Tampil di Pesta Kesenian Bali, Gambuh Klasik Buleleng Bertahan Tanpa Pemain Perempuan

Konten Media Partner
20 Juli 2018 2:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampil di Pesta Kesenian Bali, Gambuh Klasik Buleleng Bertahan Tanpa Pemain Perempuan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com --- Sebagai duta kabupaten Buleleng yang pentas di Pesta Kesenian Bali, Sekaa Gambuh Yohana Pura Sari Abangan, Banjar Ancak, Bungkulan mementaskan tari gambuh klasik bertempat di Kalangan Angsoka, Art Center Denpasar, Kamis (19/7).
ADVERTISEMENT
Terbukti salah satu pertunjukkan tertua di Bali ini mampu menyedot perhatian pengunjung hingga akhir pementasan. Dalam penampilan mereka, tarian yang tergolong sakral ini diiringi oleh gamelan gong kebyar.
"Gambuh itu masuk ke tarian bebali dan hanya dipentaskan saat upacara tertentu saja," kata Nyoman Suma Argawa selaku pembina sekaa. Gambuh asal Buleleng beda dengan gambuh dari wilayah lain di Bali sebab jika dibandingkan dengan yang ada di Pedungan atau Blahbatuh mereka menggunakan suling yang berukuran besar.
Tidak hanya itu, struktur tari gambuh diawali dengan menampilkan semua karakter dalam cerita. "Setelah itu barulah yang lainnya, disini peran saya hanya melakukan sedikit perubahan seperti agem dan bloking, ciri khas dan lainnya tetap saya pertahankan,"tegasnya.
ADVERTISEMENT
Yang juga unik dari gambuh Buleleng ini adalah semua peran dimainkan oleh kaum Adam. Menurut Argawa, hal tersebut bukan tanpa alasan sakral dan waktulah yang membuat hal itu terjadi.
"Ini sakral, saat pementasan gak boleh ada yang cuntaka (kotor-red) semisal haid saat menjelang pementasan, itu tak boleh terjadi lalu pernah melibatkan perempuan sebagai condong namun diperjalanan menikah jadi ngulang lagi dari awal, nah mungkin ini yang juga menjadi alasan terdahulu kenapa semua pemerannya adalah laki-laki,"imbuhnya.
Terkait kisah yang dibawakan, mereka mengambil dari cerita panji. "Cerita ini adalah cerita rakyat,"katanya lagi sembari mengatakan jika regenerasi di Bungkulan cukup baik.
Made Arjaya, salah satu warga asal Sesetan yang juga penikmat seni gambuh mengatakan jika gambuh tersebut adalah gambuh klasik yang sangat berbeda dari gambuh yang ada di wilayah lainnya di Bali. "Ini sangat berbeda, klasik dan sangat unik,"ucapnya. (kanalbali/GAN).
ADVERTISEMENT