Geliat Pulau Nusa Penida di Bali Menggali Solusi Saat Pandemi

Konten Media Partner
25 September 2020 11:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Situasi wisata Nusa Penida, Bali yang kini sepi pengunjung - IST
zoom-in-whitePerbesar
Situasi wisata Nusa Penida, Bali yang kini sepi pengunjung - IST
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 ini memberi pukulan keras bagi kehidupan warga Bali, khususnya yang bekerja di sektor pariwisata . Pulau Nusa Penida yang baru mulai menikmati kue rejeki itu seperti tersentak dan kehilangan arah. Namun ada hikmah di balik itu, karena semangat mulat sarira atau menengok potensi ke dalam kembali dilakukan.
ADVERTISEMENT
“Salah-satunya melalui lokakarya multistakeholder Program Ecologic Nusa Penida,” kata Denik Puriati Direktur Yayasan Wisnu, dalam rilisnya, Jumat (25/9/2020)
Lokakarya antara lain memberikan sebuah jawaban kesulitan energi di Nusa Penida. Seperti materi yang disampaikan oleh pakar PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) IGN Agung Putradhyana. Sebelumnya, ada kejadian dimana PLN mensegel beberapa bisnis akomodasi di Nusa Lembongan karena mereka tidak mampu membayar tagihan.
Dengan PLTS, situasi itu tak perlu terjadi. Diana Surya yang berprofesi sebagai arsitek, menceritakan pengalamannya dimana listrik PLN digunakan sebagai cadangan, pulsa yang dibeli pada bulan Maret 2020 belum juga habis.
Selain kekayaan alam, Nusa Penida juga memiliki kekayaan budaya - IST
“Biaya instalasi yang lumayan besar, bisa diangsur melalui kredit energi di salah satu koperasi di Denpasar dan besarnya angsuran bisa disesuaikan dengan jumlah tagihan listrik rata-rata perbulan.” Imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Nusa Penida sebagai pulau kecil dan saat ini menjadi primadona pariwisata sangat rentan terhadap mass tourisme. Jumlahnya turis tidak dibatasi sesuai dengan daya dukung lingkungan. Selain urusan sampah juga pengaruh terhadap sumber daya alam.
I Made Suarnata, salah satu founder Jaringan Ekowisata Desa, mengatakan bagaimana peran JED sebagai lembaga yang mendampingi desa-desa untuk menggali potensinya. Mereka menggunakan konsep DWE (baca:due yang artinya milik sendiri atau kolektif) agar desa-desa dalam jaringan JED mampu mengelola sumber daya yang dimiliki untuk keuntungan masyarakatnya sendiri.
Karenanya, desa tidak tergiur dengan iming-iming investor luar yang kemungkinan justru mengeksploitasi potensi yang dimiliki. “Turisme itu adalah bonus bukan menjadi tujuan. Sehingga dalam kondisi pandemic seperti sekarang ini kehidupan masyarakat masih tetap berkelanjutan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lokakarya dimeriahkan juga dengan penampilan Tari Burat Wangi dan Bondres yang dibawakan oleh anak-anak binaan Umah Melajah Bukit Keker. Puluhan peserta yang hadir sejak pagi sangat antusias dalam menanggapi dan mengajukan pertanyaan. Tindak lanjut dari lokakarya adalah membuka peluang berjejaring dalam usaha pertanian organik dengan memanfaatkan kompos yang dihasilkan TPST dan konsultasi energi surya di beberapa hotel dan usaha hidroponik. ( kanalbali/RLS )