Benarkah Gundala Film Indonesia Termahal yang Pernah Dibuat?

Konten Media Partner
26 Agustus 2019 23:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Poster Gundala | Photo by popcorn.bioskop via Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Poster Gundala | Photo by popcorn.bioskop via Instagram
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dinantikan dan ditunggu – tunggu. Dua kata tersebut mungkin yang paling tepat menggambarkan respons masyarakat Indonesia terhadap film Gundala yang akan tayang premiere tanggal 29 Agustus tahun ini. Film yang dikerjakan oleh sutradara kondang Joko Anwar ini merupakan film adaptasi yang diangkat dari hasil karya komikus Harya Suraminata yang dicetak lima dekade lalu dengan judul Gundala Putra Petir.
ADVERTISEMENT
Menurut PT. Visi Media Asia Tbk perusahaan yang mengucurkan dana untuk berinvestasi dalam pembuatan Gundala, jumlah dana yang mereka keluarkan berkisar di atas Rp 30 miliar. Jumlah fantastis tersebut yang membuat Gundala digadang – gadang menjadi film Indonesia dengan biaya pembuatan termahal. Hal itu sangat memungkinkan menginggat canggihnya efek visual yang digunakan dalam pembuatan film tersebut, ditambah dengan penggunaan jajaran pemain kelas atas.
Kendati demikian, asumsi itu tidak sepenuhnya benar, karena meskipun layak menyandang gelar film Indonesia papan atas dengan biaya pembuatan yang tinggi, Gundala ternyata bukanlah yang termahal.
Predikat film Indonesia dengan biaya produksi termahal tersebut jatuh pada film Trilogi Merdeka yang membutuhkan dana sebesar Rp. 64 miliar untuk dirampungkan. Dirilis tahun 2009, film yang terdiri dari 3 seri ini mengambil latar belakang jaman penjajahan yang mengkisahkan perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Trilogi merdeka menjunjung rasa cinta tanah air dan nasionalisme pada setiap adegannya.
Trilogi Merdeka | Photo by IMDB via IMDB
Film besutan Yadi Sugandi ini menggunakan sejumlah artis papan seperti Darius Sinathrya, Lukman Sardi, dan Donny Alamsyah sebagai pemain. Selain itu untuk membuat film semakin realistis, Trilogi Merdeka juga menggunakan special effect yang dikerjakan oleh tim yang sebelumnya pernah menangani film kelas Hollywood. Meski biaya pembuatannya begitu besar, sangat disayangkan film ini tidak sukses di pasaran dikarenakan rendahnya antusiasme masyarakat untuk menonton film ini.
Gunung Emas Almayer | Photo by film_indonesia via Instagram
Dibawah Trilogi Merdeka, di peringkat kedua adalah film Gunung Emas Almayer yang menelan biaya produksi sekitar Rp. 60 Miliar. Kenapa begitu mahal? Rupanya film ini mengambil lokasi syuting di negara lain di luar Indonesia. Dikarenakan tingginya dana yang diperlukan, rumah produksi yang membuat Gunung Emas Almayer mengajak serta perusahaan Malaysia untuk mengumpulkan dana. Sayang ternyata film ini bernasib sama seperti Trilogi Merdeka, rendahnya jumlah penonton berbanding terbalik dengan pengeluaran yang harus dibayarkan, membuat film ini merugi.
The Raid 2 : Berandal | Photo by ry_man89 via Instagram
Di posisi ketiga adalah film yang dirampungkan dengan biaya sebesar Rp. 54 Miliar, yaitu The Raid 2: Berandal. Sekuel dari The Raid pertama ini kembali menghadirkan sebuah film laga yang intens dan penuh aksi, membuat penonton tidak bisa beranjak dari kursinya. Film yang disutradarai oleh Gareth Evans ini mendapat sambutan yang positif dari para penonton dan juga ulasan yang cukup baik dari pengamat film. Masih dengan Iko Uwais sebagai pemeran utama, The Raid 2: Berandal juga diputar di sejumlah festival film baik lokal maupun internasional.
Ketika Cinta Bertasbih | Photo by sinemartproductions via Instagram
Film terakhir yang berada di posisi tepat di atas Gundala adalah Ketika Cinta Bertasbih 2 yang menelan biaya sebesar Rp. 40 Miliar. Berbeda dali film – film diatas yang memakan dana begitu besar dikarenakan penggunaan efek visual dan lokasi syuting, film bertemakan religi romantis ini membutuhkan dana yang tidak sedikit dikarenakan jajaran pemain yang turut serta dalam pembuatannya. Sebut saja Asmirandah, Dude Herlino, Alice Norin, bahkan aktor senior Deddy Mizwar. Film kedua dari film Ketika Cinta Bertasbih ini masih bercerita tentang lika – liku kehidupan mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Mesir dalam mencari pasangan hidup yang sejalan dengan hukum Islam.
ADVERTISEMENT
Nah, ternyata tidak sedikit ya film – film Indonesia yang harus tenggelam di antara banyaknya film Hollywood padahal para kru dan sutradara sudah maksimal dalam membuat film - film tersebut. Oleh sebab itu, ayo kita sama – sama dukung film – film anak bangsa dengan menonton film Gundala di bioskop dan bukan di laptop.
#terusberkarja
Content Writer : Cintya Cahyani