Konten Media Partner

Bufacaryl: Manfaat, Dosis, Aturan Pakai, dan Efek Samping

29 September 2022 11:16 WIB
·
waktu baca 6 menit
clock
Diperbarui 14 Agustus 2023 14:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat Bufacaryl. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat Bufacaryl. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bufacaryl obat apa? Bufacaryl adalah obat yang digunakan untuk mengatasi alergi dan peradangan pada sejumlah kondisi, seperti rhinitis kulit, dermatitis, dan peradangan paru-paru.
ADVERTISEMENT
Bufacaryl termasuk ke dalam golongan obat keras, sehingga penggunaannya harus sesuai anjuran dokter. Obat ini dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dengan dosis sesuai.

Pengertian Bufacaryl

Ilustrasi obat Bufacaryl. Foto: Pexels
Bufacaryl adalah obat golongan kortikosteroid dan antihistamin. Mengutip jurnal Corticosteroids-Mechanisms of Action in Health and Disease oleh Sivapriya Ramamoorthy and John A. Cidlowski, kortikosteroid berfungsi untuk menghambat produksi zat yang menyebabkan peradangan pada tubuh.
Obat ini juga bekerja sebagai imunosupresan dalam menurunkan aktivitas dan kerja sistem imun. Kortikosteroid bisa digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi peradangan, seperti dermatitis, pembengkakan, hingga mengurangi gejala rheumatoid arthritis (rematik).
Sementara itu, antihistamin merupakan obat untuk mengatasi reaksi alergi. Menurut jurnal Pharmacology of Antihistamines oleh Diana S. Church, obat ini bekerja dengan cara menghambat produksi histamin, yakni zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh ketika terpapar alergen.
ADVERTISEMENT
Antihistamin dapat mengatasi berbagai gejala pada kondisi alergi dan peradangan, seperti rhinitis alergi, dermatitis, urtikaria (biduran), hingga reaksi alergi obat.
Berbagai gejala yang dapat diredakan dengan kandungan antihistamin meliputi batuk-batuk, bersin, sesak napas, ruam kulit, dan gatal-gatal.

Kandungan dan Kegunaan Bufacaryl

Ilustrasi Bufacaryl mengandung kombinasi dexamethasone 0,5 mg dan dexchlorpheniramine maleate 2 mg. Foto: Pexels
Bufacaryl mengandung kombinasi dexamethasone 0,5 mg dan dexchlorpheniramine maleate 2 mg. Kedua kombinasi obat ini dapat digunakan untuk mengatasi gejala alergi dan peradangan dalam tubuh.
Mengutip laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dexamethasone bekerja dengan cara menghambat produksi zat yang menimbulkan peradangan dalam tubuh.
Efeknya, obat ini dapat mencegah dan meredakan gejala yang ditimbulkan, seperti peradangan, reaksi alergi, hingga gangguan sistem kekebalan tubuh.
Sementara itu, dexchlorpheniramine maleate merupakan obat antihistamin yang bekerja dengan cara menghambat zat histamin agar penyebarannya tidak semakin meluas di dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Obat ini dapat digunakan untuk meredakan gejala gatal-gatal pada kulit, mata berair, pilek, ruam kulit, dan bersin-bersin.
Adapun beberapa beberapa kondisi peradangan dan gangguan alergi yang dapat diatasi dengan Bufacaryl adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Selain beberapa kondisi di atas, obat ini juga bisa digunakan untuk mengatasi gangguan saluran pernapasan, seperti asma bronkial dan peradangan paru-paru.

Anjuran Dosis Bufacaryl

Ilustrasi konsumsi obat Bufacaryl harus sesuai anjuran dosis. Foto: Unsplash
Sebagai golongan obat keras, penggunaan Bufacaryl harus sesuai petunjuk dokter. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini, yaitu:
Adapun anjuran dosis dan aturan pakai Bufacaryl kaplet secara umum adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Jika ingin mengonsumsi Bufacaryl, pastikan sudah mengikuti anjuran dosis tersebut dengan benar. Sebab, penyalahgunaan obat ini dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti pankreatitis akut, anafilaksis (syok akibat reaksi alergi yang berat), peningkatan infeksi, dan hipertensi intrakranial idiopatik.

Kontraindikasi

Ilustrasi pasien yang memiliki riwayat penyakit tertentu perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi Bufacaryl. Foto: Unsplash
Sebelum mengonsumsi Bufacaryl, konsultasikan dengan dokter tentang obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan riwayat penyakit yang dimiliki agar tidak terjadi kontraindikasi. Jangan mengonsumsi obat ini apabila memiliki kondisi berikut:
ADVERTISEMENT
Perlu diperhatikan, penggunaan jangka panjang obat ini dapat mengakibatkan kerusakan pada saraf mata dan menurunkan daya tahan tubuh, sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan secara terus-menerus.

Peringatan dan Perhatian

Ilustrasi penggunaan obat Bufacaryl untuk wanita hamil harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Foto: Pexels
Selain kondisi medis yang disebutkan di atas, ada beberapa kondisi medis lain yang dapat meningkatkan risiko efek samping obat Bufacaryl. Karenanya, konsultasikan kepada dokter apabila Anda memiliki kondisi berikut:
ADVERTISEMENT

Kategori Kehamilan

Bufacaryl mengandung zat aktif dexamethasone yang termasuk dalam kategori C. Kategori C adalah jenis obat yang menunjukkan efek berbahaya dalam uji coba pada hewan, tetapi belum ada uji klinis yang dilakukan pada wanita hamil.
Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.

Peringatan Kehamilan

Konsultasikan kepada dokter jika Anda akan menggunakan Bufacaryl saat hamil atau sedang merencanakan program kehamilan. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Peringatan Menyusui

Dexamethasone yang terkandung dalam Bufacaryl dapat terserap ke dalam ASI. Karenanya, jangan gunakan obat ini jika sedang menyusui tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT

Efek Samping Bufacaryl

Ilustrasi salah satu efek samping Bufacaryl adalah sakit kepala. Foto: Pexels
Sama seperti obat-obatan lain, Bufacaryl memiliki sejumlah efek samping yang bisa terjadi. Beberapa efek samping penggunaan obat ini, di antaranya:
Pemakaian Bufacaryl dapat memiliki efek samping yang berbeda-beda bagi setiap orang. Meski jarang, obat ini juga dapat memicu efek samping yang lebih serius, seperti:
ADVERTISEMENT
Jika mengalami efek samping yang tidak kunjung membaik, segera periksakan diri ke dokter. Konsultasikan kondisi yang dialami kepada dokter agar bisa mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SFR)