news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sensasi Serombotan, Kuliner Khas Klungkung yang Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Konten Media Partner
9 Maret 2023 14:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menu Serombotan, kuliner khas Klungkung, Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Menu Serombotan, kuliner khas Klungkung, Bali - IST
ADVERTISEMENT
KLUNGKUNG, kanalbali.com - Kota Serombotan telah menjadi julukan bagi Kabupaten Klungkung, Bali. Maklum saja, menu kuliner awalnya berkembang di daerah ini sebelum menyebar ke seluruh Bali.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, serombotan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBT) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Teknologi Republik Indonesia.
Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung, IB Jumpung Oka Wedhana didampingi Kabid Sejarah dan Tradisi, Wayan Sumerta, mengatakan serombotan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda melalui usulan dari Pemprov Bali sejak tahun 2022.
Pengusulan serombotan sebagai warisan budaya takbenda dikarenakan makanan sayur ini merupakan kuliner asli dan khas Klungkung lalu berkembang ke berbagai daerah lainnya di Bali.
Penjualan serombotan di pasar tradisional - IST
Bahkan IB Jumpung mengungkapkan kalau sayur serombotan dulunya makanan khas yang dihidangkan untuk para Raja.
"Dari informasi yang kita dapat dari berbagai sumber, serombotan ini dahulunya dihidangkan para raja. Tapi sekarang sudah merakyat dan dinikmati rakyat jelata," katanya.
ADVERTISEMENT
Disinggung mengenai keuntungan yang diperoleh setelah serombotan menyandang status warisan budaya takbenda, IB Jumpung menyampaikan bahwa WBT ini adalah sebuah pengakuan saja.
Sebagai tanda bahwa Kabupaten Klungkung yang memiliki 'hak cipta' serombotan. Kalaupun kuliner ini berkembang di kabupaten/kota lain, tetapi tidak bisa diklaim karena pemilik atau 'hak ciptanya' tetap ada di Kabupaten Klungkung.
Setelah serombotan resmi menjadi WBT, IB Jumpung mengatakan kini pihaknya harus menyiapkan upaya khusus agar kuliner khas Klungkung ini tetap lestari, bahkan bisa tumbuh dan berkembang.
Mengingat fakta di lapangan, saat ini serombotan sudah semakin jarang disajikan. Penjual serombotan juga hanya bisa ditemui di tempat-tempat tertentu dan paling banyak di Pasar Senggol. Itupun didominasi pedagang yang sudah lanjut usia.
ADVERTISEMENT
"Tantangan kita saat ini adalah melestarikan serombotan agar keberadaannya terus terjaga. Apalagi di kalangan generasi muda, sudah semakin jarang yang gemar mengkonsumsi serombotan. Kalah saing dengan kuliner modern yang makin berkembang," ungkapnya.
Adalah I Wayan Suparmi, warga asal Sengguan, Klungkung yang telah menjual serombotan sejak puluhan tahun lalu. Untuk saat ini, ia berjualan di Pasar Semarapura, dengan menu handalannya, yakni Serombotan.
Suparmi menuturkan, ia sudah berjualan serombotan sejak sekitar 35 tahun lalu. Keterampilan itu ia dapatkan dari ibunya yang saat itu sebagai penjual serombotan. Sebelum memiliki warung yang saat ini ia tempati, Suparmi berjualan secara acungan dengan mengelilingi pasar. “Dulu saya nyuun dagangan metanje (menawarkan) keliling,” ujarnya.
Dengan perkembangan zaman yang sudah terdapat beberapa alat atau bahan yang digunakan sebagai wadah, ia justru masih berjualan dengan tradisional. Disana tidak ada kertas minyak. Hanya daun pisang yang digunakan untuk menghidangkan dagangannya kepada pembeli.
ADVERTISEMENT
Harga untuk bisa mendapatkan masakannya itu cukup terjangkau. Dirinya mengaku tidak mematok harga kepada pembeli yakni Rp 5 ribu saja. Iapun bersyukut saat ini serombotan masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda sehingga makanan ini akan ada terus dan pembelinya diharapkan lebih banyak lagi.(KANALBALI/KRI)