Konten Media Partner

Menelusuri Jejak Gagasan Ida Bagus Mantra di Pesta Kesenian Bali

4 Juni 2019 7:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kolom : Menyambut Pesta Kesenian Bali ke XXXXI (1)
Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali 2018 (dok.kanalbali.com)
zoom-in-whitePerbesar
Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali 2018 (dok.kanalbali.com)
ADVERTISEMENT
Pesta Kesenian Bali akan kembali berlangsung mulai 15 Juni 2019. kanalbali.com bersama Arti Foundation menurunkan seri tulisan mengenai event monumental bagi Bali itu.
ADVERTISEMENT
"Dunia adalah lukisan Tuhan yang gagal" kata Van Gogh. untuk itu dia menciptakan dunia baru. Sebuah  dunia yang berbeda, namun ternyata tidak bisa lepas dari dunianya yang lama. Seniman, dengan demikian adalah orang yang mengingkari sekaligus menerima dunia. Menolak tapi tak mampu meninggalkan nya..
Dalam kekinian, seperti itulah dunia seni, seniman yang menghargai keindahan. Adakah keindahan yang sublim sudah tersajikan , yang sudah dihasilkan dan sekarang akan ditampilkan dalam PKB ke XXXXI tahun 2019 ? 
Pesta Kesenian Bali (PKB) merupakan ide cemerlang Profesor Doktor Ida Bagus Mantra, Gubernur Bali pada saat itu , yang muncul dari kegundahan dan keprihatinan beliau atas jati diri orang Bali yang terkikis oleh serbuan budaya barat.
ADVERTISEMENT
“orang Bali harus menyadari harga dirinya”, pesan moral Prof Mantra, yang merasa prihatin pada tradisi Bali yang semakin ditindas oleh budaya barat yang terindifikasi sebagai kontruksi budaya modern. Budaya modern yang lazim nya berdiri diatas prinsip-prinsip rasio, subyek, identitas, ego, totalitas, ide-ide absolut, kemajuan linier, obyektifitas, otonomi, emansipasi dan oposisi biner ( IWayan Sukarma,htts;sukarma-puseh.blogspot.com/2013/07) dan (diperoleh dari beberapa sumber).
Harga diri orang Bali adalah aspek rohani dari tradisi Bali, yaitu inti kebudayaan yang dipraktekan di desa pekraman. Harga diri orang Bali menurut Sukarma , juga menyebabkan dinamika kebudayaan tetap terjaga sehingga tradisi Bali selalu hidup inheren dalam perubahan jaman. Harga diri adalah kekuatan moral yang menyebabkan orang Bali dapat mengambil tanggung jawab social dan budaya dalam rangka ketertiban social dan keteraturan budaya.
ADVERTISEMENT
Menurut Prof Mantra, harga diri orang Bali dapat dibangun dan ditata melalui lima hubungan korelasional antara agama, seni, budaya, bahasa, dan ekonomi yang disebut landasan kebudayaan. Kemudian kebijakan Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu ditetapkan sebagai modal dasar pembangunan daerah Bali. Prof Mantra menerapkan pembangunan daerah Bali dilaksanakan dengan falsafah Tri Hita Karana, yaitu hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sang Pencipta, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya.
Sebagai implementasi dari falsafah itu diwujudkan dalam pembangunan kantor atau gedung-gedung, yang ditata dengan konsep dan bentuk bernuansa arsitektur Bali. Pada saat itu lah diterapkan juga bangunan gedung-gedung termasuk hotel tidak boleh melebihi ketinggian pohon kelapa.
ADVERTISEMENT
Berikutnya beliau menguatkan ide dan kebijakan pembangunan Bali dengan falsafah Tri Hita Karana ini melalui penetapan Peraturan Daerah (Perda) nomor 06 Tahun 1986 tentang kedudukan, fungsi, dan peranan Desa Adat yang keberadaannya memiliki landasan yuridis. Untuk penguatan Bahasa dan sastra merintis pendirian fakultas sastra yang kemudian sekarang menjadi Fakultas Sastra Universitas Udayana, dalam penguatan agama beliau salah satu penggagas terbentuknya Parisada Hindu Dharma Indonesia, dalam bidang pendidikan didirikan Universitas Hindu yang sekarang menjadi Institut Hindu Dharma.
Tidak cukup masyarat Bali dikuatkan hanya dari segi agama, seni budaya dan pendidikan nya saja, menggenapi lima hubungan korelasional tersebut Prof Mantra membentuk lembaga ekonomi berbasis desa adat. Melalui Peraturan Daerah yang menggaris bawahi eksistensi Lembaga Perkreditan Rakyat (LPD) di Bali, dengan menyebutkan LPD sebagai Badan Usaha Simpan Pinjam yang dimiliki oleh desa adat yang berfungsi dan bertujuanutama untuk mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang terarah serta penyaluran modal yang efektif.
ADVERTISEMENT
Prof Mantra mengharapkan LPD sebagai lembaga yang berperan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi kerakyatan dan sebagian keuntungan LPD disisihkan untuk menguatan masyarakat desa adat. Sekarang kita lihat dan rasakan LPD sudah berkembang dengan baik, memiliki aset dan modal bergulir cukup besar, memperoleh keuntungan yang berguna bagi pembangunan masyaratat desa adat.
Keuntungan yang besar tersebut semestinya disisihkan juga bagi pengembangan kesenian dan peningkatan sumber daya manusia Bali yang mumpuni yang dapat mempunyai daya saing global dengan tetap bertumpu kepada spiritual agama Hindu.
Ida Bagus Mantra (IST)
Menghadapi perubahan-perubahan yang terus menerus dari waktu kewaktu diperlukan pengetahuan tentang inti kebudayaan. Yang menurut Prof Mantra, adalah ide sentral yang memberikan pengaruh dari bentuk luar yang dapat berubah-ubah tetapi tidak terlepas dari ide sentralnya.
ADVERTISEMENT
Karena itu mesti dilakukan reintepretasi, reintegrasi, dan adaptasi terhadap semua perubahan-perubahan yang terjadi dan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia Bali yang dapat melemahkan tradisi dan kehidupan masyarakat Bali, akan tetapi justru memperkuat dan memberikan nilai-nilai baru yang memperkokoh kebudayaan dari manusia Bali.
Pesta Kesenian Bali pertama kali diselenggarakan 20 Juni 1979, pada waktu itu Gubernur Profesor Doktor Ida Bagus Mantra menyampaikan bahwa,’ “perkembangan seni dan budaya Bali yang menitik beratkan pada pengembangan kehidupan seni dan budaya tradisional, hendaknya jangan bersifat statis. Namun berusahalah untuk selalu berkreasi dengan menggali dan mengembangkan seni-seni tradisional yang ada dan yang terpenting merevitalisasi seni-seni tersebut agar dapat berfungsi dan hidup dalam masyarakat modern”. (kanalbali/ARTI Foundation)
ADVERTISEMENT