Ganggu Wisata Laut, Pembiaran Kapal Karam di Nusa Lembongan Dikeluhkan Warga

Konten Media Partner
6 Oktober 2021 9:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal tongkang yang karam di perairan Nusa Lembongan, Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Kapal tongkang yang karam di perairan Nusa Lembongan, Bali - IST
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
KLUNGKUNG - Warga Pulau Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Bali, mengeluhkan keberadaan kapal tongkang pengangkut alat berat dan pipa yang karam diperairan Nusa Lembongan. Mereka khawatir kapal itu merusak terumbu karang dan mengganggu aktivitas wisata laut.
ADVERTISEMENT
“Itu sudah dari pertengahan September, tapi tetap dibiarkan mengapung tidak jelas. Kami takut, terumbu karang yang rusak kian luas lagi,” kata warga setempat, I Nyoman Karyawan dihubungi, Rabu (6/10).
Menurutnya kapal itu sudah berhari-hari karam, seharusnya mendapatkan respon cepat dari pemiliknya ataupun pemerintah. Apalagi bahan bakar yang ada pada kapal karam itu, sewaktu-waktu bisa tumpah dan bisa menyebabkan kerusakan lingkungan di perairan tersebut.
"Apalagi saat ini kami tengah gencar restorasi trumbu karang, jadi kami harap kapal itu segera dievakuasi," ungkapnya.
Peselancar asal Desa Jungutbatu, Nusa Penida, Wayan Lena. Selain merusak trumbu karang, keberadaan kapal karam itu juga menganggu dan membahayakan aktivitas berselancar. Selain itu hal ini juga dapat menganggu aktivitas pariwisata. Mengingat lokasi karamnya kapal, juga menjadi lokasi wisata bahari.
ADVERTISEMENT
Menindaklanjuti keluhan masyarakat itu, Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan surat peringatan kepada pemilik agar segera melakukan upaya evakuasi atau memindahkan kapal tongkang itu ke lokasi yang aman.
Dalam surat No:B.22.523.32/1449/UPTD.KKPB/Diskelkan yang dikeluarkan, pada Selasa kemarin, disebutkan kapal tongkang karam itu agar segera dipindahkan untuk menghindari permasalahan.
Seperti, menganggu area wisatawan yang akan surfing dan wisata bahari lainnya, serta adanya tumpahan material/minyak/limbah lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas perairan disekitarnya. (kanalbali/KR7)