Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
5 Cara Menyembuhkan Masuk Angin dengan Cepat
11 Januari 2023 20:42 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jika tidak disembuhkan dengan tepat, gejala-gejala masuk angin dapat menyebar ke beberapa bagian tubuh, seperti pada bagian belakang tulang dada, bahu, lengan, leher, tenggorokan, rahang, dan lain sebagainya. Simak informasinya pada artikel ini.
Cara Menyembuhkan Masuk Angin
Masuk angin biasanya disebabkan oleh menurunnya daya tahan tubuh. Oleh karena itu, pengidapnya rentan terinfeksi virus maupun bakteri.
Selain karena infeksi virus hingga bakteri, masuk angin juga bisa disebabkan oleh produksi vitamin D di dalam tubuh menurun. Sebagai informasi, vitamin D adalah nutrisi yang berperan dalam daya tahan tubuh, selain vitamin C dan omega-3.
Lantas, bagaimana cara menyembuhkan masuk angin? Menyadur dari berbagai macam sumber, berikut informasinya.
1. Mengonsumsi cairan dengan cukup
Menurut Health Harvard Education, mengonsumsi cukup cairan dapat menjadi salah satu cara menyembuhkan masuk angin. Beberapa cairan yang dapat dikonsumsi, yaitu minum air putih, jus, sup berkaldu, atau air lemon hangat dengan madu untuk membantu mencegah dehidrasi.
ADVERTISEMENT
Pengidap masuk angin perlu menghindari konsumsi alkohol, kopi, dan soda yang dapat membuat dehidrasi tubuh semakin parah.
2. Jahe
Menyembuhkan masuk angin juga bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan bahan alami , salah satunya adalah jahe. Menyadur buku Eksplorasi Ilmiah Jahe Sebagai Obat Tradisional dari Sisi Agama, Kesehatan, dan Ekonomi karangan Dr. Apt. Asni Amin, M.Farm., jahe dikenal memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.
Antioksidan yang ada di dalam jahe mampu membantu menetralisir radikal bebas. Kandungan senyawa aktif jahe dari kelompok flavonoid dan polifenol diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi dan antioksidan yang tinggi.
3. Kerokan
Menurut laman Kementerian Kesehatan RI, kerokan adalah salah satu cara yang dipercaya menyembuhkan masuk angin. Kerokan yang dilakukan dengan tepat dapat mengurangi gejala yang dirasakan oleh pengidap masuk angin.
ADVERTISEMENT
Saat tubuh dikerok, sirkulasi pada jaringan lunak di area tubuh yang mengalami kerokan terangsang, sehingga aliran darah pada bagian tersebut menjadi lancar. Tidak hanya itu, kerokan dipercaya membantu mengobati peradangan dan memperbaiki metabolisme yang sering memicu munculnya masalah kesehatan tertentu.
Kendati demikian, kerokan perlu dilakukan dengan tepat agar tidak menimbulkan efek samping yang justru membahayakan tubuh. Efek samping tersebut mulai dari pembengkakan pada payudara, nyeri pada leher, sakit kepala, hingga sindrom perimenopause.
4. Kencur
Selain jahe, masuk angin juga bisa disembuhkan dengan mengonsumsi kencur. Sebagai informasi, kencur adalah kerabat jahe-jahean yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak banyak air.
Tanaman ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, seperti masuk angin, diare, batuk, sakit kepala, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi masuk angin, cukup hancurkan 1 rimpang kencur sebesar ibu jari dan campur dengan air serta garam secukupnya.
ADVERTISEMENT
5. Mengonsumsi makanan bergizi
Pengidap masuk angin juga disarankan mengonsumsi makanan bergizi. Makanan sehat tersebut dapat membantu sel darah putih dalam melawan bakteri atau virus yang menyerang tubuh.
Apa yang Dirasakan Tubuh saat Masuk Angin?
Masuk angin dapat menimbulkan berbagai macam gejala yang membuat tubuh menjadi tidak nyaman. Sebetulnya, sejumlah gejala masuk angin dianggap mirip dengan gejala flu, tapi penyebabnya tentu saja bisa beragam.
Meskipun gejalanya mirip dengan flu, ciri-ciri seseorang mengalami masuk angin cukup khas dan mudah untuk dikenali, sehingga pengobatannya pun bisa dilakukan dengan cepat. Berikut gejala masuk angin, seperti yang dikutip dari laman GSI Lab:
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(JA)