Buku tentang Terapi Ritual Penyembuhan Trauma Bom Bali Diluncurkan

Konten Media Partner
31 Mei 2022 13:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keluarga korban diberi kesempatan untuk meletakkan karangan bunga dan berdoa di Monumen Bom Bali, Legian, Kuta, Bali dalam peringatan setiap tahun 2021 - WIB
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga korban diberi kesempatan untuk meletakkan karangan bunga dan berdoa di Monumen Bom Bali, Legian, Kuta, Bali dalam peringatan setiap tahun 2021 - WIB
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BADUNG, kanalbali.com - Setelah lebih dari 19 tahun berlalu, tragedi Bom Bali 2002 hingga kini masih menyisakan luka dan trauma mendalam bagi korban selamat serta keluarga dari ratusan korban yang meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Hal itu menjadi inspirasi bagi ditulisnya sebuah buku berjudul " Terapi Ritual Pasca Bom Bali".
"Pendekatannya adalah dari ajaran agama Hindu, dimana kejadian apapun selalu dijawab dengan ritual atau upacara. Termasuk untuk melakukan terapi pikiran bagi yang mengalami trauma agar menjadi lebih positif," kata penulis buku Terapi ritual pasca Bom Bali, I Nyoman Sarjana di salah satu hotel daerah Pantai Kuta, Senin, (30/5/2022).
Menurutnya, peluncuran buku ini juga untuk mendorong adanya pembangunan taman perdamaian di dekat monumen bom Bali. Nantinya, taman ini akan menceritakan tragedi besar apa yang pernah terjadi. Sedangkan monumen sendiri khusus diperuntukan sebagai tempat berdoa.
penulis buku Terapi ritual pasca Bom Bali, I Nyoman Sarjana - IST
"Monumen itu bukan tempat untuk selfi, bukan tempat untuk minum-minum. Tapi untuk berdoa untuk para korban sehingga menjadi terapi bagi mereka," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan, buku yang dibuat dari hasil penelitian studi doktornya ini ditulis mengenai suasana sebelum, saat, dan sesudah tragedi Bom Bali. Khususnya tentang bagaimana proses penyembuhan trauma pasca kejadian melalui terapi ritual atau upacara keagamaan.
Sarjana menjelaskan dalam buku disebutkan bahwa sebuah upacara jika dilakukan dengan tulus ikhlas akan mampu menjadi sebuah terapi. Seperti yang sering dilakukan oleh umat Hindu di Bali, misalnya pada saat tertimpa kecelakaan atau tabrakan kecil akan melakukan upacara pengulapan. Tujuannya untuk memberi rasa nyaman pasca kejadian.
"Karena ini berhubungan dengan ritual, itu erat kaitannya dengan apa yang dilakukan masyarakat hindu di Bali. Mungkin semua agama melakukan, tapi dengan cara yang berbeda," jelasnya
Dengan adanya ritual pasca kejadian, diharapkan trauma yang sudah dialami selama bertahun-tahun oleh para korban dapat terobati, sehingga mampu berpikir positif untuk menjalani hidup kedepan.
ADVERTISEMENT
Meski Sarjana menulis buku dengan dasar ritual yang dilakukan dalam agama Hindu. Namun ia menyebut buku ini diperuntukan bagi semua umat beragama yang masih memiliki trauma, khususnya terkait tragedi besar tahun 2002 tersebut. Sebab dalam buku, korban dan keluarga diajak untuk dekat dengan Tuhan sehingga trauma menjadi terkikis.
"Buku ini lah yang menunjukan bahwa saat Pulau Dewata ditimpa masalah besar seperti Bom Bali, diselesaikan dengan ritual keagamaan, yakni Upacara Pamarisudha Karipubhaya," kata dia.
Secara mendasar masyarakat Kuta di lokasi kejadian meyakini bahwa Upacara Pemarisudha Karipubhaya sebagai salah satu bentuk menetralisir kekuatan yang bersifat negatif.
"Upacara atau ritual sebagai salah satu usaha masyarakat secara spiritual untuk membangkitkan Bali pasca tragedi, dan mengobati trauma pasca kejadian," sebutnya. (Kanalbali/LSU)
ADVERTISEMENT