Student Life Billy Chailani, Penerima Beasiswa LPDP di New York

Konten Media Partner
2 Desember 2019 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
"Sejujurnya, New York itu mirip Jakarta, cuma lebih intens saja." tutur Billy Chailani, peraih beasiswa LPDP yang sedang melanjutkan studi magister di New York University | Photo by Billy Chailanni (Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
"Sejujurnya, New York itu mirip Jakarta, cuma lebih intens saja." tutur Billy Chailani, peraih beasiswa LPDP yang sedang melanjutkan studi magister di New York University | Photo by Billy Chailanni (Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Bagaimana sih, rasanya tinggal di luar negeri?
Bagi sebagian orang, melanjutkan studi ke luar negeri ataupun sekedar berjalan-jalan menikmati negara lain menjadi salah satu impian yang pasti ingin diwujudkan. Selama ini kita terbuai dan terpesona dengan keindahan negara-negara lain yang dikemas secara apik dan tentunya cinematic melalui film-film di bioskop.
ADVERTISEMENT
Namun, benarkah kehidupan di luar negeri seindah film-film rom-com yang kita tonton di akhir pekan?
Di sharing session kali ini, Karja berkesempatan membahas kehidupan di New York bersama Billy Chailani, penerima beasiswa LPDP di Universitas New York jurusan Public Relations and Corporate Communication.
Sudah setahun lebih Billy menjalani kehidupannya di kota New York, yaitu kota yang katanya tidak pernah tidur. Kota yang digambarkan begitu indah dan sangat sibuk, baik di film-film maupun novel. Lantas, bagaimana kota New York menurut Billy sendiri?
Billy menjelaskan bahwa saat ini Ia berkuliah mulai dari hari Senin sampai Kamis, mulai pukul 18.20 – 20:50. Selama satu semester, Ia hanya mengambil empat mata kuliah. | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
“We have been exposed to the pretty parts of New York in entertaiment.”
Permasalahan yang sering dialami bagi orang yang baru pindah negara, yakni culture shock, rupanya tidak dialami oleh Billy. Transisi dari tempat Ia tinggal sebelumnya, yakni Jakarta, menurutnya tidak begitu jauh dan besar begitu pindah ke New York.
ADVERTISEMENT
“Sejujurnya, New York itu mirip Jakarta, cuma lebih intens saja. It’s a melting pot of people from all over the world, with their own dreams, ambitions, and stories to tell.” ungkap Billy.
Selain fokus kuliah, Ia juga banyak membangun networking dengan orang-orang yang bekerja di industri public relation di New York.
“Hasil dari modal nekat ngajak ngopi via Linkedin, atau abis ketemu di event public relations society Amerika, dan kebetulan i’m a registered member.” tuturnya.
Hal baru yang Ia temukan selama berada di New York adalah kewajiban untuk berbahasa Inggris setiap harinya. Selain itu, menurutnya makanan di New York juga ‘kurang nendang’ bumbunya dibandingkan dengan di Indonesia. “Literally every service cost a lot.” beber Billy.
Toleransi: sikap yang Billy pelajari selama berada di New York | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
Berbicara mengenai perkuliahan di New York University, Billy mengaku tidak ada perbedaan mencolok di antara mahasiswa-mahasiswa yang ada di universitas tersebut. Tidak ada perbedaan dalam gaya belajar, karena menurutnya semua sudah tersaring oleh institusi. “Gue rasa a lot of people think and act alike.” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Billy menuturkan bahwa sistem pendidikan di New York University sangat partisipatif, di mana mahasiswa aktif dan berperan sebagai pemeran utama di dalam kegiatan pembelajaran.
Diakuinya juga ada banyak referensi yang harus dibaca dan dipelajari sebelum kegiatan perkuliahan dimulai. Kalau tidak, siap-siap saja mati kutu saat diskusi diadakan di kelas.
“Puji Tuhan, nggak ada kendala ya. Nilai juga so far baik-baik aja, dan IP (Indeks Prestasi) surprisingly bagus.”
Billy mengungkapkan bahwa terakhir kali ia berada di Samarinda adalah Juni 2018 lalu. One thing for sure that he miss the most is his family. Namun, kalau sudah tidak berada di New York, kira-kira hal apa yang akan dirindukan Billy dari kota tersebut?
ADVERTISEMENT
“Transportasi umum 24 jam, dan keluyuran jam berapa aja relatively safe.” ungkap Billy.
Jakarta dan New York diakui Billy telah banyak mengubah perspektifnya dalam memandang suatu hal | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
Sebelum melanjutkan studi magister di New York dengan beasiswa LPDP, Billy sempat bekerja sebagai Client Experience Manager di Weber Shandwick Indonesia, yakni salah satu perusahaan public relations dan komunikasi terkemuka di dunia.
Hal yang seru selama Ia bekerja di posisi tersebut adalah dapat bekerja dengan beragam klien yang berbeda-beda, dan dengan permintaan yang berbeda-beda pula. Salah satu pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika salah satu kliennya dinominasikan dalam sebuah award regional.
Pekerjaan yang Ia tekuni itu pun berhubungan erat dengan jurusan yang diambil saat kuliah S1 di Universitas Multimedia Nusantara, yakni jurusan Public Relations. Pada awalnya, Billy malah sempat diterima di jurusan computer science. “But I hate math.” kenang Billy. “Banyak yang bilang gue lebih cocok di bidang yang involve public speaking dan critical thinking.”
ADVERTISEMENT
Diakui Billy salah satu yang harus diperhatikan bagi job seeker di luar sana adalah memaksimalkan Linkedin. Hal tersebut dirasa sangat penting baginya. “It’s the first contact with recruiter dan kalau profile-nya seadanya saja, gimana caranya menjual diri?”
Tidak hanya ‘nampang’ di Linkedin, Billy juga menyarankan untuk mengkoneksikan diri dengan orang-orang yang ada di industri yang kita tuju. “Ajakin ngobrol, ajakin ketemuan kalau perlu. You will be surprised on how many people who are willing to share stories, or even offer jobs.” ungkapnya.
Mindset jangan merasa sudah menjadi yang paling pintar menjadi salah satu saran yang disampaikan Billy bagi generasi muda di luar sana yang sedang ingin meniti karir. “Jangan take fasilitas yang kita punya sekarang for granted. There’s a whole world out there yang perlu kita pelajari, dan banyak-banyak mendengar.” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Billy saat berada di Grand Army Plaza, New York | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
Mundur ke beberapa minggu yang lalu, tepatnya pada 21 November 2019, saat media sosial ramai oleh pemberitaan mengenai pengangkatan Staff Khusus Presiden yang berasal dari kalangan milenial. Hal tersebut menimbulkan beragam komentar dari warga Indonesia, baik pro maupun kontra.
Salah satu yang menjadi highlight ialah terkait masalah privilege atau hak istimewa/khusus yang dimiliki oleh beberapa anggota staffkhusus tersebut. Bahkan sutradara Filosofi Kopi, Angga Sasongko hingga penulis terkenal Eka Kurniawan pun sempat saling berbalas pesan di media sosial mengenai pemikiran mereka perihal privilege tersebut.
Lantas, bagaimana pendapat Billy akan hal tersebut?
“Actually, I’m also priviliged in the first place; bisa belajar di luar, bisa experience yang orang lain mungkin nggak bisa experience.” ucap Billy.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut ia menambahkan, “The thing about privilege is one way or another kita pasti punya something yang orang lain nggak punya. The important thing adalah acknowledge the privilige, dan use it for greater good, bukan buat self gain.” pungkas Billy.
Ia memberikan contoh Putri Tanjung, salah satu staf khusus Presiden yang kemarin cukup menjadi perbincangan hangat oleh netizen. Seperti yang diketahui, Putri Tanjung merupakan anak dari Chairul Tanjung, yakni pengusaha sukses di Indonesia.
Terlepas dari itu, tentu kita tidak bisa menutup mata akan segudang prestasi yang ditorehkan oleh Putri. Ia sendiri aktif berkegiatan dan mencetuskan berbagai ide-ide segar dalam bidang sociopreneur.
Sebut saja Creativepreneur Event Creator, sebuah perusahaan event organizer yang Ia dirikan pada tahun 2014, atau menjadi CEO dari Kreavi, sebuah platform yang mewadahi puluhan ribu pekerja kreatif.
ADVERTISEMENT
Menurut Billy, Putri Tanjung tentu tidak bisa memilih di keluarga mana ia akan lahir. “But for her to be involved, it’s her own choice. I can’t speak on behalf of them, tapi intinya sih whatever privilige you have, own it and use it for a greater good.” pungkas Billy menutup sharing session kali ini.
#terusberkarya