Konten Media Partner

Mengais Mimpi Lewat Dreamcatcher

3 Desember 2018 5:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengais Mimpi  Lewat Dreamcatcher
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
BADUNG, kanalbali.com -- Bila kita menelusuri sejumlah toko pernak pernik dan cinderamata di Bali, kini ada satu kerajinan tangan yang populer. Dreamcatcher begitu orang menyebutnya.
ADVERTISEMENT
Nah, Kampung Tepi Siring di Tuban, Kuta adalah sentra produksi kerajinan ini. Saat kanalbali.com berkunjung pekan lalu,.memang terlihat beberapa ibu-ibu dan perempuan muda merangkai kerajinan dreamcatcher di depan kamarnya.
Khusnul wanita muda yang baru berumur 18 tahun ini, dengan sabar memilah bulu-bulu ayam yang diletakan diatas talam plastik. Ia memilah bulu-bulu ayam berwarna hitam yang sudah di cat kain. Tanggannya sangat terampil mengelem bulu ayam dengan mengunakan lem merk Fox, dan kemudian dirangkai menjadi sebuah kerajinan bernama dreamcatcher atau pengarajin menyebutnya sebagai kerajinan jaring laba-laba.
"Satu hari bisa merangkai 200 (dreamcatcher). Iya tergantung cepat atau tidaknya," ucap Khusnul, saat ditemui di depan rumahnya, bertempat di Kampung Tepi Siring, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Bali, Minggu (2/12) sore.
ADVERTISEMENT
Mengais Mimpi  Lewat Dreamcatcher (1)
zoom-in-whitePerbesar
Khusnul bercerita, dalan satu bijinya ia merangkai dreamcather dihargai Rp 200 rupiah. Ia juga menjelaskan, kalau di Kampung Tepi Siring, rata-rata para ibu rumah tangga merangkai kerajinan dreamcatcher. "Iya ada pemasukan, timbang menganggur," kata Khusnul.
Sementara salah satu pengerajin bernama Abu Zaini (35) yang sudah 4 tahun menekuni kerajinan tersebut menceritakan proses pembuatan kerajinan unik tersebut.
Untuk bentuk bulat menggunakan pipa paralon bekas yang sudah dipotong tepis sesuai ukuran besar dan kecil. Selanjutnya, pipa paralon bekas tersebut, ditutupi dengan benang Kobel atau benang lainnya.  
Kemudian, untuk proses selanjutnya dirajut seperti sarang laba-laba atau dirajut dengan rangkain yang berbeda-beda. Agar lebih cantik, dihiasi pernak-pernik kayu royong atau monte yang berwarna-warni yang sudah dibentuk kecil-kecil. 
ADVERTISEMENT
"Kalau untuk bulunya, kita cat dulu dengan cat kain. Kalau untuk warna tergantung orderan dari pelanggan," uca Abu Zaini, pri asal Kepulauan Ra'as, Kabupaten Madura Sumenep, Jawa Timur ini.
Setelah proses perwarnaan pada bulu tersebut, barulah dirajut dalam pipa paralon bekas, sehingga menjadi kerajinan dreamcatcher.  Sementara untuk bulu yang di pakai beraneka ragam, mulai dari bulu Merpati, Angsa, Bebek dan Ayam. Sementara untuk kisaran harga tergantung berapa banyak bulu.
"Umumnya kalau ukuran yang paling kecil ( 4 Centimeter) saya hargai per satu bijinya Rp 5.500 dan yang paling besar (50 centimeter) itu Rp 75.000. Tapi itu tergantung banyak bulunya dan kualitas bulunya. Kalau semakin banyak iya harganya berbeda lagi," imbu Abu Zaini.
ADVERTISEMENT
Kalau untuk pemesaran Abu Zaini, hanya menjual kerajinan dreamcatcher kepada pelanggannya di art shop-art shop kawasan Kuta dan juga di daearh lainnya.Selain itu, menurut Abu Zaini kerajinan tersebut juga banyak di ekspor keluar seperti Perancis dan Australia."Kalau kata teman saya (Pelanggan) sekarang kerajinan ini banyak diminati di Negara Perancis," ujarnya. Konon, yang ia dengar dari pelangganya, karena dipercayai menangkal hal-hal buruk yang akan masuk kerumahnya.
"Makannya ada ditaruk di depan rumahnya, di halaman rumahnya, tapi itu katanya. Saya juga tidak tau pastinya, itu kata teman saya (Pelanggan)," ujarnya. (kanalbali/KAD)