Jadi Petani di Kota Denpasar, Pria Ini Andalkan Budi Daya Bunga Teratai

Konten Media Partner
29 April 2022 13:09 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
I Made Wija salah satu petani bunga teratai di kawasan Subak Anggabaya, Denpasar Timur - IST
zoom-in-whitePerbesar
I Made Wija salah satu petani bunga teratai di kawasan Subak Anggabaya, Denpasar Timur - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Budi daya bunga teratai bisa jadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan di Bali. Tingginya kebutuhan pasar dan proses perawatan yang tergolong mudah menjadi alasan utama bagi petani di Subak Anggabaya melakukannya.
ADVERTISEMENT
"Jadi beberapa petak lahan sawah saya tanami teratai, sisanya padi," kata I Made Wija salah satu petani bunga teratai di kawasan Subak Anggabaya, Denpasar Timur saat ditemui, Jumat, (29/4/2022).
Itu pun tidak semata-mata bertujuan untuk kegiatan ekonomi. Namun sekaligus dapat melestarikan bunga teratai di Bali yang kerap kali diperlukan sebagai kelengkapan upacara agama umat Hindu.
Pria yang juga menjabat sebagai Kelian (ketua) Subak Anggabaya ini membudidayakan teratai di atas lahan seluas 10 are dan terbagi ke dalam empat petak lahan. Aneka jenis serta warna teratai pun ditanamnya, seperti teratai putih, merah muda, hingga ungu.
Bunga teratai - IST
Proses budi daya teratai dimulai dari penanaman bibit pada lahan yang memiliki cukup air. Dalam proses ini juga dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar menggunakan Urea, tujuannya agar teratai cepat besar dan tidak mati akibat serangan hama keong.
ADVERTISEMENT
Kemudian, 50 hari setelah tanam, bunga teratai mulai muncul dan dapat dipanen. Proses pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari bunga mengembang sebelum dipasarkan.
Khusus saat panen, Made hanya memilih bunga yang tidak terlalu kuncup atau sudah mulai sedikit mengembang di bagian ujung. Dengan cara ini, ia dapat memanen bunga teratai segar setiap hari.
Pasca proses panen, ia dan istri mengikat bunga teratai untuk dijual ke Pasar Kreneng, Denpasar. Dalam satu hari, Made mampu menjual 25 hingga 75 ikat bunga, dalam satu ikat terdapat tiga tangkai bunga teratai.
Terkait harga jualnya pun berbeda-beda, hal ini tergantung dengan ada atau tidaknya hari raya umat Hindu. Jika saat hari raya purnama, tilem, kajeng kliwon maupun hari besar keagamaan lainnya, satu ikat bunga mencapai Rp15 ribu. Sedangkan saat hari biasa, tanpa adanya hari raya, satu ikat bunga dijual seharga Rp 5 ribu saja.
ADVERTISEMENT
"Bunga teratai pasti laris saja di pasar, karena selalu digunakan dalam upacara agama umat Hindu," sebutnya.
I Made Wija salah satu petani bunga teratai di kawasan Subak Anggabaya, Denpasar Timur - IST
Diakui Made, awal mula ia menanam bunga teratai dimulai sejak setelah lulus sekolah teknik menengah (STM) puluhan tahun yang lalu. Budidaya bunga teratai yang mudah, dan tidak memerlukan biaya tinggi membuatnya bertahan menjadi petani teratai sampai sekarang ini.
"Kalau dihitung-hitung budidaya bunga ini tidak ada ruginya, dari proses tanam hingga panen biayanya rendah dan hasilnya bisa dipanen setiap hari," kata dia
Keberhasilannya sebagai petani teratai membangkitkan keinginan petani lain untuk ikut membudidayakan teratai. Sampai saat ini ada empat orang petani, termasuk Made yang menanam teratai di Subak Anggabaya.
"Disini ada seratus petani, tapi kalau semua ingin menanam teratai saya tidak izinkan dulu. Kalau teratai lebih dominan dari padi, maka kehijauan dan kelestarian subak bisa hilang. Ini kan subak untuk Agrowisata juga," jelasnya. (Kanalbali/LSU)
ADVERTISEMENT