Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
75 Tahun Indonesia: Gaya Kepemimpinan Baru di Era Industri 4.0
15 Agustus 2020 17:56 WIB
ADVERTISEMENT
[Opini oleh Armin Beni Pasapan - Mahasiswa Pascasarjana Administrasi Publik Universitas Mulawarman, Samarinda]
ADVERTISEMENT
Refleksi sejarah 75 tahun kemerdekaan Indonesia semakin ramai meski di tengah pandemi COVID-19. Kepemimpinan baru tidak pernah absen dalam setiap pembahasan di negara demokrasi yang akan segera berusia 75 tahun.
Kepemimpinan baru terus diwarnai dengan debat serta analisa yang tidak bisa dibendung oleh siapapun. Sementara publik terus menantikan karya-karya kepemimpinan baru, wabil khusus generasi milenial yang identik dengan kepemimpinan baru di era revolusi 4.0.
Namun publik tetap sukar untuk banyak menaruh harapan, karena konsensus politik membuat generasi milenial terbentur oleh idealismenya. Bagi penulis, tidak mudah mengupas bahasan ini. Namun niscaya semua harus memberikan input pada bangsa dan negara meskipun semua tidak absen dari dampak negatif pandemi COVID-19.
Kepemimpinan Baru
ADVERTISEMENT
Perlu dipahami bahwa menurut penulis, pemimpin tidak lain dan tidak bukan sebagai tempat menaruh harapan. Bukan berarti bahwa menaruh harapan berarti semua tugas dan tanggung jawab itu kemudian dititipkan pada pemimpin. Kepemimpinan baru ini seiring sejalan dengan sikap menjadi filantropi. Filantropi dalam bahasa Yunani: philein berarti cinta, dan anthropos berarti manusia.
Kesimpulannya adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain.
Bisa dimengerti bahwa gaya kepemimpinan baru dalam praktiknya bukan dipahami sebagai seorang yang mengerjakan semua tugas dan tanggung jawab, namun lebih kepada membantu orang lain dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Jika dianalogikan seperti kelompok paduan suara, maka pemimpin itu adalah pelatih yang tidak bisa serta merta naik kepanggung saat ada kesalahan dalam penampilannya. Selanjutnya, gaya kepemimpinan baru seperti di Indonesia tentu memiliki adaptasi yang kuat dengan perubahan situasi dan kondisi dalam pemanfaatan digital branding.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, gaya kepemimpinan baru bukan hanya dilakukan oleh generasi post milenial, akan tetapi dibanjiri oleh generasi milenial yang cenderung lebih punya passion dalam menggunakan digital system sebagai dampak kemajuan teknologi 4.0.
Milenial Dinantikan Publik
Gelombang kepercayaan publik terhadap milenial setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam setiap pesta demokrasi. Tidak hanya dalam politik semata, namun dalam dunia kerja lainnya pun golongan ini diberikan kepercayaan untuk menduduki posisi-posisi penting.
Di satu sisi itu adalah berkah namun di lain sisi menjadi ancaman tersendiri jika tidak belajar, amanah, kreatif serta inovatif. Apalagi, salah satu ciri utama generasi milenial, mengutip Bencsik & Machova (2016), ialah kemampuannya beradaptasi dengan perkembangan zaman, khususnya teknologi informasi 4.0.
ADVERTISEMENT
Kehadiran generasi milenial di seluruh lini kehidupan semakin meyakinkan publik. Sudah menjadi syarat bahwa keberhasilan kepemimpinan baru oleh milenial bermodalkan adaptasi revolusi 4.0.
Memimpin Berbasis 4.0
Hadirnya milenial dalam kepemimpinan baru dengan basis teknologi 4.0 di berbagai lini mulai dari eksekutif, legislatif, lembaga-lembaga negara lainnya sampai pada swasta diharapkan mampu mengubah wajah buruk lembaga-lembaga tersebut. Sejatinya banyak peluang untuk memperbaiki hal yang buruk tersebut dengan pemanfaatan teknologi.
Beberapa contoh kasus yang dapat kita saksikan bersama adalah live streaming Hilarry Brigitta Lasut (23th) untuk menampilkan cara absensi maupun e-budgeting DPR RI agar masyarakat mengetahui perkembangan dan dapat melihat kerja-kerja yang dilakukan.
Dalam kepemimpinan milenial yang berbasis revolusi industri 4.0 menemukan kunci utama yakni amanah dan kolaborasi. Contoh yang dapat kita lihat adalah kesuksesan milenial dalam membangun opini dan kritik melalui sosial media bahkan acara-acara resmi kenegaraan.
ADVERTISEMENT
Komunikasi dalam penerapannya di era 4.0 juga berkembang melampaui batasan-batasan geografis. Dengan hal-hal tersebut, generasi milenial sebagai katalisator dapat memupuk kesadaran publik bahkan sesamanya sehingga publik senantiasa memiliki kepercayaan terdahap milenial. Di tengah kisruh politik sekalipun, kepemimpinan di era 4.0 ini juga mewajibkan diri kita untuk bisa memposisikan diri. Komunikasi
Dan akhirnya saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia
Kita adalah kunci keberhasilan negara Indonesia!
#terusberkarya
Karja, we share creative and up to date content (entrepreneurship, inspiration, and social issues) for Indonesia’s millennials. Support and follow us on kumparan (click here ) and Instagram (click here ).