Konten Media Partner

Dennis Kelen Laba, Pencetus Kampung Inggris yang Terbuat Dari Botol

29 Mei 2019 16:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dennis Kelen Laba berfoto di depan bangunan rumah botol yang diperuntukkan menjadi kampung Inggris | Photo by Charles (Karja.id)
zoom-in-whitePerbesar
Dennis Kelen Laba berfoto di depan bangunan rumah botol yang diperuntukkan menjadi kampung Inggris | Photo by Charles (Karja.id)
ADVERTISEMENT
Memulai berkarya yang berdampak positif bagi banyak orang sudah bisa dimulai dari komitmen dan panggilan yang datang dari hati nurani seseorang. Itulah yang dilakukan oleh Dennis Kelen Laba, warga Samarinda yang mendirikan Rumah Botol di Kota Samarinda.
ADVERTISEMENT
Rumah botol ini tidak seperti kebanyakan rumah botol lainnya. Hal yang membuat spesial dari rumah botol ini, yakni rumah tersebut diperuntukkan sebagai tempat belajar bahasa Inggris yang langsung dididik oleh Dennis.
Bagi anak-anak di lingkungan sekitar yang ingin mengikuti pelajaran bahasa Inggris, mereka cukup membayarnya dengan sampah botol plastik yang harus dikumpulkan secara mandiri. Botol yang dikumpulkan itulah menjadi material untuk bangunan rumah botol tersebut.
Dennis Kelen Laba, Sang Inisiator
Dennis Kelen Laba, sang inisiator dan eksekutor ide Rumah Botol Kampung Inggris | Photo by Charles (Karja.id)
Dennis Kelen Laba merupakan pendiri, penggagas dan perancang dari Rumah Botol yang berlokasi di Samarinda Seberang. Ia mendirikan rumah botol ini sejak tahun 2017. Tidak hanya mendirikan rumah botol, Dennis juga memanfaatkan bangunan tersebut untuk membuka pusat pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak di sekitar kampung pada awalnya.
ADVERTISEMENT
Konsep yang ditawarkan oleh Dennis sangatlah menarik. Anak-anak yang ingin belajar bahasa Inggris cukup dengan mengumpulkan sampah plastik sesuai dengan persyaratan. Bahkan, materi bahasa Inggris langsung diajarkan oleh Dennis sendiri.
"Konsepnya itu peduli lingkungan, jadi dalam suatu pendidikan disini itu tidak hanya mempelajari bahasa Inggris tetapi juga belajar menjaga kebersihan dari diri sendiri", ujar Dennis yang juga aktif sebagai tour guide di Samarinda.
Foto bersama anak-anak di lingkungan sekitar ketika bangunan rumah botolnya masih belum seperti sekarang | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
Kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni dari Dennis diperolehnya dengan belajar secara otodidak sejak kecil. Selain itu, kemampuannya semakin terasah dari pengalamannya dan profesinya sebagai tour guide yang sudah malang melintang di berbagai wilayah Indonesia hingga saat ini.
Dennis pun juga memiliki metode pengajaran yang cepat dan tepat. Metode yang dimaksud yakni murid yang belajar bahasa disini secara rutin selama 7 (tujuh) hari pelatihan maka akan memiliki kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris yang cukup baik.
ADVERTISEMENT
Total murid yang pernah diajari oleh Dennis pun telah mencapai 300an orang dari tahun 2017. Untuk murid yang aktif dan rutin, terdapat 20-50 murid setiap harinya yang mengikuti kursus ini.
Awal mula berdirinya Kampung Inggris Rumah Botol di Samarinda
Baliho Kampung Inggris yang dipajang di Rumah Botol dari Dennis Kelen Laba | Photo by Charles (Karja.id)
Awal mula perjuangan seorang Dennis bermula dari modal sebuah papan tulis yang digantung di pohon untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak.
Dirinya semakin termotivasi ketika pada saat itu, beberapa turis asing di Samarinda yang dibawa Dennis bertanya kepada dirinya. Turis tersebut bertanya mengapa sungai di Samarinda penuh dengan sampah.
"Akhirnya tergeraklah hati saya untuk mengumpulkan sampah plastik dan mendirikan sebuah bangunan yang memiliki nilai dan dampak yang positif.", kata Dennis.
ADVERTISEMENT
Dari situlah dirinya mulai termotivasi untuk concern terhadap lingkungan yang kemudian dikolaborasikan dengan aspek pendidikan. Dennis mulai mendirikan bangunan 3x3 meter yang purely terbuat dari botol plastik.
Anak-anak pun mengumpulkan sampah botol plastik yang kemudian diisi dengan sampah plastik untuk dijadikan eco paving | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
"Konsepnya itu peduli lingkungan, jadi dalam suatu pendidikan disini itu tidak hanya mempelajari bahasa Inggris tetapi juga belajar menjaga kebersihan dari diri sendiri", tambah Dennis yang juga aktif sebagai tour guide di Samarinda.
Banyaknya tantangan yang harus dihadapi
Foto salah satu sudut rumah botol karya Dennis Kelen Laba | Photo by Charles (Karja.id)
Perjuangan Dennis berkontribusi di bidang lingkungan dan pendidikan seperti ini tidaklah mudah. Dua tahun berdirinya rumah botol tersebut dilalui dengan tantangan yang tidak terlupakan.
Berbagai tantangan dihadapinya mulai dari dana yang terbatas untuk pengembangan, mengampanyekan peduli lingkungan kepada masyarakat hingga pernah diprotesnya keberadaan rumah botol ini oleh warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Bangunan rumah botol bisa berdiri seperti sekarang diakuinya berasal dari swadaya sendiri dan bantuan dari turis asing. "Saya tekun melakukan dan saya tidak mau mundur dalam hal ini (membangun rumah botol dan kampung Inggris).", kata Dennis secara lantang.
Dennis berfoto bersama dengan turis asing dan muridnya | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
Membangun dengan bantuan yang minim pun pastilah memiliki kesulitan tersendiri, salah satu yaitu urusan biaya. Sampai saat ini dirinya tetap berusaha semaksimal mungkin. Bantuan dari beberapa sponspor pun juga pernah membantu dirinya dalam membangun karya ini walaupun nominalnya bisa dikatakan tidak terlalu besar.
"Karena menyangkut dana atau menyangkut dengan keterbatasan, akhirnya kita tidak bisa bekerja sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tetapi, kita melakukan sesuai dengan apa yang seharusnya kita lakukan", tambah Dennis.
Dennis berfoto di depan rumah botolnya ketika bangunan tersebut masih kecil | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
Bahkan, tanah tempat berdirinya bangunan rumah botol tersebut diperolehnya dengan cara kredit selama 5 tahun. Sampai saat ini, kredit yang dijalankannya baru berjalan sekitar 2 tahun.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dennis juga pernah memperoleh tawaran dari volunteer untuk mengajar murid-murid yang ada di Rumah Botol Kampung Inggris tersebut. Namun, penawaran tersebut ditolak karena mengharuskan dirinya memberi honor kepada si volunteer. Sedangkan, murid-murid yang ada disana membayar hanya menggunakan sampah botol plastik, bukan dengan uang.
Dennis sedang mengajari dua orang turis tentang Bahasa Indonesia | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
Selain itu, pada awal berdirinya rumah botol ini, Dennis pernah diprotes oleh warga sekitar karena material yang digunakan sangat mudah terbakar. Pada saat itu, atap yang digunakan pada bangunan ini terbuat dari jerami.
Sekarang, warga sekitar tidak lagi memprotesnya. Selain karena bangunan tersebut sudah menggunakan atap dari seng, bangunan ini juga telah memberikan banyak dampak positif di bidang pendidikan dan lingkungan.
Jerih Payah Dennis membuahkan hasil
Dua orang turis asing berselfie ria bersama Dennis Kelen Laba | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
Segala sesuatu yang dikerjakan secara tulus dan dengan komitmen yang tinggi, maka usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Itulah yang dialami oleh Dennis. Berkat kerja keras dan ketekunannya, Rumah Botol Kampung Inggris karyanya mulai dikenal oleh masyarakat lokal hingga turis mancanegara.
Dennis berfoto bersama turis asing saat bangunan rumah botol masih terlihat kecil dengan tanah yang becek | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
Saat itu, Dennis mendapatkan kunjungan dari seorang turis asal Jerman. Turis tersebut membuatkan satu profile tentang Rumah Botol Kampung Inggris tersebut di situs Workaway.info, salah satu situs yang menyediakan informasi bagi komunitas pecinta yang di bidang sustainable travel dan pertukaran budaya.
ADVERTISEMENT
Berkat kontribusi dari turis tersebut, banyak turis asiang yang berdatangan dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Turis yang berkunjung tersebut pun ikut serta dalam mengumpulkan sampah hingga mengajarkan anak-anak tentang bagaimana peduli terhadap lingkungan.
Tidak hanya berkunjung, turis asing juga membantu mengajari bahasa Inggris kepada murid-murid dari Kampung Inggris | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
Dampaknya pun positif, warga di sekitar rumah botol pun sudah mulai sadar terhadap lingkungan, salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan lagi.
Dennis pun tidak memaksa anak-anak di lingkungan sekitar untuk mengumpulkan sampah plastik. Ia berpendapat bahwa kesadaran itu muncul dari diri sendiri, yang terpenting dirinya telah memberikan program yang baik kepada masyarakat sekitar.
Turis asing yang berkunjung juga membantu mengumpulkan sampah botol plastik di sekitar lingkungan | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
Selain turis asing, dirinya juga memperoleh kunjungan dari mahasiswa hingga masyarakat karena memiliki nilai yang positif dan memiliki hal yang menarik, salah satunya sering dikunjungi oleh turis asing.
ADVERTISEMENT
Do the action terlebih dahulu!
Alat peraga pelajaran bahasa inggris yang dipajang di tembok yang terbuat dari botol plastik | Photo by Charles (Karja.id)
Dennis mengungkapkan bahwa ketika memiliki ide apapun itu, apa yang harus dilakukan , lakukanlah terlebih dahulu. "Kita kalau sudah siap dan ada realisasi riil, pemerintah itu akan dukung. Koar-koar minta kepada pemerintah terlebih dahulu itu tidak ada gunanya.", tambah Dennis.
Ia mencontohkan apabila ada seseorang yang ingin kampung halamannya terkenal, orang tersebut harus action terlebih dahulu dan harus memberikan bukti-bukti konkrit dan dampak positifnya. "Belum ada bukti, sudah cari dana.", ujarnya.
Dennis ketika mendapatkan kunjungan dari masyarakat lokal saat bangunan rumah botol | Photo from dokumen pribadi Dennis Kelen Laba
Dirinya memiliki semangat untuk terus peduli terhadap aspek lingkungan dan pendidikan, khususnya melalui permasalahan sampah. Ia menuturkan kembali bahwa permasalahan dari sampah bisa merubah perilaku orang untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Jadi, kalau peduli terhadap permasalahan sampah itu harus dibayar dulu itu tidak bisa. Semuanya dari diri kita, mulai dari rumah kita, pribadi kita baru kita bisa melangkah, bisa action supaya orang lain juga bisa mengerti.", kata Dennis.
Untuk seluruh pembaca Karja,
Jadikanlah sepenggal cerita diatas menjadi inspirasi bagi kita semua. Berkaryalah seperti Dennis Kelen Laba yang berani memulai, berani action dengan dua harapan utama, belajar bahasa Inggris dan peduli dengan lingkungan, itu saja, tidak lebih.
ADVERTISEMENT
#terusberkarja
Content Writer & Editor : Charles
Reporter : Charles