Underground Jazz Movement, Perjuangan Musisi Bali Tebar Musik Penuh Improvisasi

Konten Media Partner
19 Agustus 2022 13:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampilan musisi jazz dari  Underground Jazz Movement di Sanur Village Festival - LSU
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan musisi jazz dari Underground Jazz Movement di Sanur Village Festival - LSU
ADVERTISEMENT
DENPASAR, Kanalbali.com - Musisi muda yang memainkan jazz menghangatkan suasana Sanur Village Festival 2022. Kepiawaian memainkan nada dan berimprovisasi membuat mereka memesona penonton yang hadir.
ADVERTISEMENT
Mereka adalah remaja yang selama ini belajar di gerakan Underground Jazz Movement. Dani, salah satu anggota dari Underground Jazz Movement menuturkan bahwa sudah lumayan lama bergabung dengan komunitas ini. Sebelumnya, ia juga sebagai musisi, tapi hanya bermain musik top forty.
"Bukan hanya saya, tapi hampir semua musisi jazz di Bali terutama generasi millenial tahu jazz dari komunitas ini," kata dia usai tampil dalam event Sanur Village Festival 2022, Kamis (18/8).
Gitaris itu menceritakan bahwa bermain musik jazz memberi tantangan untuk dapat melakukan improvisasi, dan agar mampu berkomunikasi dengan cara sendiri.
"Buat millenial yang ingin belajar ayo gabung sama kami, kami sekarang ada program clinik jazz untuk drum, bass, dan vokal. Meski belum bisa main, tapi bisa gabung dulu. Karena sekarang pun masih banyak yang belum tahu teori, tapi sudah bisa ikut bergabung," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Paling tidak seminggu sekali berbagi tehnik dan memainkan jazz," kata Yuri Mahatma, musisi senior yang mendampingi mereka.
Sebelumnya ia bersama musisi jazz lain telah lebih dulu membentuk Sunday Jazz Clinic (SJC) pada tahun 2008 dengan tujuan yang sama, yakni memberi wadah untuk setiap orang yang ingin belajar musik jazz.
"Banyak yang bergabung disini mulai dari anak sekolah, mahasiswa, orang yang sudah bekerja, dan musisi yang sebelumnya tidak bermain musik jazz. Yang paling kecil usianya bahkan belasan tahun, tapi orang yang datang silih berganti. Untuk saat ini sudah ada 10 musisi jazz yang terlihat menonjol," imbuhnya.
Gebrakan untuk membuat komunitas belajar musik jazz dilandasi atas keprihatinan Yuri dengan stigma yang tersebar di masyarakat bahwa jazz merupakan sebuah musik yang eksklusif.
ADVERTISEMENT
Padahal jazz menjadi eksklusif karena pendengarnya tidak terliterasi dengan baik atau tidak mau susah payah untuk meliterasikan diri terkait genre musik asal Amerika Serikat ini.
Selain berbicara dari segi pendengar, baginya musisi jazz juga harus meliterasikan diri terkait jenis musik yang dimainkannya. Diakuinya bahwa musik jazz memiliki keunikan tersendiri. Meski tergolong musik yang bebas, tapi setiap musisi harus punya ciri khas.
Yuri Mahatma - IST
"Kalau musik rock kita bisa menghafal permainan orang lain, tapi kalau di jazz tidak boleh meniru persis seperti musisi lain. Karena kalau meniru persis, itu bukan jazz. Jadi harus dari musisinya sendiri yang memiliki warna untuk menginterpretasi permainan musiknya alias berimprovisasi," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Yuri yang juga founder dari salah satu event internasional, yakni Ubud Village Jazz Festival ini berharap suatu saat Bali akan menjadi salah satu destinasi musik jazz di kawasan Asia.
Ia melihat ada fenomena menarik yang terjadi terkait musik jazz di Indonesia, bahwa tempat yang menyajikan musik jazz paling banyak berada di Bali dibandingkan Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Padahal di tiga wilayah tersebut memiliki musisi jazz yang jauh lebih banyak dari Pulau Dewata
"Meski disana musisinya lebih banyak, tapi tempat untuk menyajikan venue, hotel, restoran, sangat sedikit. Jadi ini bisa jadi peluang buat Bali, ini  korelasinya sama sektor pariwisata juga," sebutnya.
(Kanalbali/LSU)