2 Cara Menyembuhkan Luka Caesar yang Berlubang

Konten Media Partner
11 Januari 2023 17:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi luka operasi caesar bisa terbuka apabila mengalami komplikasi selama masa penyembuhan. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi luka operasi caesar bisa terbuka apabila mengalami komplikasi selama masa penyembuhan. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Sama seperti jenis operasi lainnya, luka operasi caesar membutuhkan perawatan khusus dan waktu untuk bisa sembuh secara optimal. Sering kali, luka caesar dapat sembuh tanpa ada masalah tertentu. Namun, komplikasi tertentu bisa terjadi selama proses penyembuhan.
ADVERTISEMENT
Secara umum, operasi caesar adalah proses melahirkan bayi yang dilakukan dengan cara menyayat bagian perut hingga rahim ibu. Sayatan pada perut tersebut dapat meninggalkan bekas luka berupa jahitan.
Dalam kasus yang jarang terjadi, jahitan caesar di perut dapat terbuka kembali atau berlubang. Ada banyak faktor penyebab yang mendasari kondisi ini. Lebih jelasnya, simak ulasan lengkap berikut ini.

Cara Menyembuhkan Luka Caesar yang Berlubang

Penyembuhan untuk luka caesar yang terbuka didasari oleh penyebab dan lokasinya. Jika bekas jahitan kembali terbuka, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Mengutip jurnal Postcesarean Wound Infection: Prevalence, Impact, Prevention, and Management Challenges oleh Sivan Zuarez-Easton, dkk., adapun beberapa cara menyembuhkan luka caesar yang berlubang antara lain sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

1. Pembedahan

Ilustrasi dokter yang melakukan pembedahan untuk luka caesar yang terbuka. Foto: Pexels
Jika bagian jahitan caesar bagian luar yang terbuka, dokter akan memberikan anestesi lokal untuk membuat bagian tersebut mati rasa. Selanjutnya, dokter akan melakukan prosedur pembedahan dengan mengangkat kulit atau jaringan di sekitar area tersebut.
Setelah kulit atau jaringan diangkat, dokter akan menjahit kembali luka caesar. Jika ada infeksi di sekitar jahitan, dokter akan membersihkan area tersebut terlebih dahulu sebelum menutup luka caesar-nya kembali.
Sementara itu, jika luka caesar bagian dalam yang terbuka, kondisi ini harus diwaspadai. Pasien biasanya perlu menjalani operasi untuk menutup luka yang terjadi di dalam bagian jahitan caesar.
Dalam kasus yang sangat jarang, rahim mungkin perlu diangkat jika sudah sangat rusak atau terinfeksi. Operasi ini disebut histerektomi, yakni prosedur pembedahan untuk mengangkat rahim keluar dari tubuh.
ADVERTISEMENT

2. Pemberian Obat-obatan

Ilustrasi konsumsi obat antibiotik untuk mencegah infeksi akibat luka caesar. Foto: Pexels
Luka caesar yang berlubang kadang bisa mengalami infeksi. Dokter biasanya mengobati sebagian besar infeksi luka caesar dengan pemberian antibiotik. Jenis antibiotik tergantung pada jenis bakteri yang bertanggung jawab atas infeksi.
Jika infeksi menyebabkan munculnya cairan yang keluar dari luka caesar atau lukanya tidak menutup, dokter dapat merekomendasikan operasi kecil untuk menghilangkan abses dan cairan yang terinfeksi tersebut.
Berdasarkan jurnal Cesarean Section dan Sharon Sung dan Heba Mahdy, jika ditemukan jaringan mati pada luka caesar, dokter akan mengelupas dan mengikis lapisan jaringan mati tersebut hingga diperoleh jaringan yang sehat.
Setelah prosedur operasi, dokter akan memberikan antiseptik pada area luka dan menutupinya dengan kain kasa. Beberapa jenis kain kasa memiliki sifat antimikroba yang dapat mencegah infeksi datang kembali.
ADVERTISEMENT

Penyebab Jahitan Caesar Berlubang

Ilustrasi salah satu penyebab jahitan caesar berlubang adalah stres. Foto: Pexels
Seperti yang disebutkan, luka operasi caesar umumnya akan pulih tanpa masalah, tapi ada juga bekas operasi caesar yang mengalami komplikasi sehingga jahitannya terbuka kembali dan tampak berlubang.
Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Dirangkum dari Healthline, berikut adalah beberapa penyebab jahitan caesar berlubang yang bisa dipahami.

1. Ketegangan dan Stres

Terlalu banyak tekanan pada perut dapat menyebabkan jahitan operasi caesar kendur atau robek. Kondisi ini dapat terjadi ketika seorang ibu terlalu membebani perut dengan mengambil sesuatu yang berat. Misalnya, menggendong balita atau mengangkat tas belanjaan yang berat, menaiki banyak tangga, atau berolahraga terlalu keras.
Biasanya, dokter akan menyarankan ibu untuk tidak mengangkat barang yang berat selama masa pemulihan dari operasi caesar. Ibu juga harus mendapatkan banyak istirahat dan membiarkan orang lain melakukan pekerjaan yang sulit, seperti mengangkat barang.
ADVERTISEMENT

2. Proses Penyembuhan yang Buruk

Penyembuhan luka yang buruk dapat terjadi karena faktor genetika atau kondisi medis yang mendasarinya. Misalnya, diabetes atau obesitas dapat memengaruhi penyembuhan luka caesar.
Hal ini dapat menyebabkan penyembuhan yang tidak optimal atau jahitan terbuka kembali. Selain itu, tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen ke area tersebut juga dapat mengakibatkan penyembuhan luka yang buruk.

3. Nekrosis

Dalam beberapa kasus, sel-sel kulit di tepi jahitan operasi caesar bisa mati karena kekurangan oksigen dan nutrisi. Kondisi ini dikenal sebagai nekrosis, yakni kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan jaringan hidup.
Sel-sel yang mati tersebut tidak dapat tumbuh dan bergabung bersama untuk menyembuhkan luka, sehingga menyebabkan jahitan operasi caesar tidak menutup sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT

4. Infeksi

Infeksi pada jahitan caesar akan memperlambat atau menghentikan proses penyembuhan kulit. Infeksi dapat terjadi akibat bakteri atau jenis kuman lainnya.
Meskipun pasien mendapatkan antibiotik sebelum operasi, pasien biasanya tidak mendapatkan obat antibiotik setelah operasi caesar. Kondisi ini terkadang bisa menyebabkan tubuh tidak mampu mencegah infeksi.
Saat mengalami infeksi, tubuh akan sibuk melawan kuman, sehingga mungkin tidak dapat menyembuhkan area luka caesar secara optimal pada saat yang bersamaan. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan luka caesar terbuka kembali.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SFR)