“Petualang Sabang”, Impresi Petualangan Penyair Wayan Jengki

Konten Media Partner
13 Oktober 2018 6:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
“Petualang Sabang”, Impresi Petualangan Penyair Wayan Jengki
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
PENYAIR Bali, Wayan Jengki Sunarta (kanalbali/IST)
DENPASAR, kanalbali.com – Panggung budaya dan aksi komunitas Gerak Lawan diwarnai peluncuran buku puisi karya Wayan Jengki Sunarta, Jum’at (12/10) malam. Buku itu merupakan rekaman perjalannya ke pulau paling barat wilayah Indonesia itu.
ADVERTISEMENT
“Aku terharu dan bangga bisa sampai kesana. Dulunya Sabang hanya kukenal lewat lagu “Sabang sampai Merauke”,” kata Jengki.“Petualang Sabang” berisi 50 puisi sederhana yang sebagian besar ditulis pada bulan Oktober dan November 2016. Kemudian, setelah pulang ke Bali, puisi-puisi tersebut diolah lagi, dan baru pada 2018 bisa diwujudkan menjadi sebuah buku utuh.
Puisi-puisi dalam buku ini lebih bersifat impresi. Memaparkan suasana, kesan, atau gambaran tempat-tempat yang dikunjungi dan hal-hal yang menarik perhatian penyairnya. Selain itu, juga menggambarkan perasaan penyairnya selama berada di Sabang.
Kehadiran Jengki di Sabang berkaitan dengan program residensi Sastrawan Berkarya dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. “Aku sempat jadi perhatian orang karena rambut gondrong dan bertato,” katanya. Ia lalu mengakalinya dengan selalu memakai topi dan syal menutupi tato di lehernya. Sejumlah program seperti pembacaan puisi dan pelatihan menulis pun akhirnya berjlan lancar.
ADVERTISEMENT
Buku ini juga dibubuhi ilustrasi menarik berupa sketsa dan grafis dengan teknik cetak cukil kayu yang dikerjakan oleh perupa muda, Nina Fajariyah. Perupa yang berasal dari Jakarta itu merespon 20-an puisi dalam buku ini untuk memberikan gambaran suasana yang terkandung di dalam puisi. Boleh dikatakan ini menjadi semacam kerja kolaborasi antara penyair dan perupa.
Wayan Jengki Sunarta lahir di Denpasar, 22 Juni 1975. Lulusan Antropologi Budaya, Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Pernah kuliah Seni Lukis di ISI Denpasar. Menekuni puisi sejak awal 1990-an, kemudian merambah ke penulisan prosa liris, cerpen, feature, esai/artikel seni budaya, kritik/ulasan seni rupa, dan novel. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media massa dan terangkum dalam sejumlah buku bersama.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Komang Arya Ganaris mengatakan, puisi-puisi Jengki merupakan penghomatan terhadap keragaman budaya yang harus dipertahanakan. "Suasana ini harus dijaga di tengah kecenderung fundamentalisme dan penyeragaman budaya," katanya. Event Budaya itu sendiri adalah untuk mengiringi pertemuan IMF-World Bank Meeting yang dianggap sebagai representasi penindasan oleh kapitalisme hingga ke persoalan kebudayaan.(kanalbali/RFH)