata hasilnya tidak sesuai, ada rasa kecewa,” ungkapnya. Sebelumnya, bantuan senilai Rp1,2 miliar diserahkan Selasa (10/3) tahun 2020 lalu. (kanalbali/KRI)
ADVERTISEMENT