Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
WALHI Khawatir Pertemuan Internasional Jadi Karpet Merah Perusakan Lingkungan
9 Oktober 2018 16:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
DISKUSI serangkain People,s Summit on Alternantive Development, Selasa (9/10)- kanalbali/RLS
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com -- Gelaran yang dilakukan oleh beberapa CSO atau organisasi masyarakat sipil dalam People,s Summit on Alternantive Development guna merespon kegiatan pertemuan Internasional WB-IMF yang dilaksanakan di Grand Bali Bali Beach di hari kedua yakni Selasa 9 Oktober 2018 ini dilanjutkan dengan kegiatan diskusi-diskusi panel.
Dalam diskusi panel dengan topik Human Right, Public Infrastructure and Tourism Industry salah satunya diisi oleh direktur Eksekutif Walhi Bali Made July Untung Pratama yang menjelaskan mengenai bagaimana pembangunan pariwisata yang dilakukan di Bali sangat masif.
Made July memaparkan kilas balik perlawanan rakyat Bali dalam menolak Reklamasi Teluk Benoa. Ia mengatakan ijin lokasi yang dimiliki investor sebagai syarat untuk melaksanakan AMDAL proyek reklamasi Teluk Benoa tersebut sudah daluarsa dan AMDAL dinyatakan tidak layak "Itu semua terjadi karena perlawanan yang masif dari rakyat selama lebih dari lima tahun" tendasnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut dalam konteks pembangunan di Bali Made July mengatakan bahwa pembangunan-pembangunan akomodasi pariwisata, yang terindikasi merusak lingkungan acapkali dinilai menungganggi event-event internasional.
"Seperti halnya Reklamasi pengembangan bandara Ngurah Rai yang tidak diatur dalam hukum tata ruang, seolah-olah dipaksakan dilakukan dengan alasan untuk mengakomodir event-event internasional misalnya World Bank dan IMF" pungkasnya.
Jadi semakin sering ada pertemuan Internasional di Bali, "maka akan seiring sejalan dengan pembangunan-pembangunan akomodasi pariwisata yang terindikasi melanggar aturan dan merusak lingkungan itu dilakukan" tegasnya
Disamping itu hadir pula beberapa pembicara dari berbagai organisasi seperti Diana Gultom dari DebtWatch, Edo Rachman dari Walhi Eksekutif Nasional, Delima silalahi dari KSPPM dan dipandu oleh Andi Muttaqien dari Elsam.(kanalbali/RLS)
ADVERTISEMENT