Konten Media Partner

Film Karya Pelajar Denpasar Jadi Finalis Kompetisi Dunia di Polandia

7 Juni 2019 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto dari film 'Penempa Bara' yang jadi finalis di Kompetisi Internasional OWHC di Polandia (IST)
zoom-in-whitePerbesar
Foto dari film 'Penempa Bara' yang jadi finalis di Kompetisi Internasional OWHC di Polandia (IST)
ADVERTISEMENT
Dua pelajar Denpasar, Sari Ning Gayatri dan Cahya Satrya Tayang. mendapatkan kesempatan untuk menayangkan karya filmnya di di Krakow, Polandia. Yakni, dia ajang Kongres Dunia Organisasi Kota-kota Warisan Dunia (The Organization of World Heritage Cities - OWHC) ke-15 pada 2-5 Juni 2019.
ADVERTISEMENT
Dua film tersebut adalah “Penempa Bara” karya AAI Sari Ning Gayatri (SMAN 3 Denpasar) dan “What Makes Denpasar” karya Made Cahya Satrya Hariantha (SMAN 4 Denpasar).
Kedua karya tersebut diputar bagi para delegasi yang berasal dari 250 Kota Pusaka di seluruh dunia karena berhasil terpilih sebagai finalis Kompetisi Internasional Produksi Video OWHC 2019.
Foto dari film 'What Makes Denpasar' (IST)
Film “Penempa Bara” tampil sebagai finalis di Kategori usia 14-17 tahun. Karyanya bersanding dengan 'World Heritage Cities – puzzles of specialities' karya Lukas Hein (Jerman), 'Meeting Budapest' karya Kings Team (Hungary), 'Rare Pearl of Cultural Heritage” karya Rena Abilova (Azerbaijan), “Tsar’s Dream” (Valeria Sindimirova, Russia), 'One day in Krakow' oleh Jan Dabek (Polandia).
Selain itu ada katrya 'Views from Philadelphia' oleh Faith Applegate (Amerika Serikat), '24 hours in the UNESCO World Heritage City Regensburg' karya Marlon Heise (Jerman), 'Voir Saint-Pétersbourg et commencer à' karya Diana Burgli (Rusia), 'Time warp in Salzburg' karya Zemmari Bloomfield (Austria), 'Home to Heritage' karya Zachary Goodwin (Amerika Serikat), dan 'Thousand years standing tall' karya Amir Hossein Dehghan Banadaki Yazd ( Iran).
ADVERTISEMENT
Sedangkan “What Makes Denpasar” karya Made Cahya Satrya Hariantha berhasil sebagai finalis di kategori usia 18-21 tahun bersanding dengan karya-karya remaja lain dari berbagai negara seperti 'My Little Budapest' karya Fanni Borbás (Hungaria), ' city that' oleh Maria Ciobanu (Portugal), 'If you had one day in Galle fort' karya Sandaru Silva (Sri Lanka), 'Amazing city – Baku' oleh Nihad Nebili (Azerbaijan).
Selain itu adalah 'Join me, in Jongno oleh Yueun Baek (Korea), 'Kazan, love in differences' oleh Adilya Sharafieva (Russia), 'Kraków 2019' oleh Laura Basiaga (Polandia), 'One day in Kutna Hora karya Josef Krcil (Republik Czech),'Olinda, that’s where I see' karya Marcela Cavalcanti Pedro Ramos (Brazil), 'Brotherly Love Lindsey Cooper' karya Carly Dunbar, (Amerika Serikat), 'Petersburg is' karya Aleksandra Tereschenko (Rusia), 'The River City' oleh Grace Goen (Amerika Serikat), 'un día MI CIUDAD' karya Rodrigo Verdugo Vicente, (Spanyol), dan 'Vienna - A World Heritag' karya Tobias Katlein (Austria).
ADVERTISEMENT
Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra, yang hadir pada acara tersebut merasa bangga menyaksikan karya-karya dokumenter remaja Denpasar bisa berbicara di kancah internasional. “Ini menunjukkan bahwa potensi perfilman di Denpasar sangat luar biasa,” ujarnya.
Rai Mantra hadir memimpin rombongan pada acara Kongres OWHC ke-15 tersebut karena Denpasar merupakan anggota OWHC yang telah tergabung sejak Oktober 2012. Tahun ini kongres OWHC mengusung tema “Warisan dan Pariwisata: Komunitas dan pengunjung lokal - berbagi tanggung jawab”.
Sebuah komite ilmiah bekerja di bawah arahan Profesor Jacek Purchla, Presiden Komisi Nasional Polandia untuk UNESCO, dan Peter Debrine sebagai Project Officer merancang Program Pariwisata Berkelanjutan di Pusat Warisan Dunia UNESCO.
Sementara itu Maria Ekaristi, Manager for the local part of the Video Competition of the OWHC, yang mengawal para siswa tersebut sejak seleksi, pelatihan, pendampingan produksi, hingga pengiriman karya, mengatakan, tampilnya karya-karya remaja Denpasar sebagai finalis di ajang kompetisi video OWHC bukan yang pertama.
ADVERTISEMENT
Pada 2015 terpilih sebagai finalis “Layang-layang” (Resha Arundari, SMPN 3 Denpasar) dan “Warisan Nak Lingsir” (Made Arya Wibawa, SMAN 3 Denpasar). Sedangkan pada 2017 tampil sebagai finalis Sang Penjaga Beji (AAI Sari Ning Gayatri, SMAN 3 Denpasar) dan “Tradisi Turunan” (I Putu Sathyana Rayana, SMKN 1 Denpasar) (kanalbali/RLS)