Ruangku Co-Working Space: Connect, Create, Collaborate

Konten Media Partner
16 November 2019 19:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ruangku menjadi pelopor pertama co-working space di Samarinda. | Photo by Karja/Nadya
zoom-in-whitePerbesar
Ruangku menjadi pelopor pertama co-working space di Samarinda. | Photo by Karja/Nadya
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, kebutuhan akan tempat kerja yang bisa menawarkan suasanya nyaman, kondusif, efisien serta terjangkau menjadi sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Mulai dari mahasiswa, freelancer, sampai pekerja membutuhkan suatu ruang di mana mereka tidak hanya bisa bekerja dengan fokus namun tetap bisa berinteraksi dengan sesama dan menciptakan suatu inovasi baru.
Co-working space hadir untuk menjawab keresahan-keresahan tersebut. Tidak hanya menjadi wadah bagi bekerja, namun co-working space juga bisa digunakan sebagai ruang untuk bertemu, berdiskusi, berkolaborasi, hingga menciptakan suatu terobosan baru di bidang apapun.
Jumlah perkembangan co-working space bisa dibilang cukup pesat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Kebutuhan akan tempat kerja yang terjangkau dan fleksibel pun juga semakin tinggi.
Dari kota Tepian alias Samarinda, ada satu pelopor co-working space yang berdiri sejak Juli 2017 lalu, yaitu Ruangku co-working space. Pada Selasa (12/11) siang Karja berkesempatan mengobrol tentang perjalanan, konsep, dan nilai yang diusung Ruangku bersama Farid Nurrahman selaku CEO dari Ruangku.
ADVERTISEMENT
Filosofi dibalik pemilihan nama Ruangku? “Sebenarnya every people needs a space. Semua orang butuh ruang. Lebih untuk mengekspresikan aja bahwa pengguna bisa dapat ruang di sini untuk melakukan hal-hal produktif.” tutur Farid. | Photo by Ruangku Co-working Space on Facebook
Pada masa kuliahnya di London, Farid menemukan banyak co-working space di kota tersebut. Proses pembelajaran tidak hanya dilakukan di kampus, namun bersama dengan teman-teman dari negara Eropa lainnya, mereka sering berdiskusi bersama di co-working space.
“Idea besarnya tumbuh, dan sekitar Agustus tahun 2016 udah mulai riset. Cocok nggak sih bikin co-working space di Samarinda? Karena setelah kami riset, co-working space itu ada di kota-kota yang berada di atas 1 juta penduduk. Posisinya waktu itu Samarinda masih sekitar 800 ribu penduduk.” ujar Farid.
Proses riset yang dilakukan pun cukup panjang dan memakan waktu yang cukup lama, yaitu enam bulan. Dari riset tersebut, dapat dilihat bahwa orang Samarinda cenderung lebih suka bekerja di kafe. Hal tersebut disebabkan dua faktor: kenyamanan dan ingin dilihat. “Ada keunikan tersendiri yang kami temukan di Samarinda, di mana orang-orang itu ketika bekerja ingin dilihat (oleh orang lain). Makanya suka di kafe.” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Farid menambahkan, “Negatifnya kalau di kafe itu terpaku sama menu, sehingga harus order terus-menerus. Lalu juga tidak ada spesifik meeting room, waktu kerjanya juga bisa terganggu karena too crowded dan lain-lain.”
Ruangku menggunakan Key Performance Indicator (KPI) dalam mengukur kinerja bisnis dan tim Ruangku terus berusaha agar KPI dapat meningkat. Strategi yang digunakan pun dilakukan berdasarkan KPI. | Photo by Karja/Nadya
Pada awal merintis Ruangku, Farid mengaku cukup struggling untuk mengenalkan bisnis co-working. Saat itu masyarakat Samarinda masih sangat asing dengan istilah co-working space. Banyak yang belum mengetahui apa itu co-working space, fungsi serta kegunaannya.
Untuk mensiasatinya, selama satu tahun berjalan, Ruangku rutin mengadakan event hingga 3-4 kali dalam satu bulan. Memasuki tahun kedua, event tersebut sudah diadakan sendiri oleh orang-orang yang datang ke Ruangku.
Sering mengadakan event pada akhirnya menunjukkan sebuah fakta bahwa event berbayar ternyata lebih digemari dibanding event tidak berbayar. Meskipun begitu terkadang Ruangku juga mengadakan event yang bisa dihadiri secara gratis.
ADVERTISEMENT
“Kami juga menggaet komunitas-komunitas yang ada di Samarinda, kami gaet mereka untuk jadi pengajar di sini, kami carikan peserta. Setelah itu kami sharing keuntungan, sewakan meeting room dan ruangan buat kerja.” tambahnya.
Interior yang ada di Ruangku pun disesuaikan pula dengan pengguna yang datang. Pengguna co-working space di Samarinda ternyata lebih menyukai tempat kerja dengan suasana yang fokus dan serius. Di awal, Ruangku pernah menyediakan televisi dan beberapa permainan untuk digunakan untuk refreshing di kala penat bekerja. Namun, fasilitas tersebut ternyata jarang digunakan.
Ada tiga nilai penting yang diusung oleh Ruangku, yaitu connect, collaborate, dan create. | Photo by Karja/Nadya
Tidak hanya sebagai co-working space, namun Ruangku juga bertujuan untuk mempertemukan dan mengkoneksikan dari yang tidak saling kenal menjadi kenal, dari yang berbeda latar pekerjaan juga bisa menjadi tahu dan saling berinteraksi.
ADVERTISEMENT
“Kadang yang datang ke sini itu ada freelancer designer, satunya freelancer arsitektur, mereka malah jadi kerja bareng. Nah itu yang dimaksud dengan connect.” beber Farid.
Setelah connect, muncul suatu kolaborasi yang akan mengarah pada proses membuat sesuatu atau create. “Itulah prinsip Ruangku. Bagaimana kita menciptakan ruang yang bisa mengkoneksikan, mengkolaborasikan, dan pada akhirnya bisa create something. Entah menopang bisnis mereka, maupun yang menopang co-working itu sendiri.”
Farid menjelaskan bahwa konsep co-working adalah menyesuaikan users atau pengguna. Untuk Samarinda didominasi oleh freelancers sebagai pengguna co-working space. Ruangku ingin menghadirkan suasanya yang nyaman serta fokus saat bekerja.
“Biasanya kalau di kafe ada orang yang ngobrol dan lain-lain, kalau di sini memang benar-benar orang yang fokus buat kerja, sehingga mereka juga respect dan helping each other karena mereka saling tahu lagi saling kerja,” tutur Farid. Tidak hanya itu, manajemen Ruangku juga selalu siap siaga untuk membantu para pengguna ketika mengalami kesulitan.
ADVERTISEMENT
“Kalau mau bawa makan dari luar silahkan, mau masak juga ada pantry di atas, silahkan dipakai selama memang nyewa ruang di sini. Prinsipnya nyewa ini kan kita pukul ramai-ramai, mulai dari biaya listrik, biaya internet dan sebagainya. Sehingga yang tadinya biaya kantor itu mahal menjadi murah walaupun di salam satu kantor nggak saling kenal. Namun karena ada prinsip kebersamaan akhirnya jadi saling respect satu sama lain. Itu sih, yang bikin kerja di Ruangku makin produktif.” ujar Farid.
Salah satu event yang baru saja diselenggarakan oleh Ruangku yaitu Pulang Perang. Sebuah event stand up comedy dan talk show yang membahas soal politik dengan menghadirkan Faldo Maldini, Pandji Pragiwaksono, dan Rian Ernest. | Photo by @ruangku_co-workingspace on Instgaram
Jika diperhatikan, banyak ruko-ruko kosong di Samarinda. Terjadi suatu fenomena di mana harga tidak turun ketika pasar lebih banyak dibandingkan permintaan. Padahal, apabila pasar lebih besar dibanding permintaan maka harga akan turun. “Mengapa harga tidak mau turun? Karena ada harga dasar yang harus dipenuhi, karena bikin ruko itu tidak murah dan sebagainya.” tutur Farid.
ADVERTISEMENT
Farid mengajak untuk membayangkan apabila ruko-ruko yang kosong tersebut dapat dijadikan co-working space sesuai kebutuhan masyarakat. Biaya bisa dipikul bersama-sama, dan artinya ruang-ruang kosong yang tidak terpakai tadi bisa menjadi produktif. Contohnya seperti Ruangku.
Dengan memiliki tiga lantai, semua lantai memiliki fungsinya masing-masing. “Sebenarnya bisnis besarnya co-working space itu properti, hanya dibalut dalam sewa kantor. Sama seperti kos-kosan. Nyewa kos-kosan untuk istirahat, kalau co-working space untuk bekerja, dan nggak mahal. Contohnya di sini per-orang hanya 300 ribu selama sebulan, itu kan murah sekali.”
Time for break; kamu bisa menyegarkan pikiranmu sejenak dengan fasilitas yang tersedia. | Photo by Karja/Nadya
Selain untuk bekerja dan mengerjakan tugas, Ruangku juga bisa dipakai sebagai tempat untuk membuat content. Di tahun pertama Ruangku beroperasi bahkan pernah disewa oleh komunitas Youtubers Samarinda selama enam bulan, lho! “Karena kami menyediakan fasilitas yang lengkap, termasuk juga studio yang besar. Jadi kalau mau buat content enak lah di sini.” pungkas Farid.
ADVERTISEMENT
Ruangku adalah salah satu pelopor dan bagian dari komunitas co-working di Indonesia, yakni Co-Workingid dan bisa dibilang sebagai survival di Kalimantan. | Photo by Karja/Nadya
Farid mengakui menjadi single fighter dalam bisnis ini cukup melelahkan. Padahal, apabila co-working space semakin banyak maka akan semakin banyak pula yang mengetahui apa arti dari co-working space itu sendiri.
Maka Ia pun secara terbuka dan senang jika ada pesaing lainnya di Samarinda. “Kami sangat senang kalau ada saingan, bahkan kami juga menawarkan bantuan dalam manajemennya jika ingin membuka co-working space. Kami senang kalau ada temannya.”
Kedepannya, Farid ingin Ruangku bisa menjadi platform tempat kerja di seluruh Samarinda. Ruangku ingin menjadikan properti-properti yang kosong di Samarinda bisa menjadi Ruangku co-working space dan menjadi manajemen besarnya dengan mengelola properti kosong tersebut. Dengan begitu, masyarakat akan mudah mencari tempat kerja dengan harga yang terjangkau.
ADVERTISEMENT
“Kami baru masuk tahun kedua, jadi kami start pelan-pelan. Sementara ini gimana caranya semua modalnya balik dulu, Alhamdulillah sebentar lagi. Setelah itu kita mikirin develop-nya gimana,” tutup Farid.
#terusberkarya