Pengamat Pariwisata Unud: Bali Harus Berhenti 'Mendewakan' Turis Asing

Konten Media Partner
22 Agustus 2021 9:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi: Turis asing di Pantai Kuta, Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Turis asing di Pantai Kuta, Bali - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR- Pandemi COVID-19 yang menghantam sektor pariwisata dan melumpuhkan ekonomi Bali memberikan pelajaran agar Bali tidak terus menerus bergantung pada kedatangan turis asing.
ADVERTISEMENT
"Sudah saatnya Bali berhenti 'mendewakan' wisman, ke depannya setelah pandemi akan sulit menggaet wisman karena persaingan pariwisata yang semakin ketat antar negara," tutur Akademisi Universitas Udayana (Unud) Nyoman Sukma Arida dalam diskusi virtual di Denpasar, Sabtu, (21/8/2021).
Ia berharap agar pelaku pariwisata di Bali bisa lebih fokus menggarap potensi wisatawan domestik (wisdom). Dari sisi lain, pelaku pariwisata diminta melakukan perubahan perilaku agar tidak ada lagi diskriminasi perlakuan antara wisdom dan wisman.
Polah turis asing sering kali merepotkan petugas seperti turis yang membuat tenda di Pantai Kuta ini - IST
"Kami melihat di Bali masih membedakan perlakuan antara wisman dan wisdom. Padahal hal ini tidak terjadi di daerah lain seperti Yogyakarta dan Malang, disana wisman dan wisdom diperlakukan sama," jelasnya.
Sukma menuturkan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh akademisi Unud, setelah COVID-19 Bali dapat mengembangkan pariwisata berbasis desa wisata yang berpotensi sebagai lokasi staycation (wisata jarak dekat-red) oleh wisatawan lokal dan wisdom.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, staycation banyak dilakukan dalam masa darurat seperti COVID-19 ketika wisdom tidak dapat melakukan perjalanan jauh. Adapun secara akademis, wisdom yang melakukan staycation berjarak 80 km dari lokasi tempat tinggal.
DR Sukma Arida (kanan atas) , akademisi Unud, Bali - IST
"Staycation memang fenomena yang muncul saat pandemi saja, tapi dampaknya cukup bagus untuk usaha lokal seperti adanya usaha mendirikan tempat berkemah di sekitar danau," tambahnya.
Suksma menegaskan, Bali harus memiliki konsep pariwisata yang tidak hanya mengandalkan investasi besar-besaran dan mass tourism yang dibanjiri oleh turis China. Konsep baru tersebut dapat dibangun dengan menyeimbangkan antara sektor pertanian, pariwisata, dan UMKM.
"Pascapandemi, orang berwisata cenderung dalam kelompok kecil atau malah sendirian seperti backpacker, kalau industri tak menangkap trend ini, sudah pasti akan kolaps," katanya.
ADVERTISEMENT
Ia mencontohkan peran Biro Perjalanan Wisata dan tour guide sebagai contoh bisnis yang bisa jadi tak akan diperlukan lagi. "Orang bisa mengandalkan aplikasi dan peran manusia akan tergantikan. Bahkan guide akan lebih dibutuhkan sebagai teman daripada jadi pemandu," tegasnya. (kanalbali/LSU)