Photopreneur 101 : Yang Mau Jadi Fotografer Wajib Baca!

Konten Media Partner
20 September 2019 22:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Halo Sobat Entrepreneurs! Apakah ada yang lagi tertarik, hobi, atau sedang belajar fotografi? Pas banget dong, kali ini Karja mau bahas tentang seluk-beluknya bisnis fotografi.
ADVERTISEMENT
Iya, kalau ditekuni, bisnis “photopreneur” atau photography entrepreneur ini tidak kalah menguntungkan dari profesi-profesi lainnya loh.
Berikut ini Karja berikan bocoran tentang dunia fotografer, sebuah hasil wawancara dengan seorang fotografer yang sudah berpengalaman.

Kerap Disepelekan

Pekerjaan sebagai fotografer awalnya memang kerap disepelekan oleh banyak orang, terutama orang-orang tua. Fotografer dianggap sebagai pekerjaan sampingan belaka, yang tidak bisa menghasilkan banyak keuntungan.
Begitu juga yang terjadi dengan Andy Susanto, seorang fotografer profesional asal Mojokerto, yang mendirikan Spirit Photography.
Andy Susanto sedang mengambil momen melalui kameranya | Photo by andysusanto.captures via Instagram
“Awalnya mama dulu tidak setuju dan mengharapkan saya bekerja menjaga toko, karena kebetulan di rumah ada toko alat-alat listrik," ceritanya.
Namun Andy ingin bekerja sesuai dengan passion-nya dan terus berusaha untuk membuktikan bahwa ia bisa hidup dari fotografi.
ADVERTISEMENT
Kini, Spirit Photography sudah berdiri selama sembilan tahun dan setidaknya selalu memperoleh empat project setiap bulannya, dengan tarif termurah seharga 6 juta rupiah.
Ia bahkan juga sudah beberapa kali dipercaya untuk mengabadikan momen acara-acara salah satu penyanyi papan atas Indonesia dan keluarganya.
Perlu Modal
Sebelum memulai karirnya sebagai fotografer, Andy yang lulusan SMA ini sempat merasakan bekerja sebagai karyawan pabrik di Mojokerto, mulai dari bagian administrasi hingga sopir forklift.
Hingga akhirnya, setelah bekerja dengan gaji kecil selama bertahun-tahun dan mengumpulkan cukup uang untuk membeli kamera, ia membeli kamera pertamanya dengan harga sekitar 7 juta.
“Untuk jadi fotografer juga perlu tripod dan laptop atau komputer. Harus bisa pakai software Photoshop untuk edit foto. Itu berguna sekali untuk tahu apakah foto yang sudah diambil itu nantinya bisa diedit atau tidak”, ujarnya.
Ilustrasi photography | Photo by JESHOOTS.COM via Unsplash
Lantas, mengingat rentang harga kamera yang mulai 7 hingga 200 juta lebih, kalau untuk pemula yang ingin belajar fotografi apakah perlu membeli kamera yang paling bagus?
ADVERTISEMENT
“Memang semakin mahal harga suatu kamera, fiturnya semakin canggih. Namun itu semua percuma kalau yang mengoperasikan tidak punya skill yang cukup. Kamera 200 jutaan sama saja seperti 7 jutaan,” ungkapnya.
Maka lebih baik membeli kamera yang standar saja untuk pemula, dan menginvestasikan sisa uangnya untuk hal lain, seperti kursus.
Andy menyarankan para pemula untuk mengambil kursus fotografi terlebih dahulu. Ia dulunya juga belajar otodidak, dan merasa bahwa hasil fotonya sudah cukup baik.
Tapi setelah mengambil kursus fotografi, ia justru merasa hasil jepretannya menjadi lebih baik dan mendapat banyak ilmu yang belum ia ketahui sebelumnya.
Dengan mengambil kursus, sobat akan diajari cara menggunakan kamera dan peralatan dalam studio foto, teknik-teknik fotografi dan lighting, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Ada banyak lembaga-lembaga kursus fotografi yang bisa sobat pilih, seperti Darwis Triadi School of Photography, Lasalle College, Canon School of Photography, Nikon School Indonesia, dan lain-lain.

Berbagai Bidang Fotografi

Tying The Knot | Photo by spirit.foto via Instagram
Memang bidang fotografi yang terlihat sedang ramai saat ini adalah fotografi untuk event-event seperti engagement, prewedding-wedding, sweet seventeenth birthday, dan lain-lain.
Selain itu ada juga maternity photography, birth photography, dan newborn/baby photography.
Namun sebenarnya masih ada bidang-bidang lainnya seperti, fashion, nature, dan interior photography untuk majalah-majalah, hingga commercial photography dan company profile photography untuk perusahaan-perusahaan.
2.40 AM | Photo by andysusanto.captures via Instagram
Bahkan menurut pria berumur 30 tahun ini, memotret untuk company profile perusahaan adalah yang paling berkesan.
“Aku jadi bisa belajar banyak dari orang-orang di lapangan," kata Andy.
ADVERTISEMENT
Memang, fotografer satu ini gemar berpetualang dan dikenal tidak pernah lelah. Selain itu, persaingan di dalam dunia foto company profile memang masih relatif mudah karena belum banyak pemainnya.

Langkah Awal

Aperture Kamera | PHoto by Robert Owen Wahl via Instagram
Mungkin benar kalau ‘memulai’ adalah hal yang tersulit. Ketika melangkahkan kaki untuk menjadi fotografer, kita tidak bisa berharap karir akan langsung melesat sukses.
Andy Susanto dan banyak fotografer lain mengawali karirnya dengan tidak terlalu mulus. Andy dulu sempat menawarkan jasanya untuk memotret pernikahan-pernikahan adat jawa di rumah, dengan bayaran hanya 50 ribu untuk 2 hari.
Kemudian ia kerap mengikuti dan memenangkan lomba-lomba fotografi di berbagai kota. Gelar-gelar juara tersebut tentu semakin meyakinkan calon klien untuk mempercayakan pemotretan dengan dirinya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kini banyak fotografer pemula yang memilih untuk mengikuti suatu agensi fotografer ternama. Hal itu dilakukan agar mereka dapat memperoleh pengalaman dan ilmu-ilmu langsung dari pakarnya.
Dari fotografer ternama itu juga, mereka berharap dapat ikut membesarkan namanya sendiri dalam dunia fotografi. Baru kemudian, kalau mereka sudah merasa kompeten dan cukup dikenal, mereka bisa membuka bisnis fotografinya sendiri.

Promosi

Instagram | Photo by neonbrand via Unsplash
Untuk mencari klien, tentu saja seorang fotografer juga memerlukan promosi. Dulu, Andy mempromosikan jasa fotografinya dengan gencar melalui salah satu forum terbesar di Indonesia.
Kini pengguna forum tersebut sudah mulai berkurang, tapi Spirit Photography yang sudah memiliki nama, portfolio dan relasi yang baik selalu saja mendapat klien walau hanya promosi melalui akun Instagram.
ADVERTISEMENT
Maka, untuk menarik klien, tentu saja seorang fotografer memerlukan portfolio yang bagus. Sobat bisa mulai dengan memotret event-event dari keluarga atau teman-teman dekat, ikut hunting foto dalam komunitas fotografer, dan masih banyak lagi.
Jangan lupa untuk membuat akun Instagram (dan sosial media lain) yang terlihat rapi dan profesional. Tampilkan hasil-hasil jepretan terbaik dan tambahkan hashtag yang sesuai.

Di Antara Persaingan

Mengingat fotografer di Indonesia sudah sangat banyak, maka untuk melangkah ke bisnis ini, sobat perlu memikirkan bagaimana caranya supaya bisa bersaing dengan fotografer-fotografer lain. Menurut Andy Susanto, memang harus sabar dan pandai bersaing harga.
Andy Susanto sedang mengambil momen hingga harus all-out masuk ke dalam sungai | Photo by Vania Anjani via Karja.id
Memang tepat kata pepatah bahwa “kerja keras tak akan mengkhianati hasil”, karena selain itu, Andy juga tidak takut untuk bekerja dengan totalitas.
ADVERTISEMENT
Ketika memotret outdoor, pernah ia rela ketika harus “nyemplung” ke dalam air supaya mendapatkan angle yang bagus.
Pembawaannya ketika memotret selalu bersemangat sekaligus ramah, sehingga banyak klien yang kembali menggunakan jasa Spirit Photography untuk event berikutnya.
Cara lain adalah dengan mencari pasar yang masih sepi pemain. Seperti contohnya company profile photography, yang sering Andy kerjakan.
Ia kini menjadi fotografer langganan salah satu perusahaan yang membangun box culvert yang namanya banyak terlihat di jalanan kota-kota di Indonesia, perusahaan tersebut dipercaya pemerintah untuk membangun proyek box culvert di berbagai kota.
“Apalagi, perusahaan biasanya selalu repeat order," jelasnya.
Nah jadi itu sobat, hasil ulasan Karja untuk kamu yang mau jadi “photopreneur”. Semoga menginspirasi ya!
ADVERTISEMENT
#terusberkarja
Content Writer : Vania Anjani
Editor : Charles