Konten Media Partner

Wah, Dokter Ini Bilang Vape Bisa Jadi Alternatif Pengganti Rokok

2 Agustus 2018 16:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wah, Dokter Ini Bilang Vape Bisa Jadi Alternatif Pengganti Rokok
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
KETUA KABAR sekaligus peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, Dr. drg. Amaliya, MSc. Ph.D (Dok)
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com -- Merujuk pada hasil penelitian Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) , produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik atau vape memiliki risiko kesehatan dua kali lebih rendah daripada rokok. Karena itu, bisa menjadi salah satu solusi bagi perokok aktif yang tidak bisa berhenti secara langsung.
"Perokok dapat berhenti secara bertahap dengan cara beralih ke produk tembakau yang memiliki risiko kesehatan lebih rendah," sebut peneliti YPKP Dr. drg. Amaliya, MSc. Ph.D , .Kamis, 2 Agustus 2018.
Ia mengatakan, untuk dapat mengatasi permasalahan rokok di Bali, masyarakat perlu terlebih dahulu mendapatkan edukasi dasar mengenai zat berbahaya yang terkandung dalam rokok.
ADVERTISEMENT
“Perokok perlu mendapatkan akses terhadap fakta ilmiah dari hasil penelitian yang kredibel, sehingga mereka tidak hanya mengetahui bahaya TAR, zat berbahaya yang dihasilkan dari proses pembakaran rokok, namun juga tahu langkah alternatif yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kesehatan,” jelasnya.
Dalam diskusi yang diadakan Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) itu terungkap salam beberapa bulan terakhir, Pemerintah Provinsi Bali gencar melakukan berbagai upaya sosialisasi peraturan untuk mengurangi permasalahan rokok, seperti peraturan Kawasan Tanpa Rokok yang telah diberlakukan sejak tahun 2011.
Namun menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Provinsi Bali, perokok dewasa di Bali mencapai 18 persen. Melihat angka tersebut, Pulau Dewata membutuhkan solusi komprehensif untuk menurunkan jumlah perokok.
Sementara itu dari perspektif sosial, peneliti sekaligus Dosen FISIP Universitas Padjadjaran Dr. Satriya Wibawa Suhardjo menyatakan masih ada mispersepsi tentang produk tembakau alternatif di masyarakat. Mispersepsi yang berkembang ini digeneralisasi sehingga menempatkan semua produk tembakau, termasuk produk tembakau alternatif sebagai produk yang sama berbahayanya atau bahkan lebih berbahaya dari rokok.
ADVERTISEMENT
Padahal, produk tembakau alternatif ini merupakan sebuah inovasi yang didukung oleh banyak hasil penelitian yang dilakukan di dalam negeri maupun internasional.
Dr. Satriya lebih jauh mengatakan pemerintah sebagai pembuat dan penentu kebijakan memiliki peran penting. Pemerintah hendaknya bersedia dan terbuka untuk melakukan riset lebih jauh terkait potensi produk tembakau alternatif di Indonesia.
"Adanya kerangka regulasi yang tepat pada akhirnya akan membantu Pemerintah dalam menurunkan angka perokok aktif dan pada saat yang bersamaan akan menurunkan risiko kesehatan bagi perokok," tukasnya. (kanalbali/KR9)