5 Manfaat Daun Tempuyung untuk Kesehatan dan Efek Sampingnya

Konten Media Partner
21 November 2022 10:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi air rebusan daun tempuyung. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi air rebusan daun tempuyung. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Tempuyung (Sonchus arvensis L.) adalah salah satu tanaman obat tradisional yang termasuk dalam famili asteraceae. Tanaman ini biasa tumbuh di tempat terbuka atau sedikit terlindung.
ADVERTISEMENT
Bagian tanaman tempuyung yang paling sering dimanfaatkan adalah daunnya. Daun tempuyung memiliki manfaat yang sangat beragam untuk kesehatan, terutama untuk mengobati asam urat dan masalah ginjal.
Daun tempuyung mengandung komponen aktif flavonoid, alkaloid, tanin, triterpenoid, saponin, dan asam fenolat yang berpotensi sebagai analgesik, antimikroba, antioksidan, dan antiinflamasi. Selain itu, daun tempuyung juga mengandung minyak atsiri yang dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan.

Manfaat Daun Tempuyung

Tempuyung mengandung banyak senyawa kimia yang berkhasiat dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Seluruh bagian tanaman ini pada dasarnya memiliki manfaat kesehatan masing-masing, tapi paling sering adalah bagian daunnya.
Berikut beberapa manfaat daun tempuyung untuk kesehatan:

1. Menurunkan Kadar Asam Urat

Hiperurisemia adalah keadaan ketika terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang melebihi batas normal. Hiperurisemia dapat terjadi secara alami atau faktor dari luar, terutama makanan dan minuman yang dapat merangsang pembentukan asam urat.
ADVERTISEMENT
Salah satu manfaat daun tempuyung adalah mampu menurunkan kelebihan asam urat dalam darah. Ini karena daun tempuyung mengandung senyawa-senyawa glikosida flavonoid dan flavonoid bebas yang berperan dalam proses pengobatan atau pencegahan kelebihan asam urat.
Mengutip jurnal An Overview of the Traditional Uses, Phytochemicals, and Pharmacological Activities of Tempuyung (Sonchus arvensis L.) oleh Thasa Muthia Wulandari, dkk., flavonoid yang bersifat antioksidan dapat menurunkan kadar asam urat melalui penghambatan kerja enzim xantin oksidase dan reaksi superoksida. Cara kerjanya ini menyebabkan pembentukan asam urat menjadi terhambat atau berkurang.
Ilustrasi seorang penderita asam urat bisa mengonsumsi daun tempuyung. Foto: Pexels

2. Mengatasi Batu Ginjal

Selain menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga asam urat tidak terbentuk di dalam tubuh, senyawa flavonoid juga mampu mengatasi batu ginjal. Batu ginjal merupakan merupakan kondisi di mana ditemukan batu kristal yang ukurannya bervariasi di dalam saluran kandung kemih.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya batu ini, proses pencernaan di dalam tubuh menjadi terganggu. Mulai dari saluran ginjal, kandung kemih, hingga saluran kemih.
Adapun gejala batu ginjal adalah sakit pada pinggang, perut bagian bawah, ataupun urine berdarah akibat adanya pergesekan antara batu dengan dinding saluran kemih hingga menimbulkan lecet.
Daun tempuyung dapat dimanfaatkan untuk mengatasi batu ginjal karena senyawa flvonoidnya. Senyawa flavonoid banyak mengandung ion-ion natrium dan kalium yang berfungsi menjaga keseimbangan elektrolit dalam ginjal.
Ion-ion tersebut akan berikatan dengan asam urat membentuk senyawa garam yang mudah larut dalam air, sehingga asam urat yang telah mengkristal di dalam darah dan ginjal akan larut secara perlahan-lahan.
Selain itu, adanya ion kalium di dalam daun tempuyung juga dapat menimbulkan efek diuretik (melancarkan urine) pada pemakainya. Proses pembuangan asam urat atau batu ginjal pun menjadi lebih lancar.
ADVERTISEMENT

3. Meredakan Peradangan

Daun tempuyung memiliki senyawa aktif yang bersifat antiinflamasi (antiradang) sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi kondisi medis yang menyebabkan peradangan, seperti penyakit rematik.
Selain itu, daun tempuyung juga memiliki efek analgesik (pereda nyeri). Senyawa yang terkandung dalam daun tempuyung dapat mengatasi nyeri yang disebabkan oleh peradangan.

4. Mengobati Luka Bakar atau Memar

Bagi yang memiliki luka bakar atau memar, daun tempuyung dapat digunakan untuk meredakan peradangan pada area kulit yang bermasalah. Senyawa antiseptik dan antiinflamasi dalam daun tempuyung dapat membantu menyembuhkan kulit yang mengalami luka bakar atau memar.
Ilustrasi luka bakar dan memar dapat diobati dengan daun tempuyung. Foto: Unsplash

5. Menurunkan Kolesterol dalam Darah

Mengutip jurnal The Effectiveness of Tempuyung Leaf (Sonchus arvensis) Decoction in Lowering Total Cholesterol of Male Rats (Rattus Novergicus) oleh Zulyamin Kimo, dkk., senyawa antioksidan yang terkandung dalam daun tempuyung dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
ADVERTISEMENT
Antioksidan bekerja dengan cara mencegah penumpukan kolesterol jahat di dalam tubuh. Penurunan kadar kolesterol jahat berkaitan dengan risiko terkena serangan jantung dan stroke yang lebih rendah.

Efek Samping Daun Tempuyung

Pada dasarnya, konsumsi daun tempuyung dapat menimbulkan efek samping tertentu pada sebagian orang. Namun, efek samping yang dirasakan mungkin berbeda-beda.
Beberapa efek samping yang mungkin muncul setelah mengonsumsi daun tempuyung, antara lain sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit perut, dan lemas. Selain itu, daun tempuyung juga dapat menimbulkan efek samping berupa alergi, seperti ruam kulit, sesak napas, dan gatal-gatal.
Apabila mengalami efek samping yang lebih serius, segera periksakan diri ke dokter. Konsultasikan kondisi yang dialami kepada dokter untuk mendapat pemeriksaan menyeluruh dan penanganan yang tepat.
ADVERTISEMENT

Cara Mengonsumsi Daun Tempuyung

Daun tempuyung umumnya dikonsumsi sebagai air rebusan. Cara mengonsumsi daun tempuyung adalah dengan merebus daun tempuyung sebanyak 12 gram ke dalam 500 ml air sampai mendidih. Kemudian, rebus daun tempuyung tersebut sampai air tersisa setengah.
Setelah itu, saring air rebusan daun tempuyung dengan saringan teh dan diamkan sampai air rebusan menjadi hangat. Konsumsilah air rebusan daun tempuyung sebanyak sekali sehari secara teratur untuk memperoleh manfaatnya.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SFR)