news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dari Tunawisma Hingga Menjadi Lulusan Harvard

Konten Media Partner
20 April 2019 16:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Liz Murray | Photo by Texas Lutheran University via Youtube
zoom-in-whitePerbesar
Liz Murray | Photo by Texas Lutheran University via Youtube
ADVERTISEMENT
Bila ditanya hal - hal apa saja yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk bisa sukses mungkin sebagian besar dari kita akan menjawab kecerdasan emosional dan kemampuan intelektual.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit juga yang mungkin akan berkata bahwa kesuksesan seseorang sangat ditentukan oleh latar belakang hidup orang tersebut. Jadi untuk sukses kita perlu terlahir di kondisi keluarga yang kondusif dan berkelimpahan.
Orang yang terlahir di keluarga yang mampu untuk memfasilitasi kesuksesan orang tersebut tentunya akan membuat orang tersebut lebih mudah meraih keberhasilan dibanding orang yang terlahir di keluaga pas – pasan.
Karena pola pikir ini, tak sedikit orang yang secara tidak sadar telah meyakinkan diri mereka sendiri bahwa nasib mereka sudah ditentukan dan tidak dapat diubah. Jadi apabila keluarga mereka adalah dari golongan tidak berpunya, maka seperti itulah masa depan mereka. Namun benarkah demikian?

Kisah Liz Murray

Liz Murray (kanan) | Photo by @lizmurraybreakingnight on Facebook
Mari kita bercermin dari kisah hidup seorang yang dulunya tunawisma, namun kemudian berhasil menjadi almamater Harvard University. Iya, itu lho salah satu universitas terbaik di dunia yang beberapa waktu membuat Maudy Ayunda kegirangan karena dia berhasil diterima oleh universitas tersebut.
ADVERTISEMENT
Nama Elizabeth atau lebih dikenal dengan Liz Murray mungkin tidak seterkenal nama – nama seperti Bill Gates, Warren Buffett, atau Richard Branson. Biarpun begitu, kisahnya tetaplah luar biasa menginspirasi.
Ia terlahir di keluarga yang bukan lagi pas – pasan, tapi bahkan dibawah kategori tidak mampu. Kedua orang tua Murray adalah pecandu narkoba yang berstatus HIV positif. Tidak hanya itu, ibunya juga mengalami gangguan jiwa beserta kebutaan dan meninggal saat Murray berumur 15 tahun karena AIDS.
Sejak umur 9 tahun Murray harus bekerja untuk menyambut hidup. Kondisi keluarganya yang berantakan membuat Murray tidak bersekolah hingga Ia kelas 8. Pada suatu waktu, ayahnya keluar dari rumah dan pindah ke sebuah tempat penampungan. Hal ini menyebabkan Murray terpaksa hidup di jalanan. Hidup di jalan membuat Murray sering tidak masuk sekolah hingga rekor absennya sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, untungnya dia masih bisa bersekolah di the Humanities Preparatory School. Singkat cerita, di sekolah itu seorang guru prihatin akan keadaannya dan mulai memberi perhatian lebih pada Murray. Ia pun belajar dengan luar biasa giatnya sehingga berhasil mengentaskan sekolah menegah ke atas hanya dalam 2 tahun. Oleh karensaprestasinya tersebut, Ia pun diterima di Harvard melalui beasiswa dari New York Times yang memang ditujukan untuk murid – murid kurang mampu.

Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Liz Murray

Liz Murray ketika berbicara di event TEDxYouth@SanDiego | Photo dari cuplikan video kanal @TEDxYouth di Youtube
Ada 2 hal berbeda yang bisa kita pelajari dari pengalaman hidup Murray, yakni :
ADVERTISEMENT
Jika Murray dengan segala kekurangannya bisa mengubahnya menjadi surplus, bagaimana dengan anda yang saat ini membaca artikel ini? Murray dan kita memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam sehari.
Yang membedakan adalah caranya dan kita menggunakan waktu tersebut. Ibaratnya uang, Murray dengan cerdasnya menghabiskan waktunya untuk berinvestasi ke hal – hal yang berguna untuk masa depannya. Ke hal – hal apa kita “membelanjakan” waktu kita?
Prinsip mempedulikan hidup orang lain yang dianut oleh guru Murray tersebut cukup bertentangan dengan kultur era millenial kini yang berpusat pada diri sendiri dan menitikberatkan pada pencapaian individual.
ADVERTISEMENT
Sangat disayangkan jika kita menggangap bahwa sukses itu adalalah keberhasilan individualisme dan bukan hasil dari interdependensi positif antara individual satu dengan lainnya. Tanpa seorang pahlawan tanpa tanda jasa yaitu sang guru, tentunya tidak akan ada kisah Murray seperti sekarang ini.
Daripada terlalu berfokus untuk mengejar sukses untuk diri kita sendiri cobalah juga untuk membantu orang lain dengan masalah mereka, mungkin dengan begitu apa yang kita cari itu akan kita temukan.
Dibutuhkan lebih dari satu atau dua hal untuk mencapai suatu posisi di hidup kita yang bisa kita kategorikan sebagai sukses. Satu hal yang pasti, sukses tidak bisa dicapai dalam posisi stagnasi, artinya kita harus terus menerus mengevaluasi pola pikir, motivasi, dan tindakan kita sehingga kita terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Tidak ada resep pasti untuk mencapai kesuksan selain dari pada mengadopsi pola pikir yang selaras dengan nilai – nilai kesuksesan dan mengambil keputusan untuk bertindak sesuai dengan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan kita masing – masing.
#terusberkarja
Writer : Cintya Cayani
Editor : SEP