Sekoci : Sepeda, Kopi, Cinta, Menebar Kisah sambil Berjualan Kopi

Konten Media Partner
5 November 2019 14:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Unik dan khas, itulah dua kata yang menggambarkan bisnis kopi keliling yang dijalani oleh Enot, owner Sekoci. | Photo by Karja/Nadya
zoom-in-whitePerbesar
Unik dan khas, itulah dua kata yang menggambarkan bisnis kopi keliling yang dijalani oleh Enot, owner Sekoci. | Photo by Karja/Nadya
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang kopi memang tidak ada habisnya. Kali ini, kisah tentang kopi datang dari kota Samarinda. Namun, tidak seperti yang lain, cara menjual satu kopi ini terbilang unik dan beda dari yang lain.
Sekoci namanya. Enot, sang pemilik, memiliki konsep berjualan kopi keliling menggunakan gerobak sambil mengayuh sepeda. Dengan markas utama di Jalan Pemuda 1, Ia akan berkeliling mulai pukul empat sore di sekitar Jalan Pemuda sampai akhirnya berhenti di Jalan Remaja dan nongkrong di pinggiran jalan tersebut sampai pukul tujuh malam.
“Untuk tempat berhenti, dicari yang benar-benar cocok untuk nongkrong, yang ada trotoarnya dan nggak mengganggu lalu lintas di jalan.” jelas Enot. Jadwal keliling Enot ialah dari hari Senin sampai Jumat, di mana Ia akan berkeliling sesuai rute, namun di hari Sabtu, Ia hanya berjualan di markas utama.
ADVERTISEMENT
Usaha berjualan kopi keliling ini mulai dirintis oleh Enot sejak tahun 2016. Dengan modal awal sekitar delapan juta, kini Ia mampu menjual paling sedikit 30 gelas dalam sehari. | Photo by Karja/Nadya
Berawal dari kecintaannya terhadap kopi, Enot akhirnya memutuskan untuk terjun berbisnis di bidang tersebut. “Jualan kopi ya karena emang suka kopi. Terus mutar otak, dengan budget yang minim kira-kira bisa usaha apa. Ya udah, akhirnya jualan kopi dengan konsep begini.”
Enot menuturkan bahwa konsep berjualan kopi menggunakan gerobak sebenarnya cukup sederhana. “Jadi mikirnya waktu itu, gimana caranya buat jualan tapi nggak perlu nyewa tempat. Awalnya mikirin konsep seperti ini berdua sama teman, tapi akhirnya aku nerusin usaha ini sendiri.“ kata Enot.
Selain itu, Enot juga menambahkan bahwa bisnis kopi di Samarinda kini sudah sangat pesat pertumbuhannya. “Dengan konsep yang begini sebenarnya lebih nguntung, karena ya biayanya tidak terlalu besar karena nggak perlu nyewa tempat. Tergantung kitanya aja rajin dan semangat jualan kopi, dan jangan lupa juga sambil memberikan informasi mengenai kopi ke pelanggan.” tambahnya.
ADVERTISEMENT
“Sekoci itu kepanjangannya sepeda, kopi, cinta. Filosofinya sederhana. Apa yang aku kerjain itu tulus dan cinta dari hati. Kalau kita nggak cinta sama apa yang kita kerjakan ya percuma juga,” ucap Enot perihal ditanya makna dibalik pemilihan nama Sekoci. | Photo by @sekoci_sepedakopi on Instagram
Selama berjualan kopi dengan konsep gerobak dan keliling, Enot menceritakan banyak suka-duka yang sudah dialami. “Sukanya dari jualan kopi, bisa jadi modal untuk nikah. Selain itu yang bikin seru juga jadi punya banyak teman.”
Enot juga mengisahkan tentang pengalaman yang kurang mengenakkan yang sampai sekarang masih Ia kenang. “Waktu itu dari sore sampai jam sembilan malam, lagi sepi banget. Nggak ada yang beli. Ya udah, aku duduk aja sambil bengong. Tapi tiba-tiba, dari ujung jalan ngelihat ada lampu kendaraan banyak gitu. Ternyata klub motor, mampir buat ngopi. Posisinya waktu itu masih pakai alat giling yang lama, dan pesanannya beda-beda. Akhirnya mereka pada nanya, ‘Mas, kok kopiku belum jadi?’ Akhirnya, mungkin karena ngerasa lama, mereka pada pergi. Cuma kejual dua gelas dari sekitar 18 orang yang datang,” kenang Enot.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut lantas tidak membuat Enot menyerah. “Nggak apa-apa. Sudah biasa, namanya juga jualan. Alhamdulillah sekarang sih, udah punya alat giling yang lebih cepat.”
Saat bencana banjir melanda Samarinda bulan Juni kemarin, Enot membagikan kopi secara gratis, lho! Respect! | Photo by @sekoci_sepedakopi on Instagram
Tidak bisa dipungkiri, cuaca pun menjadi salah satu kendala utama bagi Enot ketika berdagang. Apabila turun hujan, maka pelanggan pun terpaksa harus bubar.
“Ya itu, misbar: gerimis bubar. Padahal udah semangat nih, mau jualan. Kadang udah dorong, udah nyampe di tempat tongkrongan biasa, udah prepape juga. Eh, tau-tau mendung, terus hujan. Jadi balik lagi ke basecamp.”
"Biar penikmatnya nambah. Jangan kedainya aja yang nambah terus.” tutur Enot terkait pendapatnya mengenai berjualan sambil mengedukasi pelanggan tentang kopi. | Photo by Karja/Nadya
Enot menyediakan kopi jenis robusta dan arabica untuk dijual. Dalam kurun waktu dua hari, jenis arabica dapat terjual sebanyak satu kilogram. Namun, untuk jenis robusta, dapat terjual tiga kilogram dalam kurun waktu satu minggu.
ADVERTISEMENT
Ada signature coffee dari Sekoci yang patut kalian coba, nih! Namanya Ferguso, campuran dari espresso, soda, perasan jeruk nipis, serta sirup cocopandan. “Itu kopi, tapi ada rasa sodanya. Segar gitu sensasinya. Setiap aku bikin menu Ferguso itu, pasti langsung habis. Sampai pelanggan pada bilang, ‘itu menu Ferguso dijual sesuai mood pakleknya aja.” tutur Enot sambil tertawa.
Saat ditanya apa yang membuat kopi dari Sekoci berbeda dengan suguhan kopi-kopi lainnya, Enot menjawab sambil bercanda, “Minuman sama seduhan sih, relatif ya. Selera. Aku kira yang bikin betah karena banyak nyamuknya kali ya kalo nongkrong begini.”
Kemudian Enot menuturkan bahwa Ia juga berjualan sambil mengedukasi pelanggannya tentang kopi. Tak jarang, Ia juga mempersilahkan pelanggan untuk meracik kopinya sendiri.
ADVERTISEMENT
“Kalau aku pribadi, ada pelanggan datang, aku ajak ngobrol. Cerita-cerita, atau ngobrolin dan saling sharing tentang kopi. Bahasanya, semua udah kayak saudara. Dia pengen ngopi, masa duduk aja, diem bengong begitu. Ya diajak ngobrol biar asyik aja.”
Sekedar informasi, semua menu di Sekoci dihargai sama rata, yaitu Rp 10.000 per gelas. | Photo by Karja/Nadya
Sudah tidak terhitung lagi, ada berapa banyak coffee shop di Samarinda dengan berbagai jenis kopi yang ditawarkan. Lalu, apakah hal tersebut lantas menjadi kekhawatiran bagi Enot?
“Kalau dibilang saingan ya memang saingan. Tapi ya tergantung customer. Terus juga balik lagi keseduhan masing-masing. Semua seduhan itu beda tangan beda rasa. Jadi kita punya karakter sendiri dalam setiap seduhannya, terutama seduhan dalam kopi Arabica," katanya.
Enot menuturkan bahwa Ia akan tetap mempertahankan konsepnya yang sederhana dan murah. “Intinya ngopi itu nggak harus mahal. Yang penting asyik dan nongkrong aja sambil ngopi," ujar Enot.
ADVERTISEMENT
Sebelum menutup obrolan seru di malam itu, Karja menanyakan apa makna kopi bagi seorang Enot. “Kopi itu berkah sebenarnya. Jadi patut dibagi-bagi.” tutup Enot.
#terusberkarya