Bernostalgia dengan Minuman Intisari Beruap Samarinda

Konten Media Partner
10 April 2020 8:23 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Minuman Jadul Intisari Beruap yang sudah siap untuk dijual. | Photo by Karja/Titiantoro
zoom-in-whitePerbesar
Minuman Jadul Intisari Beruap yang sudah siap untuk dijual. | Photo by Karja/Titiantoro
ADVERTISEMENT
Minuman intisari beruap merupakan sebuah minuman berkabornasi yang memiliki aneka rasa yang diproduksi oleh industri rumahan di Samarinda.
ADVERTISEMENT
Minuman beruap mulai diproduksi pada tahun 1999 di Samarinda oleh Nani dan sang suami.
“Mulai usaha jualan minum beruap dari tahun 1999 sampai sekarang. Karena ini usaha dari suami saya. Karena kalau mau usaha lain, mau usaha apa? Bisanya cuman ini aja,” ujarnya kepada Karja, Kamis (9/4/2020) siang.
Ia bersama sang suami memulai produksi minuman beruap setiap harinya dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore.
“Saya sama suami mulai kerja dari pagi jam 8 sampai jam 12 siang. Istirahat dulu salat dan makan. Setelah itu lanjut lagi sampai sore jam 5 sore,” ucap Nani.
Ia menceritakan kepada Karja bahwa dirinya dulu sempat memiliki 11 orang pegawai yang bekerja bersamanya. Namun persaingan dan banyaknya aneka rasa minum yang bermunculan, akhirnya mulai perlahan minuman ini telah ditinggalkan dan beralih ke minuman lainnya.
Ibu Nani ketika menjelaskan proses pembuatan minuman Beruap kepada wartawan Karja | Photo by Karja/Titiantoro
“Dulu saya sempat punya pegawai sebanyak 11 orang. Tapi karena sudah banyaknya muncul minuman-minuman baru akhirnya beruap ini jadi sepi,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Nani dan Suami sejak pertama kali merintis usaha minuman beruap selalu memproduksinya di rumah. Ketika masa berjayanya minum ini, bisa menghasilkan sebanyak 100 lusin dalam sehari.
“Kalau dulu 100 lusin setiap harinya, tapi kalau sekarang ya Alhamdulillah seminggu kita berdua dapat 50 lusin,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan satu botolnya Ibu Nani menjual seharga Rp 5.000.
“Kalau disini saya ngejual satu botolnya itu seharga Rp 5.000, tapi kalau per lusin atau per partai Rp 50.000 sampai Rp 60.000,” tambahnya.
Untuk proses pembuatan minuman beruap yang diproduksi oleh Ibu Nani cukuplah sederhana.
“Jadi gula pasirnya itu direbus, setelah itu pasang di gentong stainless saat masih panas kasih esens, pasta, habis itu campur dengan air. Setelah matang masukkan ke mesin Co2 biar ada anginnya gigit-gigitnya. Namanya Co2 karbohidrat dan soda. Sebelum masukkan ke botol kita lakukan penyaringan 3 lapis kain,” jelasnya.
Minuman jadul Intisari Beruap yang sudah siap untuk dijual. | Photo by Karja/Titiantoro
Walaupun minuman beruap sudah jarang ditemui di Samarinda, Nani dan sang suami selalu menjaga rasa minuman beruap dan komposisi lainnya.
ADVERTISEMENT
Untuk minuman beruap sendiri, Nani menyediakan berbagai macam rasa. Ada rasa anggur, kopi, nanas, leci, melon, sirsak, hingga frambozen.
Jika kalian ingin mencicip minuman beruap yang nostalgik ini, langsung saja beli ke rumah Nani yang berada di Jalan Adam Malik, Gang Manggis, Kelurahan Karang Asam Ulu, Sungai Kunjang, Samarinda atau dapat hubungi nomor telepon Nani +62-812-2698-0032.
Selain membeli langsung ke rumah Nani, Karja juga menemukan penjual minuman beruap yang diproduksi oleh Nani. Yakni di sekitar Taman Samarendah di Jalan Bayangkara, Gang 1A, Kelurahan Bugis, Kecamatan Samarinda Kota.
Selamat mencoba!
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (klik di sini) dan klik tombol 'IKUTI' (klik di sini) untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat
ADVERTISEMENT