Konten dari Pengguna

Nonsuicidal Self-Injury: Mencari Kedamaian dalam Rasa Sakit

Kasih Setyarini
Mahasiswi Semester 1 Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Desember 2021 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kasih Setyarini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber gambar : unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber gambar : unsplash.com
ADVERTISEMENT
Apakah kamu pernah melihat seseorang yang memiliki luka sayat di pergelangan tangannya? Memar di pelipisnya? Atau luka-luka kecil yang terkesan tidak normal?
ADVERTISEMENT
Disengaja atau tidak kamu pasti pernah melihat luka sayatan di pergelangan tangan seseorang. Kira-kira apa yang kamu pikirkan pertama kali? Takut? Atau justru heran?
Kegiatan mencubit, memukul atau menyayat bagian tubuh, terdengar agak ekstrim dan aneh, bukan? Siapa yang mau luka dan rasa sakit? Padahal secara logika, rasa sakit itu tidak nyaman. Contohnya ketika kamu jatuh dari sepeda, rasa sakit yang ditimbulkan pasti akan mengganggu sehingga membuatmu tidak menginginkannya lagi.
Namun apakah hal itu berlaku untuk semua orang? Apakah ada orang yang dengan mampu melukai dirinya sendiri? Yuk, simak penjelasannya!
Nonsuicidal Self-Injury atau yang biasa disingkat sebagai NSSI adalah kegiatan orang yang melukai dirinya sendiri dengan sengaja. Biasanya mereka melakukan dengan cara mencubit, membakar, menyayat, atau bahkan menusuk dirinya sendiri. Tapi apa tujuannya? Bukankah hanya akan menghasilkan rasa sakit?
ADVERTISEMENT
Iya, memang tujuan dari perilaku ini adalah untuk menimbulkan rasa sakit dan luka. Tapi jangan salah, dalam kasus ini tidak disertai dengan niat bunuh diri. Maka dari itu disebut sebagai Nonsuicidal Self-Injury (NSSI).
Walaupun perilaku NSSI terdengar tidak terlalu serius jika dibandingkan dengan percobaan bunuh diri, tetapi data menunjukkan 70% percobaan bunuh diri dilakukan oleh orang yang pernah melukai diri, lho! Jadi NSSI bisa dikatakan sebagai awal mula orang untuk melakukan percobaan bunuh diri. Selain itu, Mayoritas orang dengan perilaku NSSI juga terjadi pada kalangan remaja, hal ini diperkuat oleh Swannell (2014) bahwa ada sekitar 17,2% remaja, 13.4% dewasa muda, dan 5,5% orang dewasa memiliki setidaknya pernah melakukan NSSI dalam hidupnya. Jadi buat kamu yang masih remaja, terus baca artikelnya sampai habis, ya!
ADVERTISEMENT
Sebab seseorang melukai diri
Penyebab seseorang melakukan NSSI sampai saat ini masih belum terlalu jelas karena masih banyak dari mereka yang tidak mau berkonsultasi tentang masalah ini. Alasannya mudah, biasanya mereka takut dinilai negatif karena stigma dari masyarakat yang masih belum paham akan hal ini.
Nah, kira-kira apa saja hal yang membuat seseorang melakukan NSSI?
Ketika kamu merasa tidak menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi, Bagaimana perasaanmu? Bingung, putus asa, atau sedih? Setiap orang pasti memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah. Ada yang positif dan ada juga yang negatif. Orang dengan perilaku NSSI cenderung memilih untuk melukai dirinya sendiri ketika berada di bawah tekanan. Hal ini ditujukan untuk mencari alternatif dalam mengekspresikan emosinya. Mereka menyalurkan emosi yang dimiliki melalui rasa sakit secara fisik. Menurut Baetens dkk. (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa remaja yang melukai diri sendiri memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam menanggapi pengalaman yang negatif dan memiliki tingkat toleransi stress yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Perilaku NSSI dapat diawali dengan meniru orang lain. Sebagai contoh, yang awalnya hanya ikut-ikutan teman atau melihat konten media sosial. Namun saat tertimpa masalah, pikiran untuk menyakiti diri muncul dan hal itu dapat menjadi kebiasaan jika tetap dibiarkan. Hal ini menandakan kegiatan meniru atau pun iseng dapat menyebabkan perilaku NSSI yang berkelanjutan. Menurut penelitian Steinberg, Anderson dan Huebner dalam Batubara (2016) dibuktikan bahwa remaja cenderung mengambil informasi dari media tanpa melalui proses penyaringan, serta mengikuti tingkah laku teman sebaya yang seharusnya tidak dilakukan. Maka dari itu, kita harus lebih awas lagi dengan keadaan sekitar kita, pastikan kita mempunyai kepribadian yang teguh dan tidak mudah terbawa arus.
ADVERTISEMENT
Melukai diri sendiri ternyata tidak hanya datang dari dorongan sendiri, lho! Lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap perilaku kita. Salah satu faktor pengaruh yang paling besar adalah dari teman sebaya. Konflik antar teman sebaya yang terjadi seperti bullying atau tindak kekerasan lainnya dapat berpengaruh pada perilaku korban. Korban akan merasa tidak berguna, rendah diri, serta mengalami trauma sehingga pandangan terhadap teman sebaya menjadi negatif. Korban menjadi sulit mempercayai orang lain dan memilih untuk melukai diri saat ada masalah.
Tidak cukup sampai situ, orang tua juga merupakan faktor eksternal yang cukup berpengaruh. Menurut Victor, dkk. (2019) perilaku parenting yang buruk seperti menghukum anaknya dengan kekerasan, kurang peduli, tidak mengawasi, dan tidak memiliki hubungan yang bagus juga bisa menjadi faktor seseorang melakukan NSSI. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat teraman bagi kita justru malah menjadi cikal bakal munculnya perilaku yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
Selain faktor penyebab yang telah disebutkan diatas, sebenarnya masih banyak lagi faktor yang dapat memunculkan perilaku NSSI, seperti kondisi kesehatan mental seseorang, status sosial dan ekonomi, pengalaman kekerasan, komunikasi yang buruk, penggunaan narkoba, hingga gaya hidup yang tidak sehat.
Sebenarnya apa yang mereka rasakan sampai mampu melukai dirinya sendiri?
Bagi kalian yang tidak pernah menyakiti diri sendiri pasti rasanya tidak tega untuk melukai diri sendiri, kan? Tetapi bagaimana dengan orang yang mampu menyakiti dirinya sendiri?
Ketika emosi seseorang sedang dipenuhi oleh perasaan sedih dan marah, dia pasti akan mencari jalan keluar. Jalan keluar yang dipilih olehnya adalah melukai diri. Setelah berhasil melukai tubuhnya, timbul perasaan lega dan tenang. Seseorang mampu melakukannya lebih dari sekali karena tidak menemukan alternatif lain untuk menggantikan perilaku tersebut.
ADVERTISEMENT
Apa "hadiah" yang didapat?
Hal yang didapat dari perilaku NSSI adalah hilangnya rasa stress dan muncul perasaan lega. Sedangkan dampak negatifnya adalah muncul bekas luka pada tubuh dan ketergantungan. Perlu diingat bahwa perasaan lega yang terjadi setelah seseorang melukai dirinya itu hanya bersifat sementara. Jadi akan lebih baik jika diupayakan untuk berhenti sedini mungkin atau tidak mencobanya sama sekali.
Bagaimana? Apakah kamu sekarang sudah paham dengan Nonsuicidal Self-Injury? Terdengar cukup menarik untuk dipelajari dan digali lebih dalam lagi, bukan? Setelah membaca artikel ini, jika kamu bertemu dengan seseorang yang bersedia mengungkapkan bahwa dia melukai dirinya sendiri, maka kamu jadi lebih paham tentang dirinya. Dengan begitu, kamu sudah menjadi "penyelamat" baginya. Yuk, bantu orang-orang di sekitar kita!
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Zalyaleolita, Y. H., Ria M. T. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Nonsuicidal self-injury (NSSI) pada remaja putri. Vol.4, No.2, 85-90. https://doi.org/10.24198/jpsp.v4i2
Olphi, D. A., Winariani, W. D. (2021). NSSI (Nonsuicidal self-injury) pada dewasa muda di Jakarta : Studi fenomenologi Interpretatif. 8(1), 123-147. https://doi.org/10.24854/jpu150
Swannell, S. V., Martin, G. E., Page, A., Hasking, P., & St John, N. J. (2014). Prevalence of nonsuicidal self-injury in nonclinical samples: Systematic review, meta-analysis and metaregression. Suicide and Life-Threatening Behavior, 44(3), 273–303. https://doi.org/10.1111/sltb.12070.
Favazza, A. R. (2012). Nonsuicidal self-injury: How categorization guides treatment. Current Psychiatry, 11(3). Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/267561838_Nonsuicidal_selfinjury_How_categorization_guides_treatment
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Washington DC: American Psychiatric Publishing.
ADVERTISEMENT