4 Ciri-Ciri Darah Haid yang Tidak Normal yang Harus Diketahui
ADVERTISEMENT
Darah haid dapat menggambarkan kondisi kesehatan. Jika ciri-ciri darah haid yang tidak normal dimiliki oleh seorang wanita, hal ini bisa menjadi pertanda adanya penyakit atau gangguan yang sedang diderita.
ADVERTISEMENT
Darah haid adalah darah yang bercampur dengan jaringan dari dinding rahim yang luruh setelah ovulasi. Darah ini akan dikeluarkan saat periode menstruasi dimulai.
Darah haid akan mengalami perubahan, dari segi warna, jumlah, dan konsistensi selama siklus menstruasi. Hal tersebut menyebabkan seseorang sulit mengetahui ciri-ciri darah haid yang tidak normal.
Untuk mengenali tanda darah haid abnormal, simak ulasan mengenai ciri-ciri darah haid yang tidak normal di bawah ini.
Ciri-Ciri Darah Haid yang Tidak Normal
Mengutip dari jurnal Proteomic Analysis of Menstrual Blood oleh Heyi Yang, dkk, darah menstruasi adalah cairan tubuh yang kompleks dan terdiri dari darah, sekresi vagina, dan sel-sel endometrium dinding rahim. Cairan ini memiliki warna, konsistensi, dan jumlah yang berbeda-beda, tergantung pada kondisi rahim seseorang.
ADVERTISEMENT
Pada menstruasi abnormal, darah haid akan tampak berbeda dari biasanya. Adapun ciri-ciri darah yang tidak normal adalah sebagai berikut.
1. Memiliki Warna yang Abnormal
Warna haid yang normal pada umumnya adalah merah muda, merah terang, dan coklat tua. Pada kondisi tertentu, warna darah haid akan mengalami perubahan dan tampak berwarna:
ADVERTISEMENT
2. Menggumpal dalam Ukuran yang Besar
Darah haid mengandung potongan dan lapisan rahim yang tidak diperlukan. Hal ini membuat darah haid tampak menggumpal.
Namun, jika gumpalan darah haid menjadi lebih besar dari biasanya, kondisi tersebut bisa menjadi pertanda adanya gangguan pada organ intim wanita.
Gumpalan darah haid yang memiliki ukuran lebih dari 1 inchi mungkin merupakan gejala dari fibroid rahim, polip rahim, kanker, ketidakseimbangan hormon, endometriosis, keguguran dan kehamilan ektopik.
3. Keluar dalam Jumlah yang Banyak
Pendarahan hebat pada saat menstruasi merupakan salah satu ciri-ciri darah haid yang tidak normal. Kondisi ini merupakan gejala dari menorrhagia, yakni suatu kondisi ketika terjadinya pendarahan menstruasi yang luar biasa berat dan berlangsung lebih dari 7 haid.
Dalam ulasan Heavy Periods: Overview oleh Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG), menstruasi yang normal biasanya akan mengeluarkan 60 ml per satu kali periode. Namun, pada menstruasi abnormal, tubuh dapat mengeluarkan darah lebih banyak dari biasanya.
ADVERTISEMENT
Pendarahan pada menstruasi abnormal pada umumnya mengharuskan seseorang untuk mengganti tampon atau pembalutnya kurang dari 2 jam sekali.
4. Disertai dengan Gejala Menstruasi yang Parah
Jika darah haid yang keluar disertai dengan gejala menstruasi yang parah dan intens, kondisi ini bisa mengindikasikan menstruasi yang sedang berlangsung tergolong abnormal.
Wanita pada umumnya akan merasakan sejumlah gejala, seperti kram perut. Namun, pada kondisi yang tidak normal, seseorang bisa merasakan kram perut yang hebat, pendarahan, perubahan pada payudara, mual dan muntah, serta diare atau sembelit.
Cara Membedakan Darah Haid dan Darah Penyakit
Darah haid adalah darah yang keluar saat siklus menstruasi. Namun, pada beberapa kondisi, vagina bisa mengeluarkan di luar siklus menstruasi ataupun tidak disebabkan oleh kehamilan.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa gangguan kesehatan, di antaranya:
ADVERTISEMENT
Beberapa penyakit di atas dapat menyebabkan pendarahan pada vagina. Untuk membedakan darah haid dan darah penyakit, seseorang perlu memperhatikan tampilan fisik dari darah tersebut dan siklus menstruasinya.
Berikut beberapa perbedaan darah vagina dan darah penyakit:
ADVERTISEMENT
Darah haid yang normal biasanya berwarna merah, merah muda, coklat tua hingga hitam. Dalam kondisi tertentu, darah haid bisa tampak berbeda dari biasanya.
Jika terjadi pendarahan hebat, darah haid tampak berbeda, dan disertai dengan gejala yang parah, silakan periksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebab dan penanganan medis terkait kondisi yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SAI)