Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Keagungan Candi Tebing Gunung Kawi Bali Diangkat Lewat Film Dokumenter Surealis
19 Agustus 2022 12:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com – Keindahan dan keagungan Candi Tebing Gunung Kawi di Tampaksiring, Bali telah lama dikenal sebagai obyek wisata. Namun, Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali berusaha mengangkatnya dengan cara yang berbeda. Yakni, melalui film dokumenter bergenre surealis berjudul ‘Puja Maha Kawia’.
ADVERTISEMENT
“Karena itu kami melibatkan kalangan seniman Bali dalam memproduksi film ini,” kata Dra. Ni Komang Aniek Purniti, M.Si dalam diskusi pada Kamis (18/8/2022) di Taman Budaya, Denpasar.
Dia berharap, film ini dapat mengangkat Candi Tebing bukan hanya sebagai warisan budaya benda yang mati. Tetapi dapat menginspirasi untuk generasi mendatang sehingga terus hidup dalam pemikiran mereka.
Seniman Cok Savitri yang menjadi penulis serta pengarah pembuatan film ini menyatakan, pendekatan surealis memungkinkan penggabungan situs arkeologi itu penampilan kreativitas seni yang lain, khususnya musik, tari dan teater.
“Disini kita memberi tafsiran baru. Meskipun ada acuan-acuan dari teks maupun tradisi lisan mengenai kehidupan pada masa itu,” ujarnya.
Candi Tebing itu sendiri secara historis adalah peninggalan Raja-raja dari dinasti udayana yang pernah berkuasa di Bali dan diperkirakan dibangun pada abad ke-11 Masehi.
ADVERTISEMENT
Dalam Prasasti Tengkulak yang berangka tahun 945 Saka (1023 Masehi), terdapat keterangan di tepi Sungai Pakerisan terdapat sebuah kompleks pertapaan (kantyangan) bernama Amarawati dan diduga adalah komplek Candi Tebing itu.
Candi ini awalnya dibangun oleh Raja Marakata sebagai tempat pemujaan bagi arwah sang ayah, Raja Udayana. Namun kemudian berkembang menjadi tenpat pemujaan dan meditasi. Uniknya, di kawasan ini juga ditemukan ceruk-ceruk tempat meditasi yang mirip dengan pertapaan Buddha.
Cok Savitri menyebut, dia sedapat mungkin meminta agar situs yang dimunculkan dalam film tetap sebagaimana adanya pada masa itu. Sebab, saat ini sudah ada penambahan-penambahan di kawasan situs itu sebagai karena penyesuaian dengan perkembangan adat dan budaya.
Produser pembuatan film Gede Mantrayasa menyatakan, awalnya dia akan membuat film dokumenter biasa dengan tujuan untuk memperkenalkan keberadaan candi tebing itu sebagai situs arkeologi yang penting dan menarik.
Namun karena keleluasaan yang diberikan oleh pihak Balai Purbakala, akhirnya dia mengajak sejumlah seniman Bali untuk memberikan makna baru sehingga bukan sekadar dokumentasi biasa.
ADVERTISEMENT
“Tentu ada kesulitan-kesulitan untuk menyesuaikan antara keinginan seniman dengan kami yang biasa membuat film benar-benar sebagai dokumentasi atau paling jauh sebagai bahan promosi, disini kami juga banyak belajar mengenai hal yang baru,” jelasnya.
Film itu sendiri nantinya akan dimasukkan sebagai konten dalam Indonesiana.TV, sebuah kanal ini dikelola oleh Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. (kanalbali/RFH)